Perbedaan Antara Memberi Nasehat Dengan Menjelekkan Orang Lain

Perbedaan Antara Memberi Nasehat Dengan Menjelekkan Orang Lain

Oleh Ustadz Fariq bin Gasim Anuz

Tak ada gading yang tak retak, tak ada manusia yang sempurna, selalu ada kelemahan dan kekurangannya. Setiap manusia mesti mempunyai kesalahan dan sebaik-baik mereka adalah yang bertaubat kepada Allah, menyadari akan kesalahannya, lalu menyesal dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

Oleh karena itu nasehat menasehati menuju kebenaran harus digalakkan, bagi yang dinasehati seharusnya ia berterima kasih kepada orang yang telah menunjukkan kekurangan dan kesalahannya, hanya saja hal ini jarang terjadi, pada umumnya manusia tidak suka disalahkan apalagi kalau teguran itu disampaikan kepadanya dengan cara yang tidak baik.

Maka seorang pemberi nasehat haruslah mengetahui metode yang baik agar nasehatnya dapat diterima oleh orang lain. Diantara metode nasehat yang baik adalah memberi nasehat kepada orang lain secara rahasia tanpa diketahui oleh orang lain. Dalam kesempatan ini akan kami nukilkan penjelasan para ulama tentang adab yang satu ini. Continue reading

ETIKA BERGAUL

ETIKA BERGAUL

Oleh Ustadz Fariq bin Gasim Anuz

Cita-cita tertinggi seorang muslim, ialah agar dirinya dicintai Allah, menjadi orang bertakwa yang dapat diperoleh dengan menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak manusia. diantara tanda-tanda seseorang dicintai Allah, yaitu jika dirinya dicintai olah orang-orang shalih, diterima oleh hati mereka. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi was sallam bersabda.

“Artinya : Sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba, Ia memanggil Jibril, “Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah ia.”Lalu Jibril mencintainya dan menyeru kepada penduduk langit, “Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah ia.”Maka (penduduk langit) mencintainya, kemudian menjadi orang yang diterima di muka bumi.” [Hadits Bukhari dan Muslim,dalam Shahih Jami’ush Shaghir no.283] Continue reading

Bahtera Penyelamat dari gelombang Syubhat

Bahtera Penyelamat dari gelombang Syubhat 

Oleh Al-Al-Ustadz Fariq Gasim Anuz 

Al Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata

“Dan sesungguhnya tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari fitnah syubhat ini kecuali dengan ittiba’ kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam semata, dan berhukum kepadanya tentang masalah dien dalam hal-hal yang kecil maupun yang besar, baik masalah-masalah zhahir maupun batin, aqidah maupun amaliah, hakekat maupun syari’ah, maka dia mengambil dari beliau hakekat-hakekat Iman dan syariat-syari’at Islam, seperti apa yang telah beliau tetapkan berupa sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, dan nama-nama Allah maka kita menetapkannya pula, dan apa-apa yang beliau nafikan harus kita nafikan. 

Begitu pula kita harus mengambil tuntunan beliau dalam hal kewajiban shalat, waktu-waktunya, jumlah raka’atnya, batas-batas nishab zakat, orang-orang yang berhak menerimanya, kewajiban wudhu, mandi janabah, dan puasa Ramadhan (serta yang lainnya, pent), maka janganlah seseorang menjadikan beliau sebagai Rasul dalam suatu urusan, tetapi tidak menjadikan beliau sebagai Rasul dalam urusan dien yang lainnya, bahkan sesungguhnya beliau itu Rasul dalam setiap urusan yang dibutuhkan umat baik dalam hal ilmu ataupun dalam hal amaliah, dan tidak boleh sesuatu diambil kecuali harus darinya, maka petunjuk itu hanya mencakup ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan beliau dan setiap apa yang menyimpang dari tuntunan beliau maka hal tersebut merupakan kesesatan. Apabila seseorang mengikat hatinya atas hal yang demikian dan selain itu ia menolaknya, serta ia selalu menimbang sesuatu dengan apa-apa yang datang dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, apabila sesuai dengan beliau dia menerimanya, bukan dikarenakan orang yang mengucapkannya tetapi karena hal tersebut sesuai dengan risalah Islam.  Continue reading

FITNAH SYUBHAT DAN SEBAB-SEBABNYA

FITNAH SYUBHAT DAN SEBAB-SEBABNYA

Oleh : Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz 

Al Imam Muhammad bin Aslam At-Thusi rahimahullah (242 H) berkata “Dan barangsiapa mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam hal wahyu dan dengan apa-apa yang ahli syirik dan ahli bid’ah berada di atasnya pada hari ini, maka dia mengetahui perbedaan yang sangat jauh antara orang-orang salaf dan orang-orang khalaf, lebih jauh antara jarak timur dan barat, mereka berdiri di atas sesuatu dan orang-orang salaf berdiri di atas sesuatu yang lain, sebagaimana dikatakan : 

Dia pergi ke timur dan engkau pergi ke barat

Jauh sekali perbedaannya antara timur dan barat

Dan perkara ini -demi Allah- lebih dahsyat dari apa yang telah kami sebutkan. 

Imam Al Bukhari menyebutkan dalam Shahihnya (2/115) [1] dari Ummi Darda radliyallahu’anha, ia berkata, “Abu Darda masuk ke rumah dengan keadaan marah, maka aku tanyakan kepadanya, “Ada apa engkau?” Maka ia berkata, “Demi Allah, aku tidak mengetahui sedikit pun pada diri mereka tentang urusan (Nabi) Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, kecuali mereka semuanya shalat”. Continue reading

Antara Kritik Syar’i Dengan Kebencian Pribadi

Antara Kritik Syar’i Dengan Kebencian Pribadi 

Oleh: Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz 

Nasehat merupakan amalan yang penting dalam Islam, bahkan Rasulullah shallallohu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa “Dien (agama) itu nasehat”[1]. Beliau pun memberikan syarat kepada Jarir bin Abdullah radhiallohu ‘anhu ketika memba’iatnya yang di antaranya “Memberikan nasehat kepada setiap muslim”[2]. Oleh karena itu, seorang pemberi nasehat harus membersihkan niatnya dari segala ketamakan dunia, keinginan mendapatkan pujian manusia dan maksud buruk lainnya. Continue reading

KETERANGAN ULAMA TENTANG KEHARUSAN MEMILIKI ILMU DALAM MEMBERI NASEHAT DAN BERDA’WAH

KETERANGAN ULAMA TENTANG KEHARUSAN MEMILIKI ILMU DALAM MEMBERI NASEHAT DAN BERDA’WAH

Oleh :Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan beberapa sifat yang harus dimiliki
oleh seorang da’i yang mengajak kepada perbuatan ma’ruf dan melarang orang lain
berbuat mungkar, di antaranya :

“…Yang dimaksud dengan niat terpuji yang diterima di sisi Allah dan mendapatkan ganjaranNya adalah hendaknya amalan tersebut ditujukan untuk mencari ridha Allah dan yang dimaksud dengan amal terpuji yang merupakan amal saleh adalah amal yang diperintahkan, dan apabila demikian adanya maka orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar wajib menerapkan pada dirinya sendiri dua syarat tadi, dan tidaklah disebut amal saleh apabila tidak berdasarkan ilmu dan pemahaman ….” Continue reading

ANTARA NASEHAT DAN KEIHKLASAN

ANTARA NASEHAT DAN KEIHKLASAN 

Oleh : Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz 

Nasehat merupakan amalan yang penting dalam Islam, bahkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa “dien itu adalah nasehat”[1], dan beliau memberikan syarat kepada Jarir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu ketika memba’iatnya di antaranya “memberikan nasehat kepada setiap muslim”[2]. Oleh karena itu, seorang pemberi nasehat harus membersihkan niatnya dari segala ketamakan dunia dan keinginan mendapatkan pujian manusia dan maksud buruk lainnya. 

Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang menampakkan ucapan dan perbuatannya kepada manusia perbuatan yang baik, tetapi ia mempunyai maksud mencapai tujuan yang buruk, lalu dipuji oleh manusia disebabkan perbuatan baik yang ia tampakkan padahal mempunyai tujuan yang buruk, lalu dia gembira dengan pujian manusia, maka orang tersebut diancam oleh Allah Ta’ala dengan adzab yang sangat pedih.  Continue reading

Fiqih Nasehat : Agama adalah Nasehat

Fiqih Nasehat : Agama adalah Nasehat 

عن أبي رقية تميم بن أوس الداري رضي الله عنه, أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ» قلنا: لمن؟ قال: «لله, ولكتابه, ولرسوله, لأئمة المسلمين وعامتهم». رواه مسلم

Dari Abu Ruqayyah Tamim ad-Dari radhilallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shalallallahu alihi wa sallam telah bersabda, “Agama (Islam) itu adalah nasehat.” (mengulanginya tiga kali), Kami bertanya, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau Shalallallahu alihi wa sallam menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, imam-imam kaum muslimin, dan kaum muslimin umumnya.” ( HR. Muslim )

 Takhrij-Hadits Ringkas

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim (hadits no. 55) di dalam Shahih-nya, di dalam Kitab al-Iman: Bab Bayan Anna ad-Din an-Nashihah (II/32-Syarah an-Nawawi), dari tiga jalur yang semuanya bertemu pada Suhail bin Abu Shalih dari ‘Atha’ bin Yazid al-Laitsi dari Tamim ad-Dari. Riwayat inilah yang paling masyhur dalam periwayatan hadits ini.

Sedangkan Imam Bukhari Rohimahullah hanya menyebutkannya –dengan lafal serupa- dalam judul sebuah bab dalam Shahih-nya, yaitu Bab Qaul an-Nabi: ad-Din an-Nashihah, lilLahi, wa li Rasulihi, wa li Aimmati l-Muslimin wa ‘Ammatihim di dalam Kitab al-Iman (I/166-Fathul-Bari), karena Suhail bin Abu Shalih tidak memenuhi syarat (kriteria) shahih beliau.

Riwayat yang mengisyaratkan pengulangan, dengan kalimat (mengulanginya tiga kali) pada hadits di atas, terdapat dalam riwayat Imam Ahmad dalam Musnad-nya, dan inilah yang dibawakan oleh Ibnu Rajab dalam Jami‘ al-‘Ulum wa al-Hikam (I/202, hadits no. 7). Sedangkan Imam an-Nawawi dalam al-Arbain (hadits no. 7) membawakannya tanpa pengulangan dengan isyarat lafal (tsalaatsan).

Biografi Periwayat Hadits

 Abu Ruqayyah Tamim ad-Dari Rodhiyallahu anhu

 Beliau adalah Tamim bin Aus bin Kharijah bin Sud bin Judzaimah al-Lukhami al-Filisthini (dari Palestina), Abu Ruqayyah ad-Dari. Beliau masuk Islam pada tahun 9 H. Sebelumnya beliau seorang nasrani, bahkan salah seorang pendeta di Palestina. Pada suatu waktu terjadi pada dirinya sebuah kisah yang menakjubkan, yaitu kisah al-Jassasah. Al-Jassasah adalah seekor hewan melata berbulu lebat yang berbicara kepada Tamim ad-Dari, yang juga akan berbicara kepada manusia kelak di akhir jaman. Continue reading

WASIAT ABBAD BIN ABBAD AL-KHAWWASH KEPADA AHLU AS-SUNNAH WAL-JAMA’AH

WASIAT ABBAD BIN ABBAD AL-KHAWWASH KEPADA AHLU AS-SUNNAH WAL-JAMA’AH

Abbad bin Abbad AI-Khawwash Asy-Syami Abu Utbah’1 berkata, Amma ba’du.

Berpikirlah, karena akal adalah nikmat yang bisa berubah menjadi penyesalan. Karena tidak tertutup kemungkinan orang yang mempunyai akal itu menyibukkan hatinya dengan memperdalam sesuatu yang madzaratnya lebih banyak daripada manfaatnya, hingga Ia menjadi pelupa.

Al-Qur’an adalah panutan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan beliau adalah panutan sahabat-sahabatnya, serta para sahabatnya adalah panutan bagi generasi-generasi sesudah mereka. Mereka orang-orang yang terkenal dan berasal dari negeri yang berbeda.

Mereka sepakat menolak orang-orang yang menuruti hawa nafsu, kendati di sisi lain terjadi perbedaan pendapat dl kalangan mereka, dan kendati orang-orang yang menuruti hawa nafsunya berlarut-larut mengandalkan pendapatnya dalam hal yang beragam dan
menyimpang dari jalan yang lurus.

Karena ulah mereka, orang-orang yang paling bingung di antara mereka tersesat di tempat rawan bahaya, kemudian mereka memikirkan hal-hal tersebut dengan sewenang-wenang. Setiap kali syetan menciptakan bid’ah untuk mereka dalam kesesatan mereka.

Mereka pindah dan satu bid’ah kepada bid’ah yang lain, karena mereka tidak mau mencari jejak generasi salaf, dan tidak meniru kaum Muhajirin.

Disebutkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu yang berkata kepada Zayyad,
Tahukah engkau apa saja yang menghancurkan Islam? (Yang menghancurkan Islam) lalah kesalahan ulama, mendebat orang munafik dengan Al-Qur’an dan para pemimpin yang sesat.’

Bertakwalah kepada Allah dan terhadap ghibah, adu domba, dan si dua mulut dan dua wajah (orang munafik) pada para qari’ kalian, dan orang-orang masjid kalian!

Disebutkan. bahwa barangsiapa bersikap dua wajah (munafik) di dunia, Ia pun bersikap dua wajah di neraka.

Allah. Allah. Lidungilah kesucian orang-orang yang tidak hadir di sini dan jagalah lidahmu dan mereka kecuali perkataan yang baik. Berilah nasehat Allah pada umat kalian,sebab kalian adalah pengemban Al-kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah.

Sesungguhya Al-Kitab (Al-Qur’an) itu tidak berbicara hingga ia diucapkan (dibaca) dan sesungguhnya Sunnah Itu tidak bisa beramal hingga Ia diamalkan.

Kapan orang bodoh bisa belajar Jika orang berilmu memilih diam, Ia tidak melarang kemungkaran yang terlihat, dan tidak menyuruh pengerjaan kebaikan yang tidak diamalkan?

Sungguh Allah telah membuat perjanjlan dengan Ahli Kitab agar mereka menjelaskan Al-Kitab kepada manusia dan tidak menyembunyikannya.

Bertakwalah kepada Allah, karena sekarang kalian sedang berada pada zaman dimana sifat wara’ semakin menipis, sifat kusyu’ semakin berkurang, dan yang membawa Ilmu ini justru orang-orang yang merusaknya. Continue reading

PERBEDAAN ANTARA NASEHAT DAN GHIBAH

PERBEDAAN ANTARA NASEHAT DAN GHIBAH

Oleh : Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz

Telah banyak buku-buku yang menjelaskan tentang ghibah dan keharamannya dilengkapi dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunah yang shahih, maka sekarang penyusun hanya akan menukilkan apa-apa yang diperbolehkan dari ghibah, khususnya point yang keempat, yaitu dalam rangka memberi nasehat, dan penjelasan ulama mengenai perbedaan antara nasehat dan ghibah.

Imam Nawawi rahimahullah berkata.
“Ketahuilah bahwasanya ghibah diperbolehkan untuk tujuan yang benar dan syar’i, di mana tidak mungkin sampai kepada tujuan tersebut, kecuali dengan cara berghibah, yang demikian itu disebabkan enam perkara :

Yang keempat, dalam rangka memberi peringatan kepada kaum muslimin dari keburukan dan dalam rangka memberi nasehat kepada mereka, dan yang demikian itu dalam kondisi-kondisi berikut ini.

Di antaranya, dalam rangka menjarh (meyebutkan cacat) para majruhin (orang-orang yang disebutkan cacatnya) dari para rawi hadits dan saksi, dan yang demikian itu diperbolehkan berdasarkan ijma’ kaum muslimin, bahkan bisa menjadi wajib hukumnya. Continue reading