Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka

Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka

Mereka adalah orang-orang yang meninggalkan agama serta keyakinan batil mereka, lalu Allah Subhanahu wa ta’ala menerangi hati dan akal mereka dengan cahaya Islam, sehingga mereka pun segera menyambut agama ini, menjadikannya sebagai jalan hidup.

Dengan itu, mereka telah mengorbankan segala yang dimiliki berupa keluarga, harta. Popularity, status sosial,keinginan dan lain-lainnya. Seterusnya, mereka meluangkan waktu untuk berdakwah di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala dan membebaskan manusia dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya. Dalam hal itu, mereka hanya mengharapkan pahala di sisi Allah,bercita-cita agar Allah Subhanahu wa ta’ala memperbaharui generasi muda muslim melalui diri mereka dan agar mereka menjadi sebab kepada kebahagiaan umat manusia serta menyelamatkannya dari cengkaman kekufuran, khurafat dan kesesatan.

Dalam kisah-kisah ini terdapat pelajaran bagi kita umat Islam, kerana dapat memotivasikan diri kita untuk berlumba-lumba dengan mereka dan tidak membiarkan mereka mengharungi medan dakwah seorang diri. Kisah-kisah ini memacu kita untuk lebih banyak berkorban dan member kontribusi kepada agama ini yang sepatutnya kita serahkan jiwa kita untuknya, apalagi waktu dan harta benda kita.

“Weeks In Gramm” Menyentil Keimanan Umat Islam

Ada apa ini? Ada apa dengan Islam kita?! Kenapa iman tak lagi manis kita rasakan?!. Padahal kurang apa lagi kita?!. Hidup ditengah keluarga muslim, sekian lama akrab dengan symbol dan  ritual keislaman. Namun sayang, lezatnya iman telah lama hilang dari kecapan indera perasa jiwa kita.

Maaf.. Tadi saya menangis, sesekali terlontar teriakan penyesalan. Anda jangan khawatir, bukan karena anda tangis itu ada. Bukanlah tangis kepedihan, bukanlah tangis rerintihan, bukan pula tangis duka. Tadi itu “tangis haru” wahai saudaraku. Tangis yang manis dijiwa. Apakah kalian bisa mendengarnya?!

Buku itu tak sengaja kubuka. Judulnya menyelinap sampai mata hatiku. Aku buka kisah pertama. Siang tadi aku tersungkur dubuatnya… Kalian harus baca ini. ( Sebuah paksaan yang tak pernah akan kalian sesali).

Weeks In Gramm bertutur kepada kita. Ia adalah seorang Produser Film di “Kerajaan Holywood” :

 Ia berkata : “Kenapa aku masuk Islam? Kenapa pula aku menjadikan Islam sebagai agamaku? Hal itu karena aku yakin bahwa islam adalah agama yang memberikan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa, menginspirasikan kepada manusia akan kesabaran dan ketentraman hati serta kenyamanan dalam hidup. Ruh Islam telah merasuk dalam jiwaku, sehingga aku merasakan nikmat iman terhadap ketetapan Allah dan tidak memperdulikan efek-efek materialisme berupa kelezatan dan rasa sakit.

Aku memberikan pernyataan ini bukan sekedar karena perasaan sesaat yang melintas dalam pikiranku. Bahkan sebaliknya, aku telah mempelajari agama Islam selama dua tahun dan aku tidak menjadikannya sebagai agama kecuali setelah melewati pengamatan hati yang begitu mendalam dan psiko analisa yang panjang. Aku tidak mengganti agamaku selain agar bisa mendapatkan ketenangan dari hiruk pikuk kehidupan yang gila dan agar aku merasakan nikmat kenyamanan dalam naungan kedamaian  dan perenungan.

Jauh dari derita kesedihan dan nestapa yang disebabkan ketamakan  dalam mencari keuntungan  dan kerakusan terhadap materi yang telah menjadi “tuhan” serta cita-cita manusia. Tatkala telah masuk Islam aku mampu melepaskan diri dari cengkeramaan rayuan, tipuan kehidupan  yang batil, minum-minuman, narkotika dan gila musik jazz. Ya, ketika masuk Islam berarti aku telah menyelamatkan pikiran, akal sehat dan kehidupanku dari kehancuran dan kebinasaan.

Saat itu, ada seorang lelaki Arab yang tinggi dan berwibawa berdiri diatas menara dan mengumandangkan adzan sholat untuk diambil gambarnya dalam produksi filmku. Manakala dia dalam keadaan seperti itu dan kru kamera tengah mengambil gambar pemandangan tersebut, sementara aku berdiri di sini memperhatikan itu semuanya, tinggi rendah suaranya menembus relung hatiku.

Tatkala kami selesai dari proses pengambilan gambar, aku memanggil lelaki Arab itu ke kantorku. Aku mulai menanyainya secara mendetail  tentang agama islam. Setelah itu  aku memeluk islam dan mengerjakan sholat bersamanya. Perlahan-lahan aku merasakan kepuasan jiwa menyelimutiku. Aku mulai merasakan kebahagiaan dan membenci segala ambisi yang telah mengekang jiwaku.

Setelah kejadian tersebut , tibalah hari yang aku yakini bahwa aku tidak akan bisa menyelaraskan antara profesiku di film dan agama islamku. Harus ada satu salah satu yang hilang. Ada pergolakan jiwa yang hebat. “ Haruskah aku mengorbankan profesi dan masa depan demi agamaku atau aku korbankan agamaku demi masa depanku?” Demikianlah, aku terus begadang  malam demi malam, berbaring diatas ranjang, sedang kedua mataku enggan terpejam sampai pagi, memikirkan  jalan keluar permasalahan ini. Hingga datanglah jawaban dari Allah kepadaku.

Aku harus meninggalkan profesi filmku dan menjauhi segala tipu daya rayuan Holywood. Sungguh hal itu benar-benar pedih bagi diriku, namun pada akhirnya aku mengambil keputusan akan masalah ini saat sedang melakukan shooting di Yins.

Pada suatu malam, aku berdiri sholat, aku terus sholat lama sekali, maka kekuatanku bertambah dan tekadku telah bulat. Di hari berikutnya, aku palingkan diriku dari pekerjaanku, lalu aku serahkan raga, jiwa dan kehidupanku untuk agama Muhammad.

Hari ini aku adalah putra Islam. Aku bahagia melebihi hari-hari kehidupanku. Mungkin aku akan pergi ke Afrika. Dan bila jadi pergi, aku akan melepaskan kewarganegaraan sekaligus busanan baratku. Dan, sebagai seorang mukmin yang menganut agama timur, aku akan menjadi orang timur (islam). Bila sekali pergi, aku tidak akan kembali. Kehidupanku telah aku baktikan untuk Allah, sedang pekerjaanku telah mati dan aku lupakan.

(Salah satu kisah dari buku “Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka -karya Kholid Abu Sholih-)

# Aku Terkesan Oleh Akhlak Dan Perikehidupan Nabi Maka Aku Masuk Islam

Namaku Velentina, asli Amerika. Aku lahir dan tumbuh di sana. Itulah negaraku yang mewadahi semua agama. Aku belum menjadi seorang muslimah dan seharipun aku belum pernah memperhatikan Islam, karena ayah dan ibuku orang yang sangat menentang agama ini. Mereka tidak menyukainya dan tidak ada niat untuk mengganti agama yang mereka dilahirkan padanya.

Ayahku memiliki beberapa perusahaan besar disejumlah negara, sedangkan ibuku membantu pekerjaannya. Konsultan ekonominya pernah menyerankan agar ia membuka beberapa cabang di Timur Tengah karena daerahnya prospektif, begitu pula masa depannya.

Setelah memeras otak dan konsultasi, ayahku sepakat mengunjungi salah satu negara Timur Tengah untuk survei kondisi alam. Ayahku sangat menyenanginya, dan diriku menyertainya di negara ini kurang lebih selamat satu setengah bulan. Kami berkenalan dengan beberapa orang Arab di negara ini. Aku sangat bersimpati akan kejujuran, pergaulan yang baik dan santunnya akhlak mereka. Mereka berbicara denganku menggunakan bahasaku. Hanya saja demi menghormati mereka, aku berkata kepada ayahku bahwa aku ingin agar mereka mengajariku bahasa mereka, sehingga bisa lebih dekat dengan mereka dan apa yang mereka ucapkan. Langsung saja aku mulai belajar bahasa Arab dan aku mendapatinya jauh lebih indah dibanding bahasaku. Aku berkawan baik dengan mereka. Dan kini tibalah waktunya kami pergi dari negara yang membuat kami nyaman dengan kedermawanan dan jamuannya ini. Salah seorang teman wanita memberiku sebuah hadiah dan meminta agar aku tidak membukanya kecuali setelah meninggalkan negaranya. Aku penuhi permintaannya… kami tiba di negara kami, dan aku tidak membuka hadiah-hadiah lain yang mereka berikan kepadaku dari beberapa orang agar aku selalu mengingat mereka. Selang dua hari, aku bertandang menemui beberapa orang Arab untuk mempraktekkan bahasa baru dan mengetahui kandungan serta rahasia-rahasianya. Demikianlah, begitu cepat aku mulai bisa memahami bahasa tersebut dengan baik dan aku masuk ke sebuah lembaga pendidikan bahasa Arab untuk baca dan tulis. Tiap kali mengetahui sesuatu hal, aku ingin yang lebih. Di tengah-tengah ini semua, aku ingat hadiah yan diberikan gadis tersebut kepadaku.

Aku pulang ke rumah, mencarinya dan berhasil menemukannya. Ternyata hadiah tersebut sebuah buku tentang sejarah kehidupan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Aku mulai membacanya. Demi Allah, saat mengetahui akhlak dan perilaku beliau terhadap manusia, baik yang muslim atau yang lainnya, aku menangis. Sungguh aku takjub akan kecintaan beliau terhadap istri beliau yang pertama, Khadijah. Bagaimana beliau mencintainya dan tidak menikahi wanita lain kecuali setelah wafatnya. Aku juga dibuat kagum oleh istri yang banyak membantu dan setia mendampingi beliau sampai wafat tersebut. Aku tidak percaya akan kasih sayang dan kelembutan ini. Segera setelah pagi menyingsing aku menuju sebuah pusat keislaman dan meminta informasi lebih lanjut tentang riwayat hidup Rasulullah. Aku melihat mereka menyambutku dengan sikap ramah.

Beberapa hari kemudian aku kembali ke pusat keislaman tersebut dan bertanya kepada pengurusnya apa yang harus aku lakukan untuk menjadi seorang muslimah? Mereka menjawab, “Pertama anda mengucapakan dua kalimat syahadat, mandi dan kami mengajari anda wudhu dan shalat.” Sedetikpun aku tidak menunda-nunda masalah ini, dan akhirnya aku menyatakan keislamanku. Kemudian aku merasakan kebahagiaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Aku tidak memberitahukan apa yang telah aku lakukan kepada ayah dan ibuku, sebab itu hakku. Namun tatkala mereka tahu lantara aku ingin agar mereka mengalami saat-saat indah yang tengah aku rasakan dan setelah mempertimbangkan dengan matang aku memberitahu mereka, ternyata mereka dengan keras menentang diriku dan berusaha meyakinkan supaya aku membatalkan apa yang telah aku lakukan. Aku berkata kepada mereka, “Ajarkan kepadaku satu agama yang membawa segala nilai-nilai luhur ini.” Aku lama berdebat dengan mereka. Namun mereka tidak mampu membantah apa yang aku yakini, dan akhirnya aku mengalahkan mereka. Mereka berkata, “Itu kebebasan pribadimu.” Segera aku pergi ke pasar untuk menyempurnakan perjalanan yang telah aku lalui, yakni jilbab, dan aku langsung mengenakan jilbab. Betapa bahagianya diriku karena bisa merasakan bahwa diriku adalah seorang wanita yang suci, bersih dan terhormat. Inilah yang semenjak dahulu aku butuhkan, alhamdulillah, sekarang aku telah menemukannya sebelum terlambat.

Ada pertanyaan yang selalu mengusikku yakni, “Mengapa kaum muslimin di negara kami malu berdiskusi dengan non muslim dan menjelaskan substansi agama Islam, kenapa? Padahal anda tahu bahwa orang-orang Kristen dan Yahudi tidak malu dengan agama mereka, sekalipun mereka salah. Kenapa anda malu dengan agama anda, sementara anda berada dalam kebenaran yang nyata? Kebanyakan mereka tidak menetapi pakaian syar’i karena malu, kenapa? Sungguh itu merupakan kemuliaan dan keluhuran. Semua orang akan memandang anda dengan penuh kebanggaan dan penghormatan ketika melihat anda, iri terhadap busana anda dan berharap menjadi seperti diri anda. Aku sarankan agar anda memakainya karena merupakan busana paling indah dari yang ada. Janganlah anda meniru bangsa barat yang ingin merusak dan menghancurkan diri anda melalui pemikiran-pemikirannya yang beracun. Inilah terget mereka, bukan agar anda mengenakan model busana yang lebih baik. Semua ini adalah peperangan untuk menjauhkan anda dari agama anda yang agung. Maka janganlah kalian memberikan kesempatan kepada mereka, wahai kaum muslimin. Kembalilah kepada agama kalian. Demi Allah, kalian lebih digdaya dan mereka akan memperhitungkan kalian beribu-ribu kali lipat ketika kalian tunduk kepada Allah. Inilah yang manakutkan diri mereka. Janganlah kalian terperdaya, sesungguhnya itu peradaban palsu dan memuakkan, semua yang ada di dalamnya adalah haram dan menjijikkan.

Perlu kalian ketahui bahwa Barat adalah masyarakat yang mengalami derita penyimpangan, demoralisasi dan gangguan kejiwaan. Sebab, mereka telah kehilangan substansi hakiki menghargai kemanusiaan.

Inilah sepucuk surat yang aku tujukan kepada setiap muslim dan muslimah yang mencintai agamanya supaya ia kembali kepada Allah dan konsisten terhadap perintah serta laranganNya. Sehingga bisa meraih ridha dan kebahagiaan dari Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Kuasa. Aku memohon kepada Allah semoga Dia meneguhkan kalian kepada agama kalian yang agung, yang tidak ada pertentangan dan kekurangan padanya. Karena agama tersebut paling sempurna dan sarat kasih sayang serta keadilan yang tidak dimiliki agama-agama lain. Aku berharap engkau, wahai saudari dan saudaraku, sudi kembali kepadanya dan pasti kalian akan merasakan kebahagiaan dan bimbingan.

Sehungan dengan ini, aku telah menamai diriku dengan sebuah nama indah yakni “Khadijah” sesuai dengan nama istri Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam. Aku berharap Allah berkenan menerimanya dariku dan semoga aku pantas menyandangnya serta meneladaninya. Aku juga berharap semoga Dia meridhai diriku dan saudara-saudaraku kaum muslimin. Sesungguhnya Dia Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan (permohonan).”

Disalin dari buku , salah satu kisah : Akhirnya Mereka Lari dari Neraka, hal. 133-136 Karya Khalid Abu Shalih

#Sofiya dan Pencarian Kebenaran

Tidak disangsikan lagi bahwa tauhid merupakan pilihan setiap orang yang menggunakan akalnya untuk mengetahui kebenaran sesuatu. Inilah sesungguhnya yang terjadi pada Sofiya, gadis inggris yang tengah menginjak usia 15 tahun. Sofiya menggunakan akalnya dan menjelajah dunia maya (browsing internet) untuk mencari kebenaran. Yakni hakikat segala yang ada, dari mana asalnya dan bagaimana akhirnya, hingga ia mendapatkan apa yang dicarinya dalam situs islam. Dan ketika telah sampai pada tingkat keyakinan, ia memberitahu teman-temannya dalam forum percakapan islami (Chatting Room).

Ia beritahukan kepada mereka bahwa dirinya berniat masuk islam, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya, khususnya karena tidak ada orang-orang  islam di sekitarnya, apalagi masjid. Orang-orang yang chatting dengannya memberitahukan bahwa ia harus mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan saksi-saksi muslim. Berhubung di kotanya tidak ada orang muslim, maka orang-orang yang mengobrol lewat chatting itulah yang menjadi saksi. Selanjutnya Sofiya menuliskan kalimat,”La ilaha illallah, Muhammad Rasulullah” di layar komputer seraya mengucapkannya melalui microphone. Lantas sampailah jawaban para peserta diskusi  seraya serempak menggemakan takbir, “Allahu akbar… Allahu akbar..Alhamdulillah.” Demikianlah, Islam menyinari hati Sofiya sebagaimana telah menerangi hati orang banyak lainnya yang memiliki akal sehat.

(Salah satu kisah dari buku “Akhirnya Mereka Lari Dari Neraka -karya Kholid Abu Sholih-. Penerbit Mitra Wacana Media.

Sumber : dikumpulkan dari beberapa sumber.

One Response

Leave a comment