PERBEDAAN ANTARA NASEHAT DAN GHIBAH

PERBEDAAN ANTARA NASEHAT DAN GHIBAH

Oleh : Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz

Telah banyak buku-buku yang menjelaskan tentang ghibah dan keharamannya dilengkapi dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunah yang shahih, maka sekarang penyusun hanya akan menukilkan apa-apa yang diperbolehkan dari ghibah, khususnya point yang keempat, yaitu dalam rangka memberi nasehat, dan penjelasan ulama mengenai perbedaan antara nasehat dan ghibah.

Imam Nawawi rahimahullah berkata.
“Ketahuilah bahwasanya ghibah diperbolehkan untuk tujuan yang benar dan syar’i, di mana tidak mungkin sampai kepada tujuan tersebut, kecuali dengan cara berghibah, yang demikian itu disebabkan enam perkara :

Yang keempat, dalam rangka memberi peringatan kepada kaum muslimin dari keburukan dan dalam rangka memberi nasehat kepada mereka, dan yang demikian itu dalam kondisi-kondisi berikut ini.

Di antaranya, dalam rangka menjarh (meyebutkan cacat) para majruhin (orang-orang yang disebutkan cacatnya) dari para rawi hadits dan saksi, dan yang demikian itu diperbolehkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin, bahkan bisa menjadi wajib hukumnya. Continue reading

Seputar Permasalahan Korupsi Kolusi dan Nepotisme

Seputar Permasalahan Korupsi Kolusi dan Nepotisme 

Pertanyaan:

Penanya: Arno Kurniawan

Assalamu’alaikum,

Saya mempunyai permasalahan yang perlu akan pemecahan. Saya sangat mengharapkan jawaban dari Ustadz , kalau bisa beserta dalil-dalil dari pendapat Ustadz.

Ayah saya seorang pengusaha Sablon, Reklame, dan Percetakan. Usaha ini telah dijalankan cukup lama. Sebagaimana diketahui bersama bahwa masalah KKN (Korupsi, Korupsi dan Nepotisme) bisa dikatakan sudah menjadi budaya dikalangan pegawai pemerintah di Indonesia. Biasanya pegawai pemerintah yang korupsi bekerjasama dengan suatu perusahaan tertentu.

Sungguh suatu musibah, Ayah saya bekerjasama dengan pegawai pemerintah yang korupsi tersebut. Bentuk kerjasama dengan pegawai yang korupsi tersebut yaitu Pihak pegawai pemerintah memberikan order atau memesan suatu barang kepada Ayah. Kemudian ketika pembayaran Ayah saya membesarkan harga pada bukti pembayaran dari harga biasa, misalkan untuk pembuatan spanduk harga aslinya Rp. 80.000 tetapi pada bukti pembayaran ditulis Rp. 100.000. Uang yang diterima Ayah tetap sebesar Rp. 80.000, sedangkan Rp. 20.000 untuk pegawai yang bersangkutan. Jadi Ayah menulis harga melebihi harga asli pada bukti pembayaran, tetapi ayah tetap menerima harga seperti biasa. Continue reading

IMPLIKASI RISYWAH (BUDAYA SUAP) DI TENGAH MAYSARAKAT

IMPLIKASI RISYWAH (BUDAYA SUAP) DI TENGAH MAYSARAKAT

Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Azi bin Baz ditanya : Bagaimana jadinya kondisi suatu masyarakat ketika budaya suap menyebar di tengah mereka.?

Jawaban.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa munculnya berbagai perbuatan maksiat akan menyebabkan keretakan dalam hubungan masyarakat, terputusnya tali kasih sayang diantara individu-individunya dan timbulnya kebencian, permusuhan serta tidak saling tolong menolong dalam berbuat kebajikan. Di antara impikasi paling buruk dari merajalelanya budaya suap dan perbuatan-perbuatan maksiat lainnya di dalam lingkungan masyarakat adalah muculnya dan tersebarnya prilaku-prilaku nista, lenyapnya prilaku-prilkaku utama (akhlaq yang baik) dan sebagian anggota masyarakat suka menganiaya sebagian yang lainnya. Hal ini sebagai akibat dari pelecehan terhadap hak-hak melalui perbuatan suap, mencuri, khianat, kecurangan di dalam mu’amalat, kesaksian palsu dan jenis-jenis kezhaliman dan perbuatan melampui batas semisalnya. Continue reading

IMPLIKASI DARI BUDAYA SUAP TERHADAP AQIDAH SEORANG MUSLIM

IMPLIKASI DARI BUDAYA SUAP TERHADAP AQIDAH SEORANG MUSLIM

Oleh : Syaikh Abdul Aziz bin Baz Rohimahullah

Pertanyaan.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Apa implikasi dari budaya suap terhadap aqidah seorang muslim ?

Jawaban.
Suap dan perbuatan maksiat selainnya dapat melemahkan iman dan membuat Rabb Subhanahu wa Ta’ala murka serta menyebabkan syetan mampu memperdayai seorang hamba untuk kemudian menjerumuskannya ke jurang maksiat-maksiat yang lain. Continue reading

MEWASPADAI BAHAYA KORUPSI

MEWASPADAI BAHAYA KORUPSI 

Oleh : Abu Humaid Arif Syarifuddin 

Dari Adiy bin Amirah Al-Kindi Radhiyallahu ‘anhu berkata : Aku pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. 

“Barangsiapa di antara kalian yang kami tugaskan untuk suatu pekerjaan (urusan), lalu dia menyembunyikan dari kami sebatang jarum atau lebih dari itu, maka itu adalah ghulul (harta korupsi) yang akan dia bawa pada hari kiamat”

(Adiy) berkata : Maka ada seorang lelaki hitam dari Anshar berdiri menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, seolah-olah aku melihatnya, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, copotlah jabatanku yang engkau tugaskan”. Continue reading

HUKUM MEMBERI UANG SUAP AGAR MEMPEROLEH PEKERJAAN DAN SEJENISNYA

HUKUM MEMBERI UANG SUAP AGAR MEMPEROLEH PEKERJAAN DAN SEJENISNYA

Oleh:  Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin Rohimahullah

Pertanyaan.
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin ditanya : Bagaimana hukum syrai’at tentang orang yang memberi uang dengan terpaksa agar bisa memperoleh pekerjaan atau bisa mendaftarkan anaknya di suatu perguruan tinggi atau hal-hal lain yang sulit diperoleh tanpa memberikan uang kepada petugas yang berwenang. Apakah orang yang memberi uang itu berdosa dalam kondisi seperti demikian ? Berilah kami fatwa, semoga anda mendapat pahala.

Jawaban.
Tidak boleh memberi uang untuk memperoleh pekerjaan atau untuk bisa belajar di suatu perguruan tinggi atau fakultas tertentu, karena lembaga-lembaga pendidikan dan lowongan-lowongan pekerjaan itu terbuka bagi siapa saja yang berminat atau diprioritaskan bagi yang lebih dulu mendaftar atau yang lebih professional, maka tidak boleh dikhususkan bagi yang memberi uang atau bagi yang mempunyai hubungan dekat. Continue reading

Budaya Suap

Budaya Suap

Sesungguhnya sesuatu yang diharamkan bahkan sangat diharamkan dalam ajaran Islam adalah suap. Suap berarti memberi sejumlah harta benda kepada pihak yang berwenang (pelaku birokrasi) yang mana dengan tanpa pemberian tersebut hal itu memang sudah menjadi kewajibannya yang harus ditunaikan.

Hukum suap menjadi sangat diharamkan jika tujuannya adalah memutarbalikkan yang batil menjadi benar atau membenarkan kebatilan atau menganiaya seseorang.

Sedang menurut Ibnu Abidin bahwa suap adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya supaya orang itu memutuskan sesuatu hal yang memihak kepadanya atau agar ia memperoleh keinginannya (dengan pemberian tersebut-pent).

Sesuatu yang diberikan itu adakalanya berupa harta benda, uang atau apa saja yang bermanfaat bagi si penerima sehingga keinginan penyuap tersebut dapat terwujud. Continue reading

Hati-Hati Dengan Uang Suap

Hati-Hati Dengan Uang Suap

Pengertian

Dalam bahasa Arab, suap diistilahkan dengan risywah. Dalam bahasa Arab, risywah bermakna upah atau pemberian yang diberikan untuk suatu maslahat.

Al Fayumi mengatakan bahwa risywah adalah pemberian seseorang kepada hakim atau yang lainnya supaya memberikan keputusan yang menguntungkannya atau membuat orang yang diberi melakukan apa yang diinginkan oleh yang memberi.

Ibnul Atsir berkata bahwa makna risywah adalah alat penghubung terwujudnya kebutuhan dengan sikap yang dibuat-buat. Asal muasal risywah adalah rasya’ yang bermakna tali timba yang berfungsi mengantarkan timba sehingga bisa sampai ke air.

Sedangkan secara istilah, risywah adalah pemberian yang diberikan kepada seseorang supaya yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Jadi makna risywah secara istilah lebih sempit dibandingkan makna risywah secara bahasa. Secara istilah suatu pemberian berstatus risywah ketika tujuannya adalah membuat yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar. Continue reading

PENYAKIT UMMAT DAN SOLUSINYA

PENYAKIT UMMAT DAN SOLUSINYA 

Janganlah seseorang mengatakan : “Sesungguhnya kaum muslimin pada saat ini banyak jumlahnya, mengapa mereka tidak berperang saja dengan musuh mereka?”, karena tidak ada artinya banyaknya jumlah orang tetapi amalan mereka tidak dapat mensucikan diri mereka. Oleh karena itu Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwasanya Islam tidak dapat ditolong dengan buih, sungguh telah shohih dalam musnad Imam Ahmad dan Sunan Abu Dawud dari Tsauban dia berkata : Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها.فقال قائل ومن قلة نحن يومئذ قال بل أنتم يومئذ كثير ولكنكم غثاء كغثاء السيل ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم وليقذفن الله في قلوبكم الوهن فقال قائل يا رسول الله وما الوهن قال حب الدنيا وكراهية الموت

“Nyaris sudah umat-umat (selain islam) berkumpul menghadapi kalian sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana makanannya.” Lalu bertanya seseorang : “Apakah kami pada saat itu sedikit?” Beliau menjawab : “Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian adalah buih seperti buih banjir,dan Allah akan menghilangkan dari diri musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan menimpakan kedalam hati-hati kalian wahn (kelemahan)” lalu orang itu bertanya lagi: “Wahai rosullullah apakah wahn itu?”, kata beliau: `Cinta dunia dan takut mati`”. [Takhrij hadits ini lihat di ash-Shohihah no. 958, pent]

Hadits tersebut menunjukkan dua hal :

Yang pertama, bahwa Islam tidak butuh terhadap buih, walaupun jumlahnya banyak.

Yang kedua, bahwa asal dari penyakit yang menimpa umat adalah dari hati karena cinta dunia dan takut mati adalah dua penyakit hati dan aqidah tempat asalnya adalah hati,maka jelaslah bahwa pembenaran aqidah adalah yang pertama kali dimulai untuk terjadinya ishlah, dan ini lebih utama bagi kaum muslimin untuk menyibukkan diri dengannya. Walaupun jika musuh yang kuat dan dholim menginginkan kejelekan untuk mereka, Allah akan menolaknya dengan hina, walaupun mereka mengumpulkan seluruh orang yang ada di barat dan di timur untuk menyerang mereka. Allah berfirman :

قَالَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا اللّهِ كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللّهِ وَاللّهُ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al¬-Baqoroh : 249)

Jika hadits Tsauban tersebut menentukan penyakit yaitu dengan sabda Rosullullah “Cinta dunia dan takut mati”, maka dalam hadits Ibnu ‘Umar berikut ini terdapat sifat yang sempurna sebagai obatnya. Dari Ibnu Umar bahwasanya Rosullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لاينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم

“Jika kalian telah berjual beli dgn cara ‘iinah (salah satu jenis riba), dan kalian memegang buntut2 sapi, dan kalian ridho dgn perdagangan, dan kalian meninggalkan jihad. Maka Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan yang tidak akan diangkat sampai kalian kembali kepada agama kalian.” [HR. Ahmad dan Abu Dawud, lihat ash-Shohihah no. 11]

Dari hadits Ibnu Umar ini ada dua faidah :

Yang pertama, bahwasanya hadits ini dengan perinciannya tidak keluar dari penyakit yang disebutkan pada hadits Tsauban karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika kalian telah berjual beli dgn cara ‘iinah (salah satu jenis riba), dan kalian memegang buntut-buntut sapi”, merupakan perincian dari sabda Rosullullah yang mujmal : “Cinta dunia”.

Dan sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “dan kalian meninggalkan jihad” merupakan akibat dari sabdanya “Takut mati” sebagaimana Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انفِرُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الأَرْضِ أَرَضِيتُم بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ قَلِيلٌ

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.” (At-Taubah : 38)

Maka perhatikanlah lafadz dari dua hadits tersebut, keduanya telah keluar dari lubang yang satu.

Yang kedua, bahwasanya manusia telah berselisih tentang cara menyembuhkan penyakit yang telah disebutkan tadi. Diantara mereka ada yang mengambil jalan politik, ada yang mengambil jalan dengan berperang, ada yang mengambil jalan dengan teknologi, dan lain-lain. Adapun Rosullullah beliau menempuh jalan dakwah membina umat, karena jika manusia beragama dengan agama yang benar dan beramal dengan sunnah Rosullullah maka urusan mereka akan baik seluruhnya.

Adapun Salafiyyun mereka mengajarkan petunjuk kepada manusia dan mereka bersabar diatas jalan itu sampai Allah memberikan penerimaan dari kaum mereka.

فِي بِضْعِ سِنِينَ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِن قَبْلُ وَمِن بَعْدُ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ

“Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang.” (Ar-Rum : 4-5)

Adapun jika dakwah mereka tidak diterima oleh kaumnya, terutama dalam dakwah kepada tauhid, maka mereka bersabar diatas jalan dakwah ini dan mereka tidak menyimpang darinya sampai mereka bertemu dengan Allah dengan sifat Robbani yang ada pada mereka. Allah berfirman :

وَلَـكِن كُونُواْ رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ

“Akan tetapi hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (Ali Imron :79)

Dengan demikian tidak sah ijtihad-nya orang-orang yang mengambil jalan politik dan lain-lain ketika telah ada sabda Rosullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shorih (jelas) sebagai jalan keluar: “sampai kalian kembali kepada agama kalian.” Dan tidak ada jalan untuk kembali kepada agama yang benar kecuali dengan mempelajarinya. Maka perkaranya kembali kepada ta’lim (belajar) sebagaimana sabda Rosullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

إنما العلم بالتعلم وإنما الحلم بالتحلم

“Hanya saja ilmu itu didapat dengan belajar, dan kelembutan dengan bersikap lemah lembut.” (HR.Al-Bukhori dalam Al-Adab Al-Mufrod, hadits ini shohih)

Maka tampaklah dengan nash-nash ini dengan menggabungkan makna hadits Tsauban dimana Rosullullah mensifatkan bahwasanya penyakit asalnya adalah dari hati dengan sabdanya : “Cinta dunia dan takut mati.” Dan hadits Ibnu Umar yang Rosullullah mensifatkan obatnya dengan sabdanya : “Sampai kalian kembali kepada agama kalian.”

Bahwasanya langkah untuk ruju’ yang pertama adalah ruju’ pada masalah hati dengan pembenaran terhadap keyakinan-keyakinan. Dan sungguh Rosullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal itu ketika bersabda :

ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب

“Ingatlah, bahwasanya didalam jasad ada segumpal daging, jika dia baik maka baiklah jasad seluruhnya dan jika dia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya.” [Muttafaqun ‘alaih]

[Diringkas, diedit & diterjemahkan secara bebas oleh Ummu SHilah al-Balitariyyah & Zaujuhu dari kutaib as-Sabil ilal ‘Izz wat Tamkin, oleh asy-Syaikh Abdul Malik bin Ahmad Romadhoni al-Jaza`iri -hafidzohullah-]

Lemahnya Kaum Muslimin dan Solusinya

Lemahnya Kaum Muslimin & Solusinya 

Ditulis Oleh: Syaikh Abdul Aziz Bin Bazz 

Hendaknya diketahui bahwa kemenangan (kemuliaan) itu hanya di tangan Allah, Dia-lah yang Menolong hamba-hamba-Nya. Akan tetapi Allah memerintahkan untuk melakukan sebab-sebabnya, dan sebab yang paling besar untuk mendapat kemenangan ini adalah taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

 Termasuk ketaatan kepada Allah adalah mempelajari dan mendalami agama hingga Anda mengetahui hukum dan syariat Allah pada diri Anda dan selainnya, serta untuk berjihad menghadapi musuh, dan Anda mempunyai bekal dalam menghadapi mereka. Dengan itu Anda mampu menahan diri dari hal-hal yang diharamkan Allah, dapat menunaikan perintah-perintah Allah, berhenti dari larangan-larangan Allah , saling tolong-menolong dengan saudara-saudaramu kaum muslimin, dapat mempersembahkan sesuatu yang berharga dari diri dan hartamu dijalan Allah , menolong agama Allah dan meninggikan kalimat-Nya, bukan lantaran negri fulan, dan tidak pula untuk kaum fulan.  Continue reading

Kisah sabar yang mengharukan

Kisah sabar yang mengharukan

Seorang penasehat spesialis bedah jantung dan urat nadi di rumah sakit al-Malik Khalid di Riyadh “Prof. Dr. Khalid al-Jubair ” menceritakan sebuah seminar dengan tajuk Asbab Mansiah (Sebab-Sebab yang Terlupakan). Mari sejenak kita perhatikan bersama kisah tersebut. Dokter tersebut berkata:
Pada suatu hari, (hari Selasa) aku melakukan operasi pada seorang anak berusia 2,5 tahun. Pada hari Rabu, anak tersebut berada di ruang ICU dalam keadaan segar dan sehat.
dan Pada hari Kamis pukul 11.15 -aku tidak melupakan waktu itu karena pentingnya kejadian tersebut- tiba tiba salah seorang perawat mengabariku bahwa jantung dan pernafasan anak tersebut berhenti bekerja. Maka akupun bertindak cepat untuk menangani anak tersebut , kemudian aku lakukan proses kejut jantung yang berlangsung selama 45 menit. Selama itu jantungnya tidak berfungsi, namun setelah itu Allah ‘Azza wa Jalla menentukan agar jantungnya kembali berfungsi. Kamipun memuji Allah ‘Azza wa Jalla. Continue reading

Adab Imam Dalam Shalat Berjama’ah

Adab Imam Dalam Shalat Berjama’ah 

Oleh : Ustadz Armen Halim Naro Rohimahullah            

Tidak diragukan lagi, bahwa tugas imam merupakan tugas keagamaan yang mulia, yang telah diemban sendiri oleh Rasulullah; begitu juga dengan Khulafa’ Ar Rasyidin setelah beliau. Bagaimana adab-adab imam dalam shalat berjama’ah? Silahkan baca pengantar permasalahannya yang banyak terjadi di sekitar kita. 

Banyak hadits yang menerangkan tentang fadhilah imam. Diantaranya sabda Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam 

“Tiga golongan di atas unggukan misik pada hari kiamat,” kemudian beliau menyebutkan, diantara mereka, (ialah) seseorang yang menjadi imam untuk satu kaum sedangkan mereka (kaum tersebut) suka kepadanya. Pada hadits yang lain disebutkan, bahwa dia memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang shalat di belakangnya.Continue reading