PENYAKIT UMMAT DAN SOLUSINYA
Janganlah seseorang mengatakan : “Sesungguhnya kaum muslimin pada saat ini banyak jumlahnya, mengapa mereka tidak berperang saja dengan musuh mereka?”, karena tidak ada artinya banyaknya jumlah orang tetapi amalan mereka tidak dapat mensucikan diri mereka. Oleh karena itu Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwasanya Islam tidak dapat ditolong dengan buih, sungguh telah shohih dalam musnad Imam Ahmad dan Sunan Abu Dawud dari Tsauban dia berkata : Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها.فقال قائل ومن قلة نحن يومئذ قال بل أنتم يومئذ كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم وليقذفن الله في قلوبكم الوهن فقال قائل يا رسول الله وما الوهن قال حب الدنيا وكراهية الموت
“Nyaris sudah umat-umat (selain islam) berkumpul menghadapi kalian sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana makanannya.” Lalu bertanya seseorang : “Apakah kami pada saat itu sedikit?” Beliau menjawab : “Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian adalah buih seperti buih banjir,dan Allah akan menghilangkan dari diri musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan menimpakan kedalam hati-hati kalian wahn (kelemahan)” lalu orang itu bertanya lagi: “Wahai rosullullah apakah wahn itu?”, kata beliau: `Cinta dunia dan takut mati`”. [Takhrij hadits ini lihat di ash-Shohihah no. 958, pent]
Hadits tersebut menunjukkan dua hal :
Yang pertama, bahwa Islam tidak butuh terhadap buih, walaupun jumlahnya banyak.
Yang kedua, bahwa asal dari penyakit yang menimpa umat adalah dari hati karena cinta dunia dan takut mati adalah dua penyakit hati dan aqidah tempat asalnya adalah hati,maka jelaslah bahwa pembenaran aqidah adalah yang pertama kali dimulai untuk terjadinya ishlah, dan ini lebih utama bagi kaum muslimin untuk menyibukkan diri dengannya. Walaupun jika musuh yang kuat dan dholim menginginkan kejelekan untuk mereka, Allah akan menolaknya dengan hina, walaupun mereka mengumpulkan seluruh orang yang ada di barat dan di timur untuk menyerang mereka. Allah berfirman :
قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا اللّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللّهِ وَاللّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al¬-Baqoroh : 249)
Jika hadits Tsauban tersebut menentukan penyakit yaitu dengan sabda Rosullullah “Cinta dunia dan takut mati”, maka dalam hadits Ibnu ‘Umar berikut ini terdapat sifat yang sempurna sebagai obatnya. Dari Ibnu Umar bahwasanya Rosullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لاينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم
“Jika kalian telah berjual beli dgn cara ‘iinah (salah satu jenis riba), dan kalian memegang buntut2 sapi, dan kalian ridho dgn perdagangan, dan kalian meninggalkan jihad. Maka Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan diangkat sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [HR. Ahmad dan Abu Dawud, lihat ash-Shohihah no. 11]
Dari hadits Ibnu Umar ini ada dua faidah :
Yang pertama, bahwasanya hadits ini dengan perinciannya tidak keluar dari penyakit yang disebutkan pada hadits Tsauban karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika kalian telah berjual beli dgn cara ‘iinah (salah satu jenis riba), dan kalian memegang buntut-buntut sapi”, merupakan perincian dari sabda Rosullullah yang mujmal : “Cinta dunia”.
Dan sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “dan kalian meninggalkan jihad” merupakan akibat dari sabdanya “Takut mati” sebagaimana Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انفِرُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأَرْضِ أَرَضِيتُم بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيلٌ
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (At-Taubah : 38)
Maka perhatikanlah lafadz dari dua hadits tersebut, keduanya telah keluar dari lubang yang satu.
Yang kedua, bahwasanya manusia telah berselisih tentang cara menyembuhkan penyakit yang telah disebutkan tadi. Diantara mereka ada yang mengambil jalan politik, ada yang mengambil jalan dengan berperang, ada yang mengambil jalan dengan teknologi, dan lain-lain. Adapun Rosullullah beliau menempuh jalan dakwah membina umat, karena jika manusia beragama dengan agama yang benar dan beramal dengan sunnah Rosullullah maka urusan mereka akan baik seluruhnya.
Adapun Salafiyyun mereka mengajarkan petunjuk kepada manusia dan mereka bersabar diatas jalan itu sampai Allah memberikan penerimaan dari kaum mereka.
فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ
“Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.” (Ar-Rum : 4-5)
Adapun jika dakwah mereka tidak diterima oleh kaumnya, terutama dalam dakwah kepada tauhid, maka mereka bersabar diatas jalan dakwah ini dan mereka tidak menyimpang darinya sampai mereka bertemu dengan Allah dengan sifat Robbani yang ada pada mereka. Allah berfirman :
وَلَـكِن كُونُواْ رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
“Akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imron :79)
Dengan demikian tidak sah ijtihad-nya orang-orang yang mengambil jalan politik dan lain-lain ketika telah ada sabda Rosullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shorih (jelas) sebagai jalan keluar: “sampai kalian kembali kepada agama kalian.” Dan tidak ada jalan untuk kembali kepada agama yang benar kecuali dengan mempelajarinya. Maka perkaranya kembali kepada ta’lim (belajar) sebagaimana sabda Rosullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إنما العلم بالتعلم وإنما الحلم بالتحلم
“Hanya saja ilmu itu didapat dengan belajar, dan kelembutan dengan bersikap lemah lembut.” (HR.Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod, hadits ini shohih)
Maka tampaklah dengan nash-nash ini dengan menggabungkan makna hadits Tsauban dimana Rosullullah mensifatkan bahwasanya penyakit asalnya adalah dari hati dengan sabdanya : “Cinta dunia dan takut mati.” Dan hadits Ibnu Umar yang Rosullullah mensifatkan obatnya dengan sabdanya : “Sampai kalian kembali kepada agama kalian.”
Bahwasanya langkah untuk ruju’ yang pertama adalah ruju’ pada masalah hati dengan pembenaran terhadap keyakinan-keyakinan. Dan sungguh Rosullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal itu ketika bersabda :
ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب
“Ingatlah, bahwasanya didalam jasad ada segumpal daging, jika dia baik maka baiklah jasad seluruhnya dan jika dia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya.” [Muttafaqun ‘alaih]
[Diringkas, diedit & diterjemahkan secara bebas oleh Ummu SHilah al-Balitariyyah & Zaujuhu dari kutaib as-Sabil ilal ‘Izz wat Tamkin, oleh asy-Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Romadhoni al-Jaza`iri -hafidzohullah-]
Filed under: Manhaj | Leave a comment »