AMALAN-AMALAN YANG PAHALANYA BERLIPAT GANDA

AMALAN-AMALAN YANG PAHALANYA BERLIPAT GANDA

Oleh: Sulaiman bin Shalih al Kharasyi
Penerjemah: Farid bin Muhammad al-Bathothy

Setiap orang muslim diantara kita tentu menginginkan berumur panjang supaya bertambah kebaikannya. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tatkala beliau ditanya:  Siapakah orang yang paling baik itu? Beliau menjawab:

“Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad).

Kehidupan di dunia ini merupakan tempat untuk menambah dan memperbanyak amalan-amalan yang baik agar manusia senang setelah kematian serta rela dengan apa yang ia kerjakan.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan bahwa umur umatnya ini antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, mereka tidak seperti umur-umur umat sebelumnya. Akan tetapi Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menunjukkan mereka kepada perbuatan maupun ucapan yang dapat mengumpulkan pahala yang banyak dengan amalan yang sedikit lagi mudah, yang dapat menggantikan manusia dari tahun-tahun yang berlalu kalau dibandingkan dengan umat-umat sebelumnya. Dan inilah yang dinamakan dengan “Al-A’maal Al-Mudha’afah” (amalan-amalan yang pahalanya berlipat ganda) yang tidak semua orang mengetahuinya.

Oleh karena itu saya hendak menyebutkan sebagian besar dari padanya pada tulisan yang singkat ini. Dengan harapan agar setiap orang diantara kita menambah umurnya (dengan amalan) yang produktif dalam kehidupan dunia ini. Agar tergolong dari orang-orang yang mengerti (untuk mengambil) selanya. (Kata pepatah): “Darimanakah bahu itu di makan”. Maka mereka memilih dari amalan-amalan tersebut mana yang paling ringan (dikerjakan) oleh jiwa dan paling besar pahalanya. Orang seperti ini bagaikan orang yang mengumpulkan permata-permata yang berharga dari dasar laut sementara manusia yang lain (hanya) mendapatkan ombaknya saja. Continue reading

Pendalilan Habib Munzir Untuk Membolehkan Istighootsah Kepada Mayat (Seri 3)

Pendalilan Habib Munzir Untuk Membolehkan Istighootsah Kepada Mayat (Seri 3)

Habib Munzir berkata :

“Kita bisa melihat kejadian Tsunami di aceh beberapa tahun yang silam, bagaimana air laut yang setinggi 30 meter dengan kecepatan 300km dan kekuatannya ratusan juta ton, mereka tak menyentuh masjid tua dan makam makam shalihin, hingga mereka yang lari ke makam shalihin selamat. Inilah bukti bahwa Istighatsah dikehendaki oleh Allah swt, karena kalau tidak lalu mengapa Allah jadikan di makam–makam shalihin itu terdapat benteng yang tak terlihat membentengi air bah itu, yang itu sebagai isyarat Illahi bahwa demikianlah Allah memuliakan tubuh yang taat pada-Nya swt, tubuh – tubuh tak bernyawa itu Allah jadikan benteng untuk mereka yang hidup.., tubuh yang tak bernyawa itu Allah jadikan sumber Rahmat dan perlindungan-Nya swt kepada mereka mereka yang berlindung dan lari ke makam mereka.
mereka yang lari berlindung pada hamba–hamba Allah yang shalih mereka selamat, mereka yang lari ke masjid–masjid tua yang bekas tempat sujudnya orang–orang shalih maka mereka selamat, mereka yang lari dengan mobilnya tidak selamat, mereka yang lari mencari tim SAR tidak selamat..
Pertanyaannya adalah : kenapa Allah jadikan makam sebagai perantara perlindungan-Nya swt?, kenapa bukan orang yang hidup?, kenapa bukan gunung?, kenapa bukan perumahan?.

Jawabannya bahwa Allah mengajari penduduk bumi ini beristighatsah pada shalihin. Walillahittaufiq” (Meniti Kesempurnaan Iman hal 7-8)) Continue reading

Resensi Buku : Bisakah Tersenyum Saat Mati?

Bisakah Tersenyum Saat Mati?

Betapa seringnya kita terlalu berlebihan memikirkan tentang kehidupan di dunia, hingga tak terasa kita lupa memikirkan kematian yang merupakan gerbang menuju kehidupan sesungguhnya, kehidupan yang kekal nanti (akhirat). Kita selalu tersibukkan dengan pikiran-pikiran bagaimana bisa memuaskan kehidupan dunia. Meraih prestasi, menjadi terkenal, mencari kekayaan harta benda, memikirkan pasangan hidup, hingga terkadang kita menjadi terlupa bahwa ada hal yang seharusnya lebih kita pikirkan, tentang kematian yang tak pernah kita tahu kapan kan datang pada kita.
Kematian memang menjadi sebuah rahasia Ilahi yang telah tercatat dalam Lauhul Mahfudz jauh sebelum kita dilahirkan ke dunia. Seringkali kita menyadari bahwa kematian pasti akan datang, namun sayangnya kesadaran tersebut tidak kita coba pahami secara mendalam. Kita terlupa bahwa bagaimana cara kita mati dan ada apa nanti setelah kematian kita adalah hal-hal yang seharusnya kita renungkan sehingga kita menjadi lebih giat untuk mencari bekal. Sebagaimana kalimat yang sangat populer terdengar di telinga kita, “hidup sekali gunakan sebaik mungkin”.
Sebuah buku yang sangat bagus dengan metode pembahasan yang cukup menarik berjudul Mati Tersenyum Esok Pagi yang ditulis oleh Ustadz Abu Umar Basyier. Dalam risalah ini penulis menyajikan pembahasan mengenai bagaimana seharusnya kita bisa memaknai sebuah kematian. Disertai kisah-kisah nyata, penulis membagi pembahasan dalam risalah ini ke dalam beberapa bab, yaitu:

Mari, Merenungi Kematian

Mari, Merenungi Kematian

Oleh : Ust. Abu Umar Basyier

Merenungi hidup, itu biasa. Tanpa siapa pun kita berusaha merenungi hidup, manusia diciptakan dengan fitrah kuat untuk memikirkan hidupnya. Karena itu, manusia dianggap sebagai makhluk atau ciptaan Allah yang selalu kepayahan.

Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah…” (QS. Al-Balad: 4).

Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapatkan kebaikan ia kikir..” (QS. Al-Ma’aarij: 19-21)

لاَ يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan darinya…” (QS. Al-Hijr: 48).

Manusia begitu kepayahan, dan wujud kepayahan itu begitu terlihat nyata dalam kehidupan, hanya semata-mata karena ia memikirkan hidup. Diawali dengan bagaimana ia tetap bertahan hidup. Lalu berkembang, bagaimana ia bisa hidup dengan lebih baik dari sekarang. lalu berlanjut lagi, bagaimana ia bisa hidup enak. Selanjutnya, bagaimana ia bisa hidup enak dan mudah. Lalu bagaimana bisa hidup lebih enak dan lebih mudah lagi. Setelah itu, bagaimana ia bisa tetap bertahan hidup enak dan mudah. Dan seterusnya. Satu obsesi, melahirkan obsesi lain. Continue reading

Akankah Kita Mati Tersenyum Esok Pagi? – Ustadz Abu Umar Basyir

Akankah Kita Mati Tersenyum Esok Pagi? 

Oleh : Ustadz Abu Umar Basyir

Kisah Pemuda Arab Bernama Khalid

Ia bernama Khalid. Ia tinggal di Riyadh, ibu kota Saudi Arabia.

Sesudah menamatkan pendidikan SMU nya, Khalid tentu saja memiliki cita-cita sebagaimana yang diimpikan oleh kalangan remaja modern di tanah Arab bahkan dunia Islam pada umumnya sekarang ini, untuk pergi ke luar negeri dan melanjutkan studi di negeri-negeri barat, jauh dari penglihatan dan kontrol keluarga maupun masyarakatnya. Sementara antara kedua dunia itu –barat dan masyarakat Islam- ada jurang perbedaan yang begitu mencolok.

Orang tua Khalid, bahkan sangat mendukungnya dan mau bersusah payah untuk menyiapkan berbagai hal yang akan dia perlukan, saat belajar di luar nanti. Bagi mereka belajar di luar negeri adalah kebanggaan tersendiri. Betapapun untuk itu, mereka harus merelakan anak mereka tinggal berjauhan dengan mereka, hidup di negeri asing, dan harus berjuang mengatasi segala perbedaan yang ada.

Waktu berangkat pun tiba. Sang ibu melepas putra kesayangannya itu, menciumnya dengan sedih dan perih. Si ibu mengingatkan, agar dia menghindari segala kebiasaan buruk kaum remaja di negeri orang nanti. “Jangan coba-coba melakukan hal yang dapat mencoreng kehormatan keluarga kita,” pesan ibunya. Khalid menyanggupinya. Continue reading

Tiga Tahun Berturut-Turut

Tiga Tahun Berturut-Turut
Pada masa Khalifah Hisyam bin Abdul Malik, salah seorang khalifah Bani Umayyah, rakyat tertimpa kelaparan dan paceklik. Dirwas bin Habib al-Ajali datang kepadanya bersama beberapa orang dari kaumnya.

Dirwas berkata, “Ya Amirul Mukminin. Tiga tahun berturut-turut, kami para rakyat memikul beban berat dan sulit. Tahun pertama memakan daging kami. Tahun kedua mencairkan lemak kami. Dan tahun ketiga menghisap tulang kami. Padahal di tangan kalian terdapat harta yang melimpah. Jika harta itu milik Allah maka sayangilah hamba-hambaNya dengannya. Jika harta itu milik rakyat mengapa engkau menahannya dari mereka sementara kalian membelanjakannya secara cepat dan berlebih-lebihan, padahal Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Dan jika harta itu milik kalian maka bersedekahlah kepada mereka. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah.”

Hisyam berkata, “Benar-benar mengagumkan. Kamu tidak menyisakan satu pun dari tiga perkara itu bagi kami.”

Lalu dia memerintahkan seratus ribu dirham agar dibagi-bagikan kepada rakyat. Dirwas sendiri diberi seratus ribu dirham. Continue reading

Pendalilan Habib Munzir Untuk Membolehkan Istighootsah Kepada Mayat (Seri 2)

Pendalilan Habib Munzir Untuk Membolehkan Istighootsah Kepada Mayat (Seri 2)

Habib Munzir berkata :

“Demikian pula diriwayatkan bahwa dihadapan Ibn Abbas ra ada seorang yang keram kakinya, lalu berkata Ibn Abbas ra : “Sebut nama orang yg paling kau cintai..!”, maka berkata orang itu dengan suara keras.. : “Muhammad..!”, maka dalam sekejap hilanglah sakit keramnya (diriwayatkan oleh Imam Hakim, Ibn Sunniy, dan diriwayatkan oleh Imam Tabrani dengan sanad hasan) dan riwayat ini pun diriwayatkan oleh Imam Nawawi pada Al Adzkar.

Jelaslah sudah bahwa riwayat ini justru bukan mengatakan musyrik pada orang yang memanggil nama seseorang saat dalam keadaan tersulitkan, justru Ibn Abbas ra yang mengajari hal ini” (Kenalilah akidahmu 2 hal 77) Continue reading

Alangkah mahalnya iffah (kesucian diri) itu

Alangkah mahalnya iffah (kesucian diri) itu

Al-Mubarrid menyebutkan  dari Abu Kamil  dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja’ bin Amru an-Nakh’iy berkata: “terdapat seorang pemuda yang sangat tanpan rupawan di negeri Kufah, terkenal dengan ketaatannya dalam ibadah. Suatu ketika dia singgah di salah satu tempat yang bernama Nakh’iy. Maka tanpa disengaja dia melihat seorang dara dari anak dusun tersebut yang cantik jelita membuat dirinya kehilangan akal dan terpesona padanya. Bagai gayung bersambut sang darapun memiliki perasaan yang sama. Singkat cerita sang pemuda mengirim utusan kepada orang tua gadis itu untuk melamarnya,namun sayang seribu sayang sang gadis telah dipertunangkan dengan salah seorang anak pamannya.

Tatkala cinta telah bersemi di hati kedua anak manusia tersebut dan kasmaran melanda keduanya, maka sang gadis melayangkan sepucuk surat pada sang pemuda yang berisikan: “engkau telah mengetahui betapa cintaku padamu demikian juga halnya yang terjadi padamu, maka jikalah engkau sudi, aku tidak keberatan akan datang mengunjungimu, atau aku akan carikan jalan agar engkau dapat masuk ke rumahku”

Sang pemuda menjawab: ”tidak, tidak satupun dari dua pilihan tersebut berkenan di hatiku: Aku khawatir bermaksiat menentang Tuhanku pada  hari yang sangat dahsyat azabnya(al-An-am: 15). Aku begitu takut api neraka yang tidak pernah padam membakarku”.

Tatkala sang utusan gadis tersebut menyampaikan apa yang dia dengar dari sang pemuda, dia berkata: ”Apakah begitu besarnya rasa takutnya kepada Allah ? demi Allah selayaknya begitulah perasaan setiap hamba kepada Tuhannya”. Sejak saat itu sang gadis berubah total dengan ibadah dan zuhudnya meninggalkan gemerlap dunia seisinya, menyibukkan diri dengan ibadah walaupun ingatannya kepada pemuda tersebut tidak pernah pupus terus bergejolak membakar cintanya hingga membuatnya menjadi kurus kering hingga kematian datang menjemputnya. Continue reading

PERJALANAN PRIA PEMABUK DENGAN PEMUDA SHALIH

PERJALANAN PRIA PEMABUK DENGAN PEMUDA SHALIH

Di sebuah kota di Saudi, seorang wanita tinggal dan hidup bersama suami dan anak-anaknya. Rumah mereka berdampingan betul dengan sebuah masjid. Namun disayangkan sekali, Allah mengujinya dengan seorang suami yang pemabuk.

Tidak berlalu satu atau dua hari, kecuali sang suami pasti memukulnya dan anak-anaknya, bahkan mengusirnya hingga ke jalan. Hampir semua warga di lingkungan tempat tinggal mereka sebenarnya sangat mengasihaninya dan anak-anaknya. Apalagi jika mereka melewati rumahnya. Hampir setiap hari mereka masuk ke masjid untuk menunaikan shalat, namun setelah itu mereka pulang ke rumah masing-masing tanpa memberikan bantuan apapun, meski dengan sebuah kalimat penghibur hatinya. Continue reading

Pendalilan Habib Munzir Untuk Membolehkan Bersitighotsah Kepada Mayat (Seri 1)

Pendalilan Habib Munzir Untuk Membolehkan Bersitighotsah Kepada Mayat (Seri 1)

PERTAMA : Pendalilan Habib Munzir dengan hadits syafaat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari kiamat

Habib Munzir berkata :

“Rasul saw memperbolehkan Istighatsah, sebagaimana hadits beliau saw : “Sungguh matahari mendekat dihari kiamat hingga keringat sampai setengah telinga, dan sementara mereka dalam keadaan itu mereka ber-istighatsah (memanggil nama untuk minta tolong) kepada Adam, lalu mereka beristighatsah kepada Musa, Isa, dan kesemuanya tak mampu berbuat apa apa, lalu mereka beristighatsah kepada Muhammad saw” (Shahih Bukhari hadits no.1405),
juga banyak terdapat hadits serupa pada Shahih Muslim hadits No.194, Shahih Bukhari hadits No.3162, 3182, 4435, dan banyak lagi hadist2 shahih yang Rasul saw menunjukkan ummat manusia beristighatsah pada para Nabi dan Rasul, bahkan Riwayat Shahih Bukhari dijelaskan bahwa mereka berkata pada Adam, Wahai Adam, sungguh engkau adalah ayah dari semua manusai.. dst.. dst…dan Adam as berkata : “Diriku..diriku.., pergilah pada selainku.., hingga akhirnya mereka ber Istighatsah memanggil – manggil Muhammad saw, dan Nabi saw sendiri yang menceritakan ini, dan menunjukkan beliau tak mengharamkan Istighatsah.

Maka hadits ini jelas – jelas merupakan rujukan bagi istighatsah, bahwa Rasul saw menceritakan orang – orang ber-istighatsah kepada manusia, dan Rasul saw tak mengatakannya syirik, namun jelaslah Istighatsah diperbolehkan bahkan hingga dihari kiamat kepada para hamba yg dekat pada Allah di hari kiamat, dan ternyata dihari kiamat Istighatsah diizinikan Allah swt hanya untuk Sayyidina Muhammad saw” (Kenalilah aqidahmu 2 hal 76-77) Continue reading

Penjelasan Dari Nahdlatul Ulama (NU), Wali Songo, 4 Madzhab Tentang Bid’ahnya Tahlilan

Penjelasan Dari Nahdlatul Ulama (NU), Wali Songo, 4 Madzhab Tentang Bid’ahnya Tahlilan

Tahlilan

Segala puji bagi Allah, sholawat serta salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Do’a dan shodaqoh untuk sesama muslim yang telah meninggal menjadi ladang amal bagi kita yang masih di dunia ini sekaligus tambahan amal bagi yang telah berada di alam sana.

Sebagai agama yang mencerahkan dan mencerdaskan, Islam membimbing kita menyikapi sebuah kematian sesuai dengan hakekatnya yaitu amal shalih, tidak dengan hal-hal duniawi yang tidak berhubungan sama sekali dengan alam sana seperti kuburan yang megah, bekal kubur yang berharga, tangisan yang membahana, maupun pesta besar-besaran. Bila diantara saudara kita menghadapi musibah kematian, hendaklah sanak saudara menjadi penghibur dan penguat kesabaran, sebagaimana Rasulullah memerintahkan membuatkan makanan bagi keluarga yang sedang terkena musibah tersebut, dalam hadits:

“Kirimkanlah makanan oleh kalian kepada keluarga Ja’far, karena mereka sedang tertimpa masalah yang menyesakkan”.(HR Abu Dawud (Sunan Aby Dawud, 3/195), al-Baihaqy (Sunan al-Kubra, 4/61), al-Daruquthny (Sunan al-Daruquthny, 2/78), al-Tirmidzi (Sunan al-Tirmidzi, 3/323), al- Hakim (al-Mustadrak, 1/527), dan Ibn Majah (Sunan Ibn Majah, 1/514)

Namun ironisnya kini, justru uang jutaan rupiah dihabiskan tiap malam untuk sebuah selamatan kematian yang harus ditanggung keluarga yang terkena musibah. Padahal ketika Rasulullah ditanya shodaqoh terbaik yang akan dikirimkan kepada sang ibu yang telah meninggal, Beliau menjawab ‘air’. Bayangkan betapa banyak orang yang mengambil manfaat dari sumur yang dibuat itu (menyediakan air bagi masyarakat indonesia yang melimpah air saja sangat berharga, apalagi di Arab yang beriklim gurun), awet dan menjadi amal jariyah yang terus mengalir. Continue reading

Habib Munzir Membolehkan Istighotsah Kepada Mayat ??!!

Habib Munzir Membolehkan Istighotsah Kepada Mayat ??!!

Habib Munzir berkata :

“Istighatsah adalah memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongannya, untuk sebagian kelompok muslimin hal ini langsung di vonis syirik, namun vonis mereka itu hanyalah karena kedangkalan pemahamannya terhadap syariah islam, pada hakekatnya memanggil nama seseorang untuk meminta pertolongannya adalah hal yg diperbolehkan selama ia seorang Muslim, Mukmin, Shalih dan diyakini mempunyai manzilah di sisi Allah swt, tak pula terikat ia masih hidup atau telah wafat, karena bila seseorang mengatakan ada perbedaan dalam kehidupan dan kematian atas manfaat dan mudharrat maka justru dirisaukan ia dalam kemusyrikan yang nyata, karena seluruh manfaat dan mudharrat berasal dari Allah swt, maka kehidupan dan kematian tak bisa membuat batas dari manfaat dan mudharrat kecuali dengan izin Allah swt, ketika seseorang berkata bahwa orang mati tak bisa memberi manfaat, dan orang hidup bisa memberi manfaat, maka ia dirisaukan telah jatuh dalam kekufuran karena menganggap kehidupan adalah sumber manfaat dan kematian adalah mustahilnya manfaat, padahal manfaat dan mudharrat itu dari Allah, dan kekuasaan Allah tidak bisa dibatasi dengan kehidupan atau kematian.

Sama saja ketika seorang berkata bahwa hanya dokter lah yang bisa menyembuhkan dan tak mungkin kesembuhan datang dari selain dokter, maka ia telah membatasi Kodrat Allah swt untuk memberikan kesembuhan, yang bisa saja lewat dokter, namun tak mustahil dari petani, atau bahkan sembuh dengan sendirinya.” (Kenalilah Aqidahmu 2 hal 75-76)

Habib Munzir juga berkata :
Kesimpulannya saudaraku, meminta pada para wali Allah swt tidak syirik, apakah ia masih hidup atau telah wafat, karena kita tak meminta pada diri orang itu, kita meminta padanya karena keshalihannya, karena ia ulama, karena ia orang yg dicintai Allah maka hal ini tidak terlarang dalam syariah dg dalil yg jelas. (Silahkan lihat di http://www.majelisrasulullah.org/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=34&func=view&id=25356&catid=7) Continue reading