Humor Salafi (Diangkat dari Kitab Al Adzkuyaa’ karya Imam Ibnul Jauzi)

Humor Salafi (Diangkat dari Kitab Al Adzkuyaa’ karya Imam Ibnul Jauzi)

“jika harus tersenyum, tersenyumlah dengan bijak.
jika harus tertawa… tertawalah dengan bijak.”

Seorang salafi harus selalu bermuka masam dan kering kerontang dari canda yang bijak?

Bila pernah terlintas pemikiran seperti itu di benak kita maka buru burulah baca buku ini. Temukan beragam kisah-kisah cerdik jenaka para Nabi, para sahabat dan orang orang shalih yang dicintai Allah.

Kisah kisah pengundang senyum dan penyegar suasana yang diangkat dari kitap Al Adzkiyaa buah karya Imam Ibnul Jauzi rahimahullah.

Kisah Lucu Para Peminta Sedekah

Kisah Pertama

Seorang peminta sedekah dating ke sebuah rumah, lalu berseru, “Wahai tuan yang  empunya rumah…”

Belum sempat dia meneruskan perkataannya, tuan rumah telah bangun meninggalkannya sambil berkata, “Semoga Allah melapangkan engkau.”

Wahai tuan rumah! Alangkah baiknya kalau engkau mendengarkan apa yang akan kukatakan terlebih dahulu. Barangkali aku dating untuk menjemputmu ke pesta pernikahan.” Kata si peminta sedekah

Kisah Kedua

Diceritakan pula bahwa seorang peminta sedekah berdiri di hadapan pintu sebuah rumah karena karena mengharapkan sesuatu.

“Semoga Allah melapangkan engkau, kami tidak punya apa-apa untuk diberikan kepada engkau.” Kata tuan rumah.

“Sisa-sisa makanan pun jadi.” kata pengemis

“Kami tidak punya.: kata tuan rumah

”Sedikit gandum atau gandum murahan pun tidak mengapa Tuan.”

”Kami tidak punya.”

”Secawan susu atau minyak zaitun juga boleh.” kata si pengemis.

”Kami tidak punya.”

”Kalau begitu, berilah saya sedikit air dingin saja.”

”Kami tidak punya apa-apa.”

“Kalau begitu, apa yang engkau lakukan di dalam rumah ini? Pergilah keluar mengemis. Kalian lebih patut menjadi peminta sedekah daripada saya,” kata si pengemis sambil pergi.

Kisah Ketiga

Syaikh Syihabuddin menceritakan pula bahwa seorang pengemis telah berseru di hadapan sebuah rumah, “Tuan, kami lapar, berilah sesuap makanan.”

“Engkau berbohong.” kata tuan rumah.

”Betul Tuan. Kalau tidak percaya, Tuan boleh coba dengan  menyumbangkan dua kati roti dan dua kati daging. Niscaya semuanya akan habis sebagai tanda bahwa kami betul-betul lapar.” kata si pengemis.

——————–//———————

# Kisah Abu Hanifah & Seorang Lelaki

Ada seorang lelaki bertutur kepada Abu Hanifah. Ia mengeluh, karena ia menyimpan harta di sebuah tempat, di dalam tanah, tapi ia tidak teringat tempat tersebut.

Abu Hanifah tercengung sejenak. Lalu berkata:

“Sebenarnya, ini bukan soal fiqih. Tapi cobalah kamu melakukan shalat malam hingga menjelang fajar. Insya Allah, kamu akan teringat tempat tersebut.”

Pria itupun menjalankan saran dari Abu Hanifah. Tak sampai seperempat malam saja pria itu shalat, ia sudah teringat lokasi itu. Iapun datang menemui Abu Hanifah dan mengabarkan kepada beliau apa yang dia alami.

Abu Hanifah berkata, “Aku memang sudah yakin, bahwa syetan tidak akan membiarkanmu terus shalat, tanpa membuatmu teringat akan lokasi tempat hartamu itu. Tapi, kenapa engkau tidakt terus shalat tadi malam, sebagai tanda syukurmu kepada Allah? [al-Adzkiyaa hal.67]

Sumber: Humor Salafi, Hal.37-38

——————————————–//—————————————————

Kisah Hajjaj bin Yusuf Dengan Seorang Badui

Dikabarkan bahwasanya pada suatu hari Al-Hajjaj ( Hajjaj bin Yusuf ) menyendiri (meninggalkan pasukannya), ia bertemu dengan seorang Badui, maka Al-Hajjaj berkata: “Wahai orang arab, bagaimana (pendapatmu) tentang Al-Hajjaj?”

Badui menjawab: “Ia seorang yang dholim dan serampangan”.

Hajjaj berkata: “Apakah engkau telah mengadukannya kepada (khalifah) Abdul Malik (bin Marwan)?”.

Badui berkata: “Semoga Allah melaknatnya, sesungguhnya dia lebih dholim dan lebih serampangan”.

Seketika itu para perajurit Hajjaj berdatangan mengelilinginya, maka Hajjaj berkata: “Bawa Badui itu (naikan ia keatas kuda)”.

Maka para perajurid menaikannya  ke atas kuda, maka badui itu (terheran-heran) iapun bertanya tententang laki-laki (tadi kepada para prajurid), maka para perajurit berkata: “Ia adalah Al-Hajjaj”. Maka Badui tersebut (ketakutan), ia memacu kuda yang ia tunggangi agar ia dapat mendekat ke belakang Hajjaj, kemudian Badui itu berkata: “Wahai Hajjaj…”.

Hajjaj menjawab: “Ada apa denganmu?”.

Badui berkata: “Rahasia (yang kita bicarakan tadi -red) antara aku denganmu jangan sampai ada yang mengetahuinya”.

Maka Hajjajpun tertawa dan melepaskannya.

[Sumber: Ahla Hikayat Min Kitab al-Adzkiyaa Pdf, hal. 44, Ibnul Jauzi

———————————————-//—————————————————

1. Iblis pernah datang menemui Isa ‘alaihissalam. Dengan pongah, si Iblis berkata, “Eh Isa! Bukankah engkau yakin, bahwa segala yang tidak ditakdirkan oleh Allah, tidak akan menimpamu?”

“Ya,” jawab Isa.

“Kalau begitu, coba engkau terjun dari atas gunung ini. Kalau Allah menakdirkan selamat, pasti engkau akan selamat.” Ujar si Iblis.

Dengan tenang, Isa menjawab, “Hai makhluk laknat! Sesungguhnya Allah itu berhak menguji para hamba-Nya, tapi seorang hamba,m tidak punya hak untuk menguji Allh!” [1]

2. Ada seorang lelaki datang menjumpai Muawiyyah. Kebetulan, ia bertemu pertama kali dengan penjaga pintu gerbang kediaman beliau.

“Tolong beritahukan kepada Muawiyyah, saudaranya datang.” Ujarnya.

Saat mendapatkan pesan itu, Muawiyyah terheran-heran, “Rasanya aku tidak kenal. Tapi biarkan dia masuk.” perintah beliau. Orang itupun masuk.

Saat tiba di hadapan beliau, beliau bertanya, “Engkau saudaraku dari pihak mana?” tanya beliau.

“Dari Adam dan Hawa,” jawab  orang itu santai.

“Tolong berikan satu dirham kepada orang ini.” perintah beliau

“Hai, kenapa engkau cuma memberi satu dirham kepada saudara seayah dan seibumu?” tanya orang itu dengan kesal.

Muawiyyah menjawab dengan santai, “Kalau setiap saudaraku dari Adam dan Hawa harus kuberi uang, pasti satu dirham itupun tidak akan sampai ke tanganmu!” [2]

3. Suatu hari, khalifah al-Makmun bertanya kepada Abdullah, “Mana yang lebih nyaman, tempatku ini, atau rumahmu?”

Abdullah menjawab, “jelas rumahku. Kalau di rumah, aku menjadi raja, tapi disini aku menjadi budak.” Kontan , khalifah pun tertawa. [3]

4. Jarir meriwayatkan,” Suatu hari Al A’masy duduk di pojok majelis. Sementara kami duduk di bagian pojok lain. Di Dekat tempat itu, ada air hujan menggenang membentuk sebuah danau kecil. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang mengenakan mantel hitam . Saat melihat al A’masy, ia memandang rendah, karena pakaian beliau yang sederhana.

“Heh bangun, cepat bantu aku menyebrangi danau ini.” Ia membangunkan al A’masy dan menarik tangannya dengan kasar. Lalu ia memaksa beliau menggendongnya. Konyolnya, sambil menikmati gendongan si Ulama tadi, laki-laki itu membaca ayat berikut:

“Maha Suci Dia yang telah menunddukan kendaraan ini bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya..” [az-Zukhruf: 13]

Saat tiba di tengah danau, al A’masy melemparkan lelaki itu ke dalam air, sambil membaca ayat berikut:

“Dan berdo’alah, “Ya Rabbku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkati, dan Engkau adalah sebaik-baik Yang memberi tempat..” [al Mukminun: 29]

Beliau keluar dari danau itu, dan membiarkan si lelaki konyol  berendam di air danau. [4]

5. Isa bin Amru mengisahkan, ada seorang lelaki badui pergi ke negeri Bahrain. Ia mengumpulkan masyarakat Yahudi di negeri itu. Lalu itu bertanya, “Bagaimana pendapat kalian tentang Isa bin Maryam?”

“Kami memang membunuh dan menyalibnya!” tegas mereka, untuk mempertahankan pendapat nenek monyang mereka.

“Tidak masalah, tapi apakah kalian sudah membayarkan diyatnya? [5] tanyanya.

“Belum,” jawab masyarakat Yahudi itu.

“Kalau begitu,jangan pergi dari sini sebelum kalian membayarkan diyat itu kepadaku.” Akhirnya, merekapun baru keluar setelah semuanya membayar diyat tersebut..”!! [6]

6. Ada seorang pria beragama Nasrani yang kerapdatang mengunjungi Imam adh-Dhahhaq bin Muzaahim. Suatu hari Imam adh-Dhahhaq bertanya:

“Kenapa engkau tidak juga masuk Islam?”

“Karena aku masih suka menenggak minuman keras, dan tidak tahan hidup tanpa minuman itu.” Jawabnya.

“Kalau begitu masuk Islam saja dan silahkan tetap menenggak minuman keras kesukaanmu itu.” Ujar adh-Dhahhaq yakin.

akhirnya lelaki itu pun masuk Islam. Saat ia sudah masuk Islam, imam adh-Dhahhaq berkata kepadanya:

“Nah, sekarang kamu sudah masuk Islam. Kalau kamu masih juga menenggak minuman keras, kami akan menghukummu dengan cambukan.. Kalau kamu murtad (keluar) dari Islam, kami akan membunuhmu!!!

Lelaki itu pun terbengong-bengong mendengarnya…… [7]

Note:

[1] Lihat kitab al-Adzkiyaa hal.11

[2] Kitab al-Adzkiyaa hal.20-21

[3]  Kitab al-Adzkiyaa hal.46

[4] Kitab al-Adzkiyaa hal.64

[5] Diyat adalah uang ganti rugi karena telah membunuh orang, sebagai ganti rugi dari qisshas. Kaum Yahudi mengakui adanya hukum tersebut dalam agama mereka

[6] Kitab al-Adzkiyaa hal.75

[7] Kitab al-Adzkiyaa hal.82

———————————————//——————————————————

# Ibrahim bin Thuhman biasa menerima gaji bulanan dari Baitul Mal. Suatu hari, ia di tanya tentang suatu persoalan.

Aku tidak tahu,” jawab beliau.
Anda mendapatkan gaji sekian dan sekian setiap bulannya, tapi menjawab pertanyaan ini saja tidak becus?” tanya orang-orang di sekitarnya heran.
Aku hanya mengambil gaji dari apa yang aku bisa. Kalau aku juga mengambil gaji dari hal-hal yang tidak aku bisa, harta di Baitul Mal akan ludes, sementara yang aku tidak bisa masih banyak lagi!” jawab beliau tenang.

Karena jawaban cerdik itu, khalifah memberi beliau hadiah besar, dan menaikkan gaji beliau.

————————–

# Mengira rumah sedang kosong, seorang pencuri masuk ke dalam. Ternyata di dalam kamar ada lelaki pemilik rumah itu, dengan budak wanitanya.
Siapa namau?” ujar si pencuri dengan mengancam si budak wanita.
E E Khadijah,” ujarnya.
“Ini hari keberuntunganmu,” katanya.
Saya tidak bisa membunuh orang yang bernama Khadijah, karena itu adalah nama ibuku tersayang.
“Dia menoleh ke arah pria pemilik rumah itu,”Siapa namamu?
Nama saya Umar,” ujar si pria.”Tapi orang biasa memanggil saya Khadijah.” Si maling tertawa terbahak-bahak, dan meninggalkan mereka berdua.

————————

# Mendengar suara keras dari dalam kamarnya seorang ibu bertanya dari luar.

Suara apa itu, ananda??”
Selimut jatuh dari tempat tidur bu!”
Kok suaranya keras sekali?”
Di dalam selimut ada saya, bu!”

Sumber: Disalin ulang dari buku “Humor Salafi” karya al Ustadz Abu Umar Basyir –hafizhahullah– Penerbit: Unaizah Media

Leave a comment