10 Keanehan Para Pendukung Maulid

10 Keanehan Para Pendukung Maulid
pantai
Oleh: M. Abduh Tuasikal

1- Mencintai Nabi, namun beribadah tanpa perintah Nabi

2- Menanyakan mana dalil yang mengharamkan maulid secara khusus. Padahal seharusnya yang ditanyakan adalah mana dalil yang memerintahkan. Karena bedakan antara masalah ibadah dan adat atau muamalah.

3- Berkata bahwa maulid adalah bid’ah hasanah karena menganggap bid’ah itu ada dua. Ada bid’ah hasanah dan sayyi’ah. Namun ketika ditanya, apa yang dimaksud bid’ah sayyi’ah, mereka sulit menyebutkan contohnya.
Padahal ulama Syafi’i seperti Ibnul ‘Atthor, murid Imam Nawawi telah mengategorikan beberapa bid’ah yang dikatakan hasanah oleh mereka sebagai bid’ah yang tercela.

4- Mengaku madzhab Syafi’i namun tidak pernah menunjukkan Imam Syafi’i mengadakan maulid.

5- Di tanah kelahiran Nabi tidak merayakan maulid, namun anehnya negeri yang jauh dari tempat tersebut malah merayakannya.

6- Cuma bisa beralasan bahwa orang yang melarang peringatan Maulid adalah Wahabi karena tidak punya alasan lainnya.

7- Berdalil bahwa ia merayakan maulid dalam rangka cinta nabi, namun ketika ditanya malah beralasan karena maulid dilakukan oleh kyai atau ustadznya. Itu mah tandanya cinta ustadz, bukan cinta nabi.

8- Sahabat dan Istri Nabi tentu orang-orang yang lebih mencintai Nabi, apalagi mereka bertemu dan berjumpa dengan beliau secara langsung. Namun tidak ada satu bukti pun yang menunjukkan kalau mereka tadi mengagungkan dan mencintai nabi dengan merayakan maulid.

9- Merayakan maulid pada tanggal yang sebenarnya diperselisihkan oleh para ulama. Buktinya ada kaum muslimin yang merayakan maulid pada tanggal 10 Rabiul Awwal. Ada pula yang mengadakan maulid dan dijadikan libur pada tanggal 14 Rabiul Awwal, seperti info yang kami dapatkan dari sahabat kami di Oman. Mayoritas lainnya merayakan pada tanggal 12.
Hari kelahiran Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah hari Senin. Sedangkan tahun kelahirannya adalah pada tahun Gajah seperti diterangkan dalam surat Al Fiil. Adapun mengenai waktu meninggalnya beliau diterangkan dalam surat An Nashr seperti keterangan dari Ibnu ‘Abbas dan ‘Umar bin Al Khottob radhiyyallahu ‘anhuma.

10- Maulid dilakukan dengan membaca shalawat dan shiroh Rasul. Anehnya, kenapa cuma mau setahun dilakukan.
Yang para ulama contohkan, mereka itu ajarkan hadits-hadits Nabi setiap saat yang berisi perjalanan hidup Nabi yang mulia. Jadi bukan hanya setahun sekali, yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal.

Buktikan Cintamu pada Nabimu …

Mencintai nabi yang benar adalah hidupkan sunnah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-. Sunnah yang dimaksudkan adalah ajaran dan petunjuk beliau.

Sebagaimana yang kami dengarkan dari Imam Masjidil Haram, Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrahman As Sudais -semoga Allah memberkahi umur beliau- dalam Khutbah Jum’at beliau,

إحياء سنته حقيقة حبه

“Menghidupkan ajaran Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah hakekat mencintai beliau.” (Khutbah Jum’at di Masjidil Haram, 13/3/1434 H)

Kalau mau menghidupkan ajaran Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- adalah lakukan amalan sunnah beliau yang ada dalilnya. Seperti keterangan Syaikh Muktar Asy Syinqithi -semoga Allah senantiasa menjaga beliau dalam kebaikan- dalam muhadhoroh di Masjid Nabawi (12/3/1434 H) bahwa Maulid Nabi yang ada dalilnya adalah dengan menjelaskan puasa Senin, karena bertepatan dengan hari lahir beliau.

Memang benar apa yang beliau katakan bahwa puasa Senin bertepatan dengan hari lahir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,

ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ

“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim no. 1162)

Catatan: Sebagian beralasan dengan puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Senin, karena pada hari tersebut adalah hari kelahirannya. Ini berarti hari kelahiran boleh dirayakan.
Sanggahan: Bagaimana mungkin dalil di atas menjadi dalil untuk merayakan hari kelahiran beliau[?] Ini sungguh tidak tepat dalam berdalil. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melaksanakan puasa pada tanggal kelahirannya yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal, dan itu kalau benar pada tanggal tersebut beliau lahir. Karena dalam masalah tanggal kelahiran beliau masih terdapat perselisihan. Yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan adalah puasa pada hari Senin bukan pada 12 Rabiul Awwal[!] Seharusnya kalau mau mengenang hari kelahiran Nabi dengan dalil di atas, maka perayaan Maulid harus setiap pekan bukan setiap tahun.


Ide saat di Tanah Haram Makkah, KSA, 13 Rabi’ul Awwal 1434 H

Sumber : http://www.facebook.com/muhammad.tuasikal/posts/4397267854531

Leave a comment