Kisah Nyata : “Ibadah Lebih Kusenangi Daripada Jabatan”

Kisah Nyata : “Ibadah Lebih Kusenangi Daripada Jabatan”

 

 

 

 

 

 

Oleh : Ustadz Abu Faiz hafidzhullah

Saat tulisan ini dibuat, dinegeri kita tengah terjadi perebutan “kursi” dalam bingkai pesta demokrasi. Para “peserta kontes” melakukan apa saja yang sekiranya dapat mewujudkan impiannya. Unjuk diri, obral janji dan pasang tampang menjadi hal yang wajib. Masing-masing menjanjikan bahwa dialah yang paling mampu memimpin bangsa ini. Seakan-akan mereka-mereka lupa bahwa cara yang ditempuh tidak dibenarkan syari’at. Bagi mereka, yang penting bisa menjadi pemimpin dan meraup keuntungan darinya (baca:mengembalikan modal)

Kalau begitu keadaannya, bisakah ia menjadi seorang pemimpin yang berlaku adil dihadapan Allah Azza wa Jalla dan rakyatnya?! Ataukah tujuannya hanya sekadar ingin memperoleh sanjungan dan kehormatan dari manusia? Ada baiknya kita menyimak kisah berikut ini sebagai pelajaran bagi kita semua, terutama bagi para pemburu kekuasaan agar bisa melakukan introspeksi. Mudah-mudahan kita menjadi hamba Allah Azza wa Jalla yang senantiasa taat kepadaNya.Aamiin. Continue reading

Bolehkan Meminta Jabatan Dengan Mencalonkan Diri Dalam Pemilu?

Bolehkan Meminta Jabatan Dengan Mencalonkan Diri Dalam Pemilu?

Penulis : Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsariy

Meminta jabatan atau mencalonkan diri dalam etika politik merupakan hal lumrah. Padahal Islam melarang keras perbuatan yang berakar dari budaya Barat ini. Hadits berikut memberikan penjelasan secara gamblang bagaimana sesungguhnya Islam memandang sebuah jabatan yang telah menjadi simbol status sosial ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menasehatkan kepada Abdurrahman bin Samurah radliallahu ‘anhu:

(( يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بن سَمُرَة , لاَ تَسْأَلُ الإِمَارَةَ. فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَ إِنْ أُعْطِيْتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا))

“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan. Karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong).” Continue reading

Jangan Berebut Jabatan Bertameng Al-Qur`an

Jangan Berebut Jabatan Bertameng Al-Qur`an

Penulis : Al-Ustadz Abu Ubaidah Syafruddin

وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ. قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَائِنِ الْأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

Dan raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, agar aku memilih dia sebagai orang yang dekat denganku.”

Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengannya, dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya pada sisi kami.” Berkatalah Yusuf: “Jadikanlah aku bendahara negara (Mesir). Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga lagi berpengetahuan.” (Yusuf: 54-55) Continue reading

Hukum Meminta Jabatan

HUKUM MEMINTA JABATAN

Oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari Hafidzahullah

Rasulullah penah menasehatkan kepada Abdurrahman bin Samurah:
“Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kepemimpinan, karena jika engkau diberi tanpa memintanya, niscaya engkau akan ditolong (oleh Allah dengan diberi taufik kepada kebenaran). Namun jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu, niscaya akan dibebankan kepadamu (tidak akan ditolong)”.

Hadist ini diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhori dalam shahih-nya no.7146 dengan judul ”Siapa yang tidak meminta jabatan, Allah akan menolongnya dalam menjalankan tugasnya” dan no.7147 dengan judul “Siapa yang minta jabatan akan diserahkan kepadanya (dengan tidak mendapatkan pertolongan dari Allah dalam menunaikan tugasnya)”. Diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya no.1652 yang diberi judul oleh Al-Imam An-Nawawi “Bab larangan meminta jabatan dan berambisi untuk mendapatkannya”. Continue reading

Dialog tentang Politik Syar’i dengan Para Murid Syaikh Al-Albani (Ketika Berkunjung ke Indonesia)

Siyasah Syar’iyah (Politik Syar’i)

disusun oleh: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi Hafidzahullah.

Pada tanggal 3-6 Muharram 1423 H (17-20 Maret 2002 M), Ma’had Al-Irsyad Surabaya bekerja sama dengan Markaz Imam Al-Albani (Yordania) menyelenggarakan daurah ilmiah bersama murid-murid Imam Al-Albani yaitu Syaikh Dr. Muhammad Musa Alu Nashr, Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali, Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi dan Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salmansemoga Alloh menjaga mereka semua-. Pada edisi kali ini sengaja kami mengangkat beberapa terjemahan “soal-jawab” pada acara daurah tersebut, dengan harapan kita bisa mengambil pelajaran dari pertanyaan sebagian saudara kita.

A. Fitnah Amerika
Oleh Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr

  • Soal: Bagaimana sikap yang benar dalam menghadapi fitnah negara Amerika Serikat, yang sekarang sering diperbincangkan oleh banyak orang?

Jawab: Sesungguhnya fitnah yang menimpa kaum muslimin pada saat ini berupa kerusakan, malapetaka, dan kehancuran adalah disebabkan jauhnya mereka dari jalan yang telah digariskan (ditetapkan) Alloh.
Alloh memenangkan musuh-musuh Islam disebabkan jauhnya kaum muslimin dari akidah tauhid dan pengamalan agama Islam (secara benar). Hal ini merupakan bukti kebenaran sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam: Continue reading

Video Kajian : ” Politik dan Kekuasaan ” Bersama Ustadz Zainal Abidin bin Syamsudin Lc. Hafidzahullah

Video Kajian : ” Politik dan Kekuasaan “ Bersama Ustadz Zainal Abidin bin Syamsudin Lc. Hafidzahullah

Silakan ikuti penjelasan dari video ceramah tentang pembahasan “Politik dan Kekuasaan”  ditinjau dari Syareat Islam yang sudah sempurna.Semoga bermanfa’at.

Politik Dan Kekuasaan 1/12

Politik Dan Kekuasaan 2/12

Politik Dan Kekuasaan 3/12

Politik Dan Kekuasaan 4/12

Politik Dan Kekuasaan 5/12

Politik Dan Kekuasaan 6/12

Politik Dan Kekuasaan 7/12

Politik Dan Kekuasaan 8/12

Politik Dan Kekuasaan 9/12

Politik Dan Kekuasaan 10/12

Politik Dan Kekuasaan 11/12

Politik Dan Kekuasaan 12/12

Video Dicopy dari : http://assunnah-qatar.com/

 

Download Audio : Pandangan Tajam Terhadap Politik bersama Ustadz Abu Ihsan Al Atsary

Pandangan Tajam Terhadap Politik bersama Ustadz Abu Ihsan Al Atsary Hafidzahullah.

Judul buku : PANDANGAN TAJAM TERHADAP POLITIK; Antara Haq Dan Bathil
Judul asli : Madariku an-Nazar fi as-Siyasah Baina ath-Thbbiqaat asyar’ah wa al-Ihfi’aalat al-Hamaasiyyah
Penulis : Syaikh Abdul Malik Ramadhan al-Jazairi
Penerjemah : Abu Ihsan al-Atsari
Penerbit : Pustaka Imam Bukhari, Solo
Tahun cetakan : Agustus 2002 M
Ukuran buku : 23.5 cm, 365 halaman
Continue reading

Nasihat Bagi Mereka Yang Mabuk Kekuasaan

Nasihat Bagi Mereka Yang  Mabuk Kekuasaan

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Dakwah, sebuah tugas mulia yang diemban oleh para pengikut nabi yang setia.

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah: Inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah di atas landasan bashirah/ilmu, inilah jalanku dan orang-orang yang setia mengikutiku. Maha suci Allah, aku bukan termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108).

Bahkan, kita pun tahu bahwa jalan dakwah merupakan jalannya orang-orang yang beruntung, orang-orang yang selamat dari kerugian. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya semua orang benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr: 1-3) Continue reading

Haus Kekuasaan‏

Haus Kekuasaan‏

Lain dulu lain sekarang. Mungkin ungkapan ini cocok dengan keadaan kaum muslimin pada hari ini. Mereka telah terhempas jauh dari tuntunan Allah -Ta’ala-, dan Rasul-Nya -Shallallahu alaihi wa sallam- . Besarnya gelombang syahwat dan syubhat membuat mereka terpisah jauh dari panutan mereka yaitu para sahabat nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para shalafush shaleh. Mereka beraqidah, bukan dengan aqidah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan para sahabatnya. Mereka beribadah, bukan dengan ibadah yang dicontohkan oleh Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- dan para sahabatnya. Mereka bermu’amalah, bukan dengan mu’amalah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , dan para sahabat. Akhirnya, Allah Ta’ala membiarkan mereka memilih jalannya sendiri dan memalingkan mereka dari kebenaran, kemana mereka mau berpaling sebagai hukuman kepada mereka atas kedurhakaannya kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, dan akibat mereka tidak mau mengikuti jalannya para sahabat. Continue reading