Nasehat HABIB-HABIB WAHABI kepada HABIB-HABIB SUFI+ SYI’AH

Nasehat HABIB-HABIB WAHABI kepada HABIB-HABIB SUFI+ SYI’AH

Sungguh merupakan suatu kemuliaan tatkala seseorang ternyata termasuk Ahlul Bait, tatkala seseorang merupakan cucu dan keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadi keturunan orang yang paling mulia yang pernah ada di atas muka bumi.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita untuk memperhatikan para Ahlul Bait. Kita sebagai seorang ahlus sunnah, bahkan sebagai seorang muslim harus menghormati keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jika keturunan Nabi tersebut adalah orang yang bertakwa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

وأهلُ بَيتِي، أُذكِّرُكم اللهَ في أهل بيتِي، أُذكِّرُكم اللهَ في أهل بيتِي، أُذكِّرُكم اللهَ في أهل بيتِي

“Dan keluargaku, aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang ahlu baiti (keluargaku), aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang keluargaku, aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang ahlu baiti keluargaku”
(HR Muslim no 2408) Continue reading

Cara Mudah Memahami Asma’ was Sifat

Cara Mudah Memahami Asma’ was Sifat

Oleh Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary

Sebelumnya, saya ucapkan ‘syahr mubarak’ atas masuknya bulan Ramadhan 1431 H, semoga Allah memudahkan kita untuk melaksanakan shiyam dan qiyam di dalamnya, dan menjadikan kita insan-insan yang bertakwa… aamin.

Amma ba’du… Pembahasan tentang asma’ was sifat memang menimbulkan polemik sejak dahulu. Polemik ini muncul akibat kekeliruan  sebagian pihak dalam memahaminya. Ada golongan yang menolak asma’ was sifat sebagai bagian dari tauhid, dan mengatakan bahwa pembagian tauhid menjadi 3 (rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ was sifat) adalah bid’ah-nya orang-orang ‘wahhabi’… Mereka mengatakan bahwa pembagian tersebut tidak ada dalilnya sama sekali. Kepada mereka kita pantas bertanya: Dalil apakah yang kalian maksudkan? Kalau dalil berupa ayat atau hadits atau ijma’ yang bunyinya: “Tauhid terbagi menjadi tiga: uluhiyyah, rububiyyah dan asma’ was sifat”, ya MEMANG TIDAK ADA… sebagaimana tidak adanya dalil (ayat, hadits, atau ijma’) yang mengatakan bahwa Syarat sahnya shalat ada enam umpamanya, yaitu: Islam, mumayyiz, thaharah, masuk waktu, niat, dan menghadap kiblat… atau syarat wajib zakat ada dua, yaitu nisab dan haul… atau syarat haji ada sekian, dst… demikian pula rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, dan sunnah-sunnahnya yang banyak kita jumpai dalam kitab-kitab fikih… Akan tetapi anehnya mereka yg menolak pembagian tauhid menjadi tiga tidak pernah menolak hal-hal yg tersebut di atas… padahal semuanya sama-sama tidak punya dalil yg bunyinya: “Syarat sahnya shalat terbagi menjadi bla-bla-bla…” dst. ANEH… padahal mereka semestinya konsekuen dong… kalau pembagian tauhid menjadi tiga mereka tolak krn dianggap tidak ada dalilnya, maka pembagian yg berkenaan dgn syarat ibadah, atau rukun2nya juga harus mereka tolak. Continue reading

Akibat Seorang Anak Memperlakukan Ibu Sebagai Pembantu

Akibat Seorang Anak Memperlakukan Ibu Sebagai Pembantu

anak-durhaka

Seorang anak berlaku kasar kepada ibunya. Dia tidak hanya suka teriak-teriak di wajahnya, akan tetapi suka mencaci dan memakinya. Ibunya yang telah tua, seringkali berdoa kepada Allah ta’ala agar Allah meringankan kekerasan dan kekejaman anaknya. Dia menjadikan ibunya sebagai pembantu yang membantu dan mengurusi segala kebutuhannya, sedangkan ibunya sendiri tidak membutuhkan pengurusan dan bantuannya. Betapa sering air matanya mengalir di kedua pipinya, berdoa kepada Allah ta’ala agar memperbaiki belahan hatinya dan memberikan hidayah kepada hatinya.

Pada suatu hari dia menemui ibunya dengan raut wajah kejahatan yang terlihat dari kedua matanya. Dia berteriak-teriak di wajah ibunya, “Apakah ibu belum menyiapkan makanan juga?” Dengan segera ibunya mempersiapkan dan menghidangkan makanan untuknya. Akan tetapi tatkala dia melihat makanan yang tidak dia suka, maka dia melemparnya ke tanah. Continue reading

Ibu, Sungguh Begitu Mulia Peranmu

Ibu, Sungguh Begitu Mulia Peranmu

Agama Islam sangat memuliakan dan mengagungkan kedudukan kaum perempuan, dengan menyamakan mereka dengan kaum laki-laki dalam mayoritas hukum-hukum syariat, dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, dalam pahala dan siksaan, serta keumuman anjuran dan larangan dalam Islam.

Allah Ta’ala berfirman,

{وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا}

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (QS an-Nisaa’:124).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

{مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS an-Nahl:97)[1]. Continue reading

Audio Kajian : Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga

Audio Kajian : Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga

Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga

Penulis : Ghalib bin Sulaiman al-Harbi
Deskripsi : viii + 94 hal. (K)

Kajian ini diadakan di Masjid Nurul Hidayah, Perum Reni Jaya, pada tanggal 30 Mei 2010 pada pukul 15.30 sampai 17.45 WIB. Kajian ini dibawakan oleh al Ustadz Subhan Bawazier.

Deskripsi singkat dari buku ini : Dalam Islam terdapat karakteristik nilai keluhuran yang tidak dimiliki oleh agama manapun. Ini menempatkan Islam pada derajat yang tinggi. Berbakti kepada orang tua misalnya, semua agama menganjurkannya, tapi tidak seintens Islam. Islam mengajarkan anak agar berbakti kepada kedua orang tua dalam ruang yang paling luas; pada saat hidup dan setelah meninggal dunia, membayar hutang kedua orang tua, berdoa untuk keduanya, melaksanakan wasiat dan bersedekah untuk keduanya adalah kunci pokok bakti seorang anak. Di samping itu, Islam juga membahas adab berbakti dan buahnya. Secara global, berbakti kepada orang tua meliputi berbuat baik, tidak menghardik, memberikan nafkah, dan mendahulukan bakti kepada mereka daripada sikap baik kepada orang lain, serta tidak durhaka kepada keduanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sungguh merugi orang yang mendapati ibu bapaknya (masih hidup) di usia tua, namun dia tidak mampu meraih surga (dengan berbakti kepada keduanya). Bahkan berbakti itu menempati kedudukan yang tinggi di sisi Allah melebihi jihad fi sabilillah. Mari kita daki puncak keutamaan sebagai Muslim dengan bakti itu.

Didalam kajian ini ustadz hanya membahas bab pertama dan kelima dari kitab kecil ini, tapi masya Alloh dengan pembahasan ini sudah mencakup keseluruhan dari isi buku ini. Ustadz juga menerangkan tentang adabadab seorang anak ketika mendapati kedua orangtuanya sudah meninggal.

Silahkan dengarkan kajian yang ISTIMEWA ini, semoga bermanfaat untuk diri ana, dan antum sekalian agar kita dapat meraih ridho Alloh melalui ridho orang tua kita.

PEMBAHASAN KUTAIB

size : 17 MBs
type : MP3

=================

TANYA JAWAB

size : 5,26 MBs
type MP3

:: Silahkan disebarluaskan untuk memperluas ilmu kita dalam mendalami islam sesuai dengan alqur’an dan sunnah dengan pemahaman para shahabat ridwaanulloh ‘alaihim jamii’an. ::

Dipublikasi ulang dari : http://portal-abuyazid.blogspot.com/2010/05/kajian-sungguh-merugi-siapa-yang.html

ANTARA HABIB MUNZIR & ISLAM JAMA’AH

ANTARA HABIB MUNZIR & ISLAM JAMA’AH

(Pernyataan Habib Munzir : Fatwa Orang Tidak Bersanad Adalah Batil)

 

PENIPUAN TERHADAP UMAT ISLAM INDONESIA

Penipuan besar-besaran telah dilakukan oleh Nur Hasan Ubaidah (pendiri sekte Isalam Jama’ah) kepada umat Islam di Indonesia. Nur Hasan Ubaidah tiba-tiba datang di Indonesia dengan mengaku-ngaku membawa sanad mangkul hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menyatakan bahwa orang yang Islamnya tidak bersanad (tidak mangkul) maka islamnya diragukan.

Ternyata… Nur Hasan Ubaidah ini mengaku-ngaku telah mengambil sanad dari kota Mekah negerinya kaum Wahabi. Jadi rupanya Nur Hasan Ubaidah ini mengambil sanad dari kaum wahabi !!???. Akan tetapi anehnya tidak seorangpun ulama di Kerajaan Arab Saudi yang berpemikiran ngawur seperti Nur Hasan Ubaidah ini.

Hingga sekarang Islam Jama’ah masih berusaha mengirim murid-muridnya ke Ma’had al-Harom di Mekah untuk berusaha menyambung sanad (karena konon isnad yang dibawa oleh Nur Hasan Ubaidah telah hilang atau kurang lengkap). Lagi-lagi Islam Jama’ah menguber-nguber sanad dari kaum Wahabi.

Berkembanglah pemikiran sesat sekte Islam Jama’ah ini di tanah air yang dibangun di atas kedustaaan besar-besaran dan penipuan besar-besaran terhadap kaum muslimin di Indonesia, bahwasanya siapa saja yang Islamnya tidak bersanad maka diragukan keabsahannya.

Anehnya… yang mau menerima doktrin Nur Hasan Ubaidah ini hanyalah sebagian masyarakat muslim Indonesia. Kalau seandainya doktrin dan propaganda Nur Hasan Ubaidah ini dilontarkan di Negara-negara Arab maka tentunya Nur Hasan Ubaidah ini akan dianggap sebagai badut pemain sirkus yang pintar melawak !!!! Continue reading

Habib Munzir Mencela Imam Masjidil Haram Syaikh Dr. Abdurrahman as-Sudais !!!!

Habib Munzir Mencela Imam Masjidil Haram Syaikh Dr. Abdurrahman as-Sudais !!!!

Sebelum saya memaparkan celaan-celaan Habib Munzir ada baiknya kita kembali mengingat akan bahaya lisan…

Allah berfirman :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.
(QS : Qoof : 18)

يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٢٤)

Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
(QS An-Nuur : 24)

وعن أبي موسى – رضي الله عنه – قال: قلت يا رسول الله أي الإسلام أفضل؟ قال: “من سَلِمَ المسلمون من لسانه ويده”.

Dari Abu Muusa radhiallahu ‘anhu berkata : “Aku berkata, Wahai Rasulullah, islam mana yang paling mulia?”. Nabi berkata : “Yaitu orang yang kaum muslimin selamat dari (kejahatan) lisannya dan tangannya”
(HR Al-Bukhari no 11 dan Muslim no 42)
عن أبي هريرة – رضي الله عنه – قال: سُئِل رسول الله – صلى الله عليه وسلم – عن أكثر ما يدخل الناس الجنة؟ قال: “تقوى الله، وحسن الخلق”. وسئل عن أكثر ما يدخل الناس النار؟ قال: “الأجوفان: الفم، والفرج”.

Dari Abu Hurairoh radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukan manusia ke dalam surga?. Rasulullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah dan akhlak yang baik”. Dan Rasulullah ditanya tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka?, maka beliau berkata, “Dua lubang, mulut dan kemaluan” (HR Ahmad no 9097, Ibnu Majah no 4246, Ibnu Hibbaan no 476 dengan sanad yang hasan) Continue reading

Mengapa Memilih Syaikh Al-Albani?

Mengapa Memilih Syaikh Al-Albani?

Syaikh Muhammad ‘Ied Abbaasi

A. Mengapa Kami lebih memilih menimba ilmu dari syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albaany daripada lainnya?

Perkataan Syaikh Muhammad ‘Ied Abbaasi

Mungkin ada yang berkata: Kalian hanya terpaku pada Syaikh Al Albaani semata, kalian tidak menimba ilmu dari ulama lainnya dan tidak mempercayai yang lainnya. Padahal masih banyak ulama lain. Bukankah itu menunjukkan sikap fanatik kalian terhadapnya?

Jawaban terhadap pertanyaan ini:

Banyak sekali alasan mengapa kami lebih memilih menimba ilmu dari Syaikh Al Albaani dan mendalami ilmu agama dari beliau. Alasan yang paling kuat adalah: Kami yakin seorang muslim muqallid muttabi’ harus mengambil ajaran agama dari seorang alim mujtahid. Ia tidak boleh taklid kepada muqallid seperti dirinya. Al Buuthi mengakui sendiri hal ini dalam kitabnya berjudul Laa Mazhabiyah halaman 56, seperti yang ia nukil dari perkataan Ibnu Qayyim al jauziyyah: Continue reading

Fenomena Jasad Utuh Setelah Bertahun-Tahun Meninggal

Fenomena Jasad Utuh Setelah Bertahun-Tahun Meninggal

Oleh : Al akh al fadhil Abu Al-Jauzaa’

Al-Imaam An-Nasaa’iy rahimahullah berkata :
أَخْبَرَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حُسَيْنٌ الْجُعْفِيُّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ، عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ عَلَيْهِ السَّلَام، وَفِيهِ قُبِضَ، وَفِيهِ النَّفْخَةُ، وَفِيهِ الصَّعْقَةُ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ “، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ أَيْ يَقُولُونَ قَدْ بَلِيتَ؟ قَالَ: ” إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَنْ تَأْكُلَ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ عَلَيْهِمُ السَّلَام “

 

Telah mengkhabarkan kepada kami Ishaaq bin Manshuur[1], ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Husain Al-Ju’fiy[2], dari ‘Abdurrahmaan bin Yaziid bin Jaabir[3], dari Abul-Asy’ats Ash-Shan’aaniy[4], dari Aus bin Aus[5], dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Sesungguhnya seutama-utama hari adalah hari Jum’at. Pada hari itu Aadam ‘alaihis-salaam diciptakan, padanya ia diwafatkan, padanya ditiup sangkakala (kiamat), dan padanya diwafatkan seluruh makhluk. Maka, perbanyaklah oleh kalian ucapan shalawat, karena ucapan shalawat kalian itu akan disampaikan kepadaku”. Para shahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana shalawat kami disampaikan kepadamu, padahal engkau telah lenyap atau hancur ?”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi ‘alaihim as-salaam” [Al-Mujtabaa, no. 1374].
Diriwayatkan oleh beberapa imam hadits dari jalan-jalan yang semuanya berasal dari Husain bin ‘Aliy Al-Ju’fiy, dari ‘Abdurrahmaan bin Yaziid bin Jaabir, dari Abul-Asy’ats Ash-Shan’aniy, dari Aus bin Aus secara marfuu’.
Beberapa huffaadh men-ta’liil riwayat ini dengan alasan bahwa ‘Abdurrahmaan dalam sanad itu bukanlah Ibnu Yaziid bin Jaabir, akan tetapi Ibnu Yaziid bin Tamiim, seorang yang dla’iif. Ibnu Rajab rahimahullah yang berkata :

Aku Bukan Siapa-Siapa

Aku Bukan Siapa-Siapa.. [Tafakkur dan Merenung Sejenak]

Di tengah hamparan lautan yang luas dan dalam aku merenung..
Kiri, kanan, depan dan belakang semuanya lautan..
Melihat ke atas yang tampak hanya langit yang tak terjangkau besarnya beserta awan, matahari pada waktu siang, bulan dan bintang-bintang pada waktu malam..
Melihat ke bawah yang tampak hanyalah lautan yang kedalamannya mencapai seribu seratus meter, satu kilo meter lebih?!..

Subhaanallooh…

Apalah artinya aku?..
Alam semesta yang demikian besar dan dahsyat menjadikan aku merasa benar-benar tidak ada apa-apanya dan bukan siapa-siapa..
Ketika aku dilahirkan oleh Ibuku, aku tidak memiliki apa-apa..
Ketika mati nanti, aku juga tidak akan membawa apa-apa selain amal perbuatanku..
Sungguh dunia ini benar-benar permainan dan sendagurau saja, sandiwara saja, dan tidak lebih dari itu..
Betapa banyak kita lalai, lupa dan menyombongkan ilmu, harta atau apa saja yang kita miliki..
Kematian menjadikan kita baru tersadar dan menyesal karena sandiwara telah berakhir, akan tetapi sadar dan penyesalan yang sudah tidak ada gunanya lagi..
Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada guna.. Continue reading

Kisah Taubatnya Kelompok Takfir Setelah Berdialog dengan Syaikh Al-Albani rahimahullah

Berbagi Sedikit Oleh-Oleh Daurah Syar’iyyah ke 12 Masyayikh Yordania di Trawas Juli 2011; Kisah Taubatnya Kelompok Takfir Setelah Berdialog dengan Syaikh Al-Albani rahimahullah

Oleh : Ustadz Abdullah Sholeh Hadrami

Pada hari keempat, yaitu hari Rabu 4 Sya’ban 1432 H / 6 Juli 2011 M Daurah Syar’iyyah ke 12 yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Ali bin Abi Thalib Surabaya bekerjasama dengan Markaz Al-Imam Al-Albani Yordania mulai tanggal 1-7 Sya’ban 1432 H / 3-9 Juli 2011 M bertempat di Blessing Hills Trawas Mojokerto Jawa Timur, sebagaimana biasa setiap malam Daurah selalu ditutup dengan Liqo’ Maftuh atau pertemuan terbuka antara Masyayikh dengan peserta Daurah untuk musyawarah dan berbagi cerita serta pengalaman, juga membahas semua permasalahan yang berkaitan dengan dakwah dan ilmu.

Pada malam itu Liqo’ Maftuh dipimpin oleh Fadhilatusy Syaikh Prof. DR. Basim bin Faishol Al-Jawabiroh hafidhahullah dengan dipandu oleh panitia yang diwakili oleh Mudir Sekolah Tinggi Agama Islam Ali bin Abi Thalib Surabaya, Al-Ustadz Abdur Rahman At-Tamimi hafidhahullah.

Fadhilatusy Syaikh Prof. DR. Basim bin Faishol Al-Jawabiroh hafidhahullah diminta oleh Al-Ustadz Abdur Rahman At-Tamimi hafidhahullah untuk menceritakan pengalamannya semasa muda bersama Muhaddits Al-‘Ashr [Ahli Hadits Abad Ini] Al-Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah yaitu kisah yang penuh dengan pelajaran di dalamnya tentang taubatnya kelompok takfir setelah beberapa kali dialog dengan Syaikh Al-Albani rahimahullah. Continue reading

Anugerah-Nya yang Terabaikan

Anugerah-Nya yang Terabaikan

  

Orang yang akan melakukan perjalanan jauh pasti akan menyiapkan perbekalan yang cukup. Lihatlah misalnya orang yang hendak menunaikan ibadah haji. Terkadang ia mengumpulkan harta dan perbekalan sekian tahun lamanya. Padahal itu berlangsung sebentar, hanya beberapa hari saja. Maka mengapa untuk suatu perjalanan yang tidak pernah ada akhirnya –yakni perjalanan akhirat– kita tidak berbekal diri dengan ketaatan ?!

Padahal kita yakin bahwa kehidupan dunia hanyalah bagaikan tempat penyeberangan untuk sampai kehidupan yang kekal nan abadi yaitu kehidupan akhirat. Di mana manusia terbagi menjadi: ashabul jannah (penghuni surga) dan ashabul jahim (penghuni neraka).

Itulah hakikat perjalananmanusiaa di dunia ini. Maka sudah semestinya kita mengisi waktu dna sisa umur yang ada dengan berbekal amal kebaikan untuk menghadapi kehidupan yang panjang. Allah berfirman yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Hasyr’: 18) Continue reading