Kisah Ali bin Al-Husein rodhiyallahu anhu dan Sekarung Gandum

CERMIN DAN TELADAN SALAF  TENTANG IKHLAS, MENJAUHI  RIYA’ DAN POPULARITAS ( Bag 2)

 

 

 

 

 

 

 

Kisah Ali bin Al-Husein rodhiyallahu anhu dan Sekarung Gandum

Dari Mundzir, dari Rabie’ bin Khutsaim diriwayatkan bahwa ia berkata:

“Segala sesuatu yang dilakukan tidak untuk mencari wajah (dari keridhaan) Allah, pasti akan sia-sia.” [Shifatush Shafwah” III:61]

“Menyembunyikan sedekah itu lebih baik. Lebih terbebas dari riya’. Tidak banyak orang yang tahu. Sehingga sedekah yang diberikan secara tersembunyi menjadi rahasia antara dirinya dan Allah Jalla wa ‘Ala.” Continue reading

Panduan Akhlaq Salaf (End)

PANDUAN AKHLAQ SALAF ( AINA NAHNU MIN AKHLAQIS  SALAF)

Sikap terhadap saudara sesama Muslim

Dari Maimun bin Mihram diriwayatkan bahwa ia berkata:

“Aku pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan: “Setiap kali aku mendengarkan khabar yang tidak mengenakkan dari saudaraku sesama muslim, pasti aku sikapi dengan salah satu dari tiga hal : apabila ia lebih tinggi derajatnya dariku, kukenali kedudukannya; apabila ia sejajar denganku, aku berbuat baik kepadanya, dan seandainya lebih rendah dariku, aku tidak akan menyusahkanya. Itulah alur hidup dalam diriku. Barangsiapa yang tidak menyukai sikap semacam itu, ingat, bumi Allah itu luas.” [Shifatush Shafwah I:754

Dari Humaid Ath-Thawiel, dari Abu Qilabah diriwayatkan bahwa ia berkata:

“Apabila ada khabar yang tidak mengenakkan dari saudaramu sesama muslim, carilah hal yang dapat memaafkannya sebisa kamu, kalau tak kau dapati alasan yang tepat, katakan keppada dirimu sendiri : “Mungkin saudaraku ini memiliki alasan yang tidak aku ketahui.” [Shifatush Shafwah III : 237 Continue reading

Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf (Bag 2)

Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf (Bag 2)

Salaf dan al-Qur’an al-Karim

Sahabat :

Dari Jundub bin Ka’ab berkata :

Kami anak-anak muda belia disisi Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam. Kami belajar Iman sebelum mempelajari al-Qur’an, kemudian kami baru belajar al-Qur’an. Sehingga iman kami bertambah karena al-Qur’an. (Ahmad, Ibnu Majah, Thabrany, Rijalnya Tsiqqoh III/175)

Ibnu Mas’ud berkata :

Kami belajar al-Qur’an dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam sepuluh ayat, kami tidak menambah sepuluh ayat sesudahnya sampai kami memahami apa-apa yang ada pada sepuluh ayat pertama. Yaitu ilmu (I/490). Dalam riwayat lain ; Adalah seorang diantara kami, jika belajar sepuluh ayat, tidak menambah ayat selanjutnya sampai ia memahaminya dan beramal dengannya. (Tafsir Thobary I/35 dengan sanad hasan) Continue reading

Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf ( bag 1)

Aina Nahnu min Akhlaqis Salaf (Dimanakah Kita dari Akhlaq Salaf) : => “PANDUAN  AKHLAQ   SALAF”

Bismillahirrahmaanirrahim
Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan memohon ampun kepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan dari keburukan  amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya

Amma Ba’du

Tulisan-tulisan ini diambil dari terjemahan kitab “Aina Nahnu min Akhlaaqis Salaf” karya Abdul Azis bin Nashir Al-Jalil Baha’uddien ‘Aqiel yang diterjemahkan oleh Ustadz Abu Umar Basyir Al-Medani dan diterbitkan oleh Penerbit At-Tibyan Solo.

Sebagaimana muqaddimah dari kitab tersebut, kami memandang perlunya untuk turut berperan serta menyebarkan tulisan ini sebagai bacaan yang Insya Allah sangat bermanfaat bagi kaum muslimin karena didalamnya terdapat pelajaran-pelajaran yang berharga berupa ungkapan-ungkapan dan kejadian yang dialami generasi salafus shalih berupa akhlak yang mulia dalam berbagai sisi kehidupan. Continue reading

EBook : UTSMAN BIN AFFAN KHALIFAH YANG TERZHALIMI!

Utsman bin Affan Radhiyallahu anhu Khalifah yang Terzhalimi!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sesungguhnya diantara prinsip Ahlussunnah wal jama’ah adalah selamatnya hati dan lisan mereka terhadap para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa Sallam, sebagaimana yang telah Allah sifati mereka dalam firman-Nya :

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang”.” [QS. Al-Hasyr : 10] Continue reading

Kisah Nyata : “Ibadah Lebih Kusenangi Daripada Jabatan”

Kisah Nyata : “Ibadah Lebih Kusenangi Daripada Jabatan”

 

 

 

 

 

 

Oleh : Ustadz Abu Faiz hafidzhullah

Saat tulisan ini dibuat, dinegeri kita tengah terjadi perebutan “kursi” dalam bingkai pesta demokrasi. Para “peserta kontes” melakukan apa saja yang sekiranya dapat mewujudkan impiannya. Unjuk diri, obral janji dan pasang tampang menjadi hal yang wajib. Masing-masing menjanjikan bahwa dialah yang paling mampu memimpin bangsa ini. Seakan-akan mereka-mereka lupa bahwa cara yang ditempuh tidak dibenarkan syari’at. Bagi mereka, yang penting bisa menjadi pemimpin dan meraup keuntungan darinya (baca:mengembalikan modal)

Kalau begitu keadaannya, bisakah ia menjadi seorang pemimpin yang berlaku adil dihadapan Allah Azza wa Jalla dan rakyatnya?! Ataukah tujuannya hanya sekadar ingin memperoleh sanjungan dan kehormatan dari manusia? Ada baiknya kita menyimak kisah berikut ini sebagai pelajaran bagi kita semua, terutama bagi para pemburu kekuasaan agar bisa melakukan introspeksi. Mudah-mudahan kita menjadi hamba Allah Azza wa Jalla yang senantiasa taat kepadaNya.Aamiin. Continue reading

Dan Umar Rodhiyallahu anhu pun Menangis!

Dan Umar pun Menangis!
Umair bin Saad memilih pergi ke pinggiran Madinah dan tinggal di sana, Umar bin al-Khatthab sebagai khalifah hendak mengetahui keadaan laki-laki yang pernah menjadi gubernurnya tersebut, maka Umar berkata kepada orang kepercayaanya yang bernama al-Harits,

“Wahai Harits, pergilah kepada Umair bin Saad, tinggallah di sana seolah-olah kamu adalah tamu, jika kamu melihat tanda-tanda kenikmatan maka pulanglah seperti kamu datang. Namun jika kamu mendapatkan keadaan yang sulit maka berikanlah dinar-dinar ini kepadanya.” Lalu Umar memberikan sebuah kantong berisi dinar kepadanya.

Al-Harits berangkat hingga dia tiba di kampung Umair, dia bertanya tentangnya maka seseorang menunjukkannya kepadanya. Ketika al-Harits bertemu dengannya, dia berkata, Continue reading

Tabi’in Terbaik “Uwais Al-Qoroni”

Oleh : Ust. Firanda Andirja Lc

Uwais bin ‘Amir Al-Qoroni adalah tabiin terbaik sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim[1] dari Umar bin Al-Khotthob ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِيْنَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ ((Sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang disebut dengan Uwais dan ia memiliki seorang ibu… )).

Berkata An-Nawawi, “Ini jelas menunjukan bahwa Uwais adalah tabi’in terbaik, mungkin saja dikatakan “Imam Ahmad dan para imam yang lainnya mengatakan bahwa Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik”, maka jawabannya, maksud mereka adalah Sa’id bin Al-Musayyib adalah tabi’in terbaik dalam sisi ilmu syari’at seperti tafsir , hadits, fiqih, dan yang semisalnya dan bukan pada keafdlolan di sisi Allah”[2]

Berikut ini kami menyampaikan sebuah hadits yang berkaitan dengan kisah Uwais Al-Qoroni yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalah shahihnya[3].

Namun agar kisahnya lebih jelas dan gamblang maka dalam riwayat Imam Muslim ini kami menyelipkan riwayat-riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadroknya, Abu Ya’la dan Ibnul Mubarok dalam kedua musnad mereka.

Dari Usair bin Jabir berkata, “Umar bin Al-Khotthob, jika datang kepadanya amdad dari negeri Yaman maka Umar bertanya mereka, “Apakah ada diantara kalian Uwais bin ‘Amir ?”, hingga akhirnya ia bertemu dengan Uwais dan berkata kepadanya, “Apakah engkau adalah Uwais bin ‘Amir?”, ia berkata, “Iya”. Umar berkata, “Apakah engkau berasal dari Murod[4], kemudian dari Qoron?”, ia berkata, “Benar”. Continue reading

Ka’ab bin Malik; Dan Manisnya Sebuah Kejujuran…

Ka’ab bin Malik; Dan Manisnya Sebuah Kejujuran…

Ka’ab bin Malik Rodhiyallahu anhu adalah salah seorang sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang mendapat anugerah Allah berupa kepiawaian dalam bersyair dan berjidal. Syair-syairnya banyak bertemakan peperangan. Kemampuan sebagai penyair ini, mengantarkannya menduduki posisi khusus di sisi Nabi, selain dua sahabat yang lain, yaitu Hassan bin Tsabit dan Abdullah bin Rawahah. Ka’ab bin Malik termasuk pemuka sahabat dari kalangan Anshar yang berasal dari suku Khazraj. Nama lengkapnya ialah ‘Amr bin Al Qain bin Ka’ab bin Sawaad bin Ghanm bin Ka’ab bin Salamah. Pada masa jahiliyah, ia dikenal dengan kunyahnya (panggilan) Abu Basyir.
Kisah kejujuran Ka’ab bin Malik rodhiyallahu anhu ini, berawal saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah mengambil keputusan untuk menyerang Romawi. Beliau memobilisasi para sahabat untuk tujuan itu. Kaum rnuslimin segera melakukan persiapan dan berlomba-lomba menginfakkan harta yang mereka miliki. Continue reading