Ya Rabbi, Bukalah hati kedua orang tuaku Untuk Shalat!

Oleh : Ibrahim bin Mubarok. Imam Khatib Jami’ Ali bin Abi Thalib di Kota Ihsa’

Ini adalah seorang anak yang diilhami Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk teguh, diberi taufiq untuk berada di atas kebenaran dan dilapangkan dadanya dengan keimanan setelah dia mendengar untaian-untaian kalimat jujur yang keluar dari guru dan teman-temannya tentang shalat, keagungan dan kedudukannya dalam syariat.

Maka diapun mendatangi shalat, menjaga kelestariannya, sementara dia diuji dengan kedua orangtuanya yang tidak menjaga shalatnya. Continue reading

Pemandangan Yang Belum Pernah Anda Lihat

Pemandangan Yang Belum Pernah Anda Lihat

Oleh: Ummu Mariah Iman Zuhair

Tidak diragukan lagi bahwa setiap manusia memiliki banyak gambaran dan pemandangan, akan tetapi secara tabiat dia tidak pernah melihat pemandangan-pemandangan berikut ini :

Pertama:

Saat anda diusung keranda di ataskeranda di pundak manusia.

Kedua:

Saat anda mendengar langkah suara seret sandal manusia setelah mereka meninggalkan anda di dalam kubur seorang diri.

Ketiga:

Saat manusia seperti anai-anai yang beterbangan

Keempat:

Saat matahari mendekat ke para makhluk dan engkau menunggu penghisaban amal

Kelima:

Saat engkau lewat di atas shirat.

Keenam:

Saat menuju sorga atau neraka

Ya Allah, rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyayang terhadap kami, dan janganlah mengadzab kami, dan Engkau adalah Maha Kuasa atas kami. Ya Allah, rahmatilah kami saat bumi itu berganti menjadi bukan bumi, demikian pula langit. Ya Allah, jika datang Munkar dan Nakir, dan menyodorkan pertanyaan kepada kami, maka ya Allah, ilhamkanlah kepada kami jawabannya. Ya Allah, teguhkanlah kami dengan ucapan yang teguh di dunia dan di akhirat. Ya Allah, rahmatilah kami pada hari seseorang akan berlari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan anak-anaknya. Masing-masing diantara mereka pada hari itu memiliki urusan yang menyibukkan mereka. Continue reading

Perkaranya Lebih Cepat dari Itu

Perkaranya Lebih Cepat dari Itu

Kalimat di atas adalah jawaban al-Hasan al-Bashri Rohimahullah kepada seseorang yang berkata kepadanya, “Wahai Abu Said, tidakkah engkau mencuci bajumu?” Maka dia menjawab dengan jawaban di atas.

Jawaban ini dia timba dari sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam saat beliau melihat Abdullah bin Amru memperbaiki rumah kayunya, beliau bertanya, “Sedang apa?” Dia menjawab, “Lapuk, kami memperbaikinya.”

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Aku tidak melihat perkaranya kecuali lebih cepat dari itu.”Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi. An-Nawawi berkata, “Dengan sanad al-Bukhari dan Muslim.”

Semua orang tak sangsi dan tak ragu akan mati, tetapi kebanyakan dari mereka seperti tak akan mati, walaupun saban hari dan setiap waktu keranda diangkat ke kubur, penghuni dalam tanah mendesak penghuni di atasnya, namun tetap saja tidak membangunkan mereka, tidak membuka mata mereka bahwa ajal kematian ternyata lebih cepat dari semuanya, yang berjabatan terus berusaha dan bersibuk ria mempertahankan kursi malasnya, yang berduit terus bermain-main dengan duitnya, yang masih muda, belum merasa tua terus asyik dengan kesenangannya, padahal perkaranya lebih cepat dari itu.

Salman berkata, “Tiga orang mengherankanku kemudian membuatku tertawa: Orang yang berharap dunia sementara maut mencarinya, orang yang lalai padahal dia tidak dilalaikan dan orang yang tertawa sepenuh mulutnya tanpa tahu apakah Rabbul alamin ridha atau murka kepadanya.”

Berapa umur Anda sekarang? Berapa pun umur seseorang, tak ada yang merasa ajalnya dekat.

Seseorang berkata,“Saya sudah tidak muda lagi, mas.” Saya tahu Anda sudah tidak muda lagi, tetapi sepertinya Anda tetap belum merasa mati Anda telah dekat. Umur boleh tua, tetapi mati jangan dulu lah, begitu ujar kebanyakan orang. Bila yang telah merasa tua demikian, lalu bagaimana dengan yang masih merasa muda? Continue reading

Bila HP Berdering di Tengah Sholat

Bila HP Berdering di Tengah Sholat

Penulis: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf As-Sidawi

Bila HP Berdering di Tengah Sholat

Muqoddimah

Suatu ketika, ada seorang ikhwan mengajukan pertanyaan kepada penulis saat dauroh di salah satu kota luar Jawa, “Ustadz, kemarin ada kejadian di masjid kampung, ketika kami tengah menjalankan sholat, tiba-tiba HP seorang makmum berdering dengan nada suara tawa seorang bayi. Spontan saja, nada lucu itu membuat geli jama’ah sholat dan membuat sebagian mereka tak kuasa menahan tawa. Bagaimana hukum sholatnya, apakah batal ataukah tidak?”

Kejadian di atas ternyata bukanlah satu-satunya. Masih banyak kejadian serupa yang terjadi karena ulah HP yang tidak terkondisikan dengan baik. Bukankah sering kita mendengarkan nada HP alunan musik dan nyanyian saat kaum muslimin bermunajat kepada Alloh di rumah-Nya yang mulia?! Continue reading

OBAT SEGALA PENYAKIT Menurut Pengalaman Pasien

OBAT SEGALA PENYAKIT Menurut Pengalaman Pasien

Oleh : SULAIMAN ABDULKARIM AL-MUFARRAJ

Penyakit di zaman ini telah menyebar dan bermacam-macam tidak mengenal tempat, waktu atau korban, bahkan sebagiannya sangat menyulitkan para dokter dalam mengobatinya, seperti kanker dan sejenisnya sekalipun ada terapi untuk itu. Allah tidak mengirim penyakit melainkan ada obatnya, akan tetapi belum diketahui obatnya karena sebuah hikmah yang agung yang diinginkan Allah Subhanahu wa ta’ala. Barangkali termasuk sebab terbesar dari berbagai macam penyakit ini adalah maksiat dan pelanggaran syariat yang di lakukan terang-terangan tanpa tedeng aling-aling. Oleh sebab itulah beragam penyakit tersebut menyerang dan menjangkiti hamba, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya :

Dan apa saja musibah yg menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura : 30) Continue reading

Taubatnya Seorang Penari

Taubatnya Seorang Penari

Soerang artis terkenal yang juga penari, Haalah ash-Shaafy menceritakan kisah kenapa ia meninggalkan karirnya di dunia seni dan memilih untuk bertaubat serta bagaimana ketenangan jiwa yang ia rasakan ketika kembali ke rumahnya dan ke kehidupannya. Dengan gaya bahasa yang amat menyentuh, ia menceritakannya dalam sebuah wawancara di salah sebuah majalah,

“Suatu hari, seperti biasa aku melakukan adegan menari di salah satu hotel terkenal di Cairo, Mesir. Saat menari, aku merasakan diriku seperti mayat dan boneka yang bergerak tanpa makna. Dan untuk pertama kalinya aku merasa malu ketika menyadari dalam pose setengah telanjang, menari di hadapan mata kaum lelaki dan di tengah-tengah gelas-gelas yang dihampar.

Lalu aku tinggalkan arena tersebut dan cepat-cepat pergi sembari menangis secara histeris menuju kamar gantiku dan mengenakan pakaianku kembali.  Continue reading

Siapa yang berani menjawab pertanyaan ini?

Siapa yang berani menjawab pertanyaan ini?

Mengapa sulit bagi kita untuk mengucapkan kebenaran? Sementara tidak ada yang lebih mudah dari pada ucapan yang batil?!

Mengapa kita merasakan kantuk saat kita shalat dan merasa segar selepas selesai dari shalat?!

Mengapa kita begadang  tiap malam hanya karena pertandingan sepak bola atau menonton film, atau duduk bersama teman-teman, tapi mengapa kita tidak begadang dengan membaca al-Qur’an atau qiyamullail?!

Mengapa kita bisa bangun pagi-pagi sekali karena pekerjaan, sementara kita tidak bisa bangun karena Sholat Fajar?!

Mengapa kita takut terhadap pengawasan manusia, dan tidak takut terhadap pengawasan Allah subhanahu  wa ta’ala?!

Mengapa kita menafkahkan banyak harta untuk kesenangan dan tamasya padahal itu akan segera hilang,  Sementara kita bakhil untuk shadaqah kepada para faqir padahal itulah yang kekal.?!

Mengapa kita mengatakan cinta kepada Allah padahal kita bermaksiat kepadaNya ?? Sementara kita mengatakan benci syaitan padahal kita menaatinya dan menjadi pasukannya?!

Mengapa kita merasa bosan saat membaca makalah diniyyah (agama), dan merasa semangat saat membaca makalah tetntang sesuatu yang lain?!?

Mengapa kita menghapus SMS yang berbicara tentang urusan agama, dan menghafalkan SMS yang murahan?!

Mengapa kita senang mendengarkan lagu-lagu di mobil kita, dan membenci mendengarkan al-Qur’an di dalamnya?? Continue reading

TAREKAT SUFI NAQSYABANDIYAH

TAREKAT SUFI NAQSYABANDIYAH

Oleh  : Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta

Pertanyaan.
Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta ditanya : Ada sebuah perkumpulan wanita dari Kuwait. Mereka menyebarkan dakwah sufi beraliran Naqsyabandiyah secara sembunyi-sembunyi, perkumpulan wanita tersebut berada dibawah naungan lembaga resmi.

Kami telah mempelajari kitab-kitab mereka, dan berdasarkan pengakuan mereka, yang pernah ikut perkumpulan wanita ini, tarekat ini memiliki pemahaman diantaranya :

[a]. Barangsiapa yang tidak mempunyai syaikh, maka yang menjadi syaikhnya adalah syetan.
[b]. Barangsiapa yang tidak bisa mengambil ahlak syaikh/gurunya, maka tidak akan bermanfaat baginya Kitab dan Sunnah.
[c]. Barangsiapa yang mengatakan pada syaikhnya, “Mengapa begitu ?” Maka, tak akan sukses selamanya. Continue reading

Eksistensi Hakikat dan Syariat Dalam Istilah Sufi

Eksistensi Hakikat dan Syariat Dalam Istilah Sufi

Oleh : Ustadz DR. Ali Musri Semjan Putra, MA

Eksistensi hakikat menurut orang-orang sufi adalah takwil-takwil yang mereka reka-reka dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian mereka simpulkan bahwa takwil-takwil tersebut hanya bisa diketahui oleh orang-orang khusus atau mereka sebut ulama khosh (khusus) di atas tingkatan ini ada lagi tingkat yang lebih tinggi yaitu ulama khoshul-khosh (amat leb­ih khusus) atau mereka sebut ulama hakikat.

Adapun syariat menurut mereka adalah lafazh-la­fazh dan makna yang zhohir (tersurat) dari nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Hal inilah yang dipahami oleh orang-orang awam (biasa), maka mereka me­nyebut ulama yang berpegang dengan pemahaman ini dalam menghayati ayat al-Qur’an dan hadits-ha­dits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan nama “ulama ‘am (umum)” atau “ulama syariat”. Dari sini mereka membagi ulama menjadi dua bagian: ulama hakikat dan ulama syari­at, atau ulama batin dan ulama zhohir. Continue reading

Dialog rekaan antara Syaikhul Islam dengan Pengarang Al Hikam

Dialog rekaan antara Syaikhul Islam dengan Pengarang Al Hikam

Telah tersebar sebuah dialog unik antara pentolan Sufi dengan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Pentolan tersebut adalah ibnu Athaillah Al Sakandary.

Sangat mudah untuk menemukan dialog ini di halaman internet, terutama  versi Indonesia yang merupakan terjemahan dari sebuah buku karya Pemuka Naqsabandi kenamaan yang bermukim di Amerika Muhammad Hisyam Kabbani yang juga musuh bebuyutan Naqsabandi yang dianut kebanyakan kalangan Sufi di Indonesia. Dia menulis cerita ini dalam bukunya yang berjudul Islamic Beliefs & Doctrine According to Ahl al-Sunna: A Repudiation of “Salafi” Innovations. Kesulitan justeru saya dapati ketika mencari maraji dan sumber utama dialog ini

Setelah bersusah payah mencari sumber utama kisah ini, Alhamdulillah saya mendapatkannya dalam sebuah Kitab yang dikarang oleh Abdurrahman As Sarqawy dengan judul Ibnu Taimiyah Al Faqih Al Muadzdzab. Semua buku yang menampilkan cerita ini pasti menukil dari kitab ini.

Sangat penting bagi kita untuk mengetahui validitas dari dialog ini.

Orang-orang yang sepakat dengan dialog ini berpendapat bahwa Ibnu taimiyah tercerahkan oleh ibnu Athoillah setelah sebelumnya mengecam keras Sufi dan tokohnya dalam banyak tulisannya, namun kalangan ekstrim dari sufi menganggap bahwa ibnu taimiyah  bertekuk lutut dengan hujjah yang ditampilkan oleh Ibnu Athaillah, karena memang terlihat dalam diskusi ini ibnu Taimiyah tidak garang dan dominan serta cendrung menyetujui pandangan Ibnu Athaillah.

Kalangan moderat menanggapi kisah ini sebagai contoh gaya perdebatan yang patut ditiru oleh dua orang yang sedang berselisih.

Berbeda dengan tanggapan pertama dan kedua, para pengikut Madrasah Ibnu Taimiyah menolak validitas cerita ini karena sumber-sumbernya yang tidak bisa ditelusuri dan terdapat kesalahan fatal dalam sumber maupun konten dialog. Selain itu realitas setelah dialog ini sama sekali  tidak menunjukkan perubahan terhadap Ibnu taimiyah layaknya orang yang telah setuju dengan pemahaman Sufi.

Kecacatan dalam dialog ini mereka jabarkan dari 3 sisi Continue reading

Sufi, Berdoa dan Berdzikir Dengan Untaian Sajak dan Syair-Syair

Sufi, Berdoa dan Berdzikir Dengan Untaian Sajak dan Syair-Syair

Al-Qur`ân merupakan kitab hidayah (petunjuk) menuju kebaikan dan keselamatan bagi manusia di dunia dan akhirat. Melalui petunjuknya, hamba-hamba Allâh Ta’âla yang dinaungi taufik-Nya memperoleh hidayah menuju jalan terbaik dalam setiap segi kehidupan, dalam soal keyakinan (aqidah), ibadah dan akhlak.

Maka, siapa saja yang bertamassuk (komitmen) dengannya, niscaya akan mendapat petunjuk dan orang yang berjalan di atas niscaya beruntung. Sebab, ia merupakan pintu hidayah paling besar dan jalan keselamatan paling agung. Allâh Ta’âla berfirman:

Sesungguhnya al-Qur`ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar (QS. a-Isrâ/17:9)

Demikian juga, petunjuk Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam dalam hadits-haditsnya, sangat penting bagi umat. Sebab melalui hadits-haditsnya yang juga wahyu dari Allâh Ta’âla , beliau shallallâhu ‘alaihi wasallam menjabarkan ayat-ayat al-Qur`ân, menjelaskan dan menerangkannya. Juga membawa hukum tersendiri yang tidak disinggung oleh al-Qur`ân. Dalam ucapan-ucapannya yang mulia, beliau dianugerahi Allâh Ta’âla dengan jawâmi’ul kalim, perkataan-perkataan padat lagi ringkas, namun memuat makna yang luas lagi dalam. Continue reading

Kejadian Aneh Para ‘Wali’, Komoditas Penting Golongan Sufi

Kejadian Aneh Para ‘Wali’, Komoditas Penting Golongan Sufi

Tindak penyelewengan dan bukti penyimpangan Sufi pertama kali akan mudah didapati para pembaca buku-buku rujukan mereka berupa ketergantungan penuh mereka terhadap khawâriq (kejadian-kejadian aneh yang dialami para pemuka Sufi) dan perhatian besar mereka untuk menyebarluaskan apa yang terjadi para syaikh-syaikh Sufi. Hal ini sampai ‘memaksa’ mereka untuk meluncurkan cerita-cerita fiktif dan khayalan tentang itu guna lebih menegaskan betapa tingginya kedudukan syaikh-syaikh itu di hati para pemujanya. Dalam kamus Sufi dinyatakan semakin banyak kejadian aneh meliputi seseorang (syaikh), maka kian agung kedudukan dan derajat kewaliannya di mata manusia. [1]

Dalam kitab al-Luma’, As-Sirâj ath-Thûsi menuliskan satu pembahasan khusus berkaitan dengan karomah para ‘wali’, satu pembahasan yang terdiri dari tujuh sub bab. Secara keseluruhan, pemaparan bab-bab tersebut ditujukan untuk mempropagandakan karomah-karomah yang mengiringi kehidupan para ‘wali’ yang disebutkan dalam kitab tersebut. Berbagai cerita dan kisah kejadian aneh memenuhi pembahasan tentang karomah para wali ini. Termasuk menyertakan ungkapan dan pernyataan tokoh untuk menguatkan betapa pentingnya memiliki karomah dan urgensi bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Continue reading