KASIH IBU

 

KASIH IBU

Kisah ini kutulis untuk permohonan maafku pada ibu, orang yang telah mengandung, melahirkan , merawat, dan membesarkanku. Namun sepanjang umurku, aku selalu melukai, membuat malu, dan menyusahkannya dengan berbagai macam ulahku.

Ibu… Masih ingatkah saat aku membuatmu menangis malu, karena tetangga datang ke rumah marah-marah memakimu disebabkan aku mencuri mangga tetangga? Atau engkau yang selalu kulihat mengelus dada sabarmu karena kenakalanku pada orang-orang? Bibirmu tak pernah kering dari nasihat-nasihat untukku. Namun aku lebih memilih nafsu sebagai temanku.

Ibu… , aku masih ingat ketika siang itu, aku membuatmu tersungkur bersimpah darah. Karena jatuh saat mengejarku di tangga. Kandunganmu mengalami perdarahan hebat, hingga engkau harus berbaring di Rumah Sakit. Adik lahir premature dengan kondisi memprihatinkan. Untunglah, Ibu dan adik akhirnya selamat dan karena itu pula engkau memberi nama adik Dini karena lahir sebelum waktunya.

Ibu…, andai saja engkau dan adik tidak selamat, mungkin sekarang ini aku merasakan penyesalan yang sangat. Namu Allah sangat baik Bu, ia membiarkan memori itu terus berputar di kepalaku hingga aku menyadari semua masa lalu itu, mudah-mudahan belum terlambat ibu…

Ibu…, aku tak tahu mengapa hatimu begitu luas untuk memafkanku, padahal aku tak seperti kakak ataupun adik-adik yang lain. Mereka selalu penuh bakti dan penurut padamu, mereka juga sukses hingga bangku kuliah dan SMU. Sementara aku SMP saja tak lulus, aku sibuk nongkrong membuang waktu sia-sia dengan burung dara atau mabuk dan berjudi. Belum lagi, aku hobi mencuri uang dan perhiasan milikmu. Pernah juga aku mengambil kalung Dini saat tidur, hingga ketika bangun ia menangis meraung-raung. Tapi aku tak perduli, lama-lama kebiasaan itu merambat ke barang milik tetangga. Astaghfirullah…, malu rasanya mengingat semua itu. Continue reading

Ayah, Ibu… Biarkan Ananda Istiqomah

Ayah, Ibu… Biarkan Ananda Istiqomah

Penulis: Ummu Rumman
Muroja’ah: Ustadz Abu Salman

Duhai, betapa indahnya jika kita bisa membahagiakan orang tua kita. Orang tua yang telah membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Orang tua yang telah mendidik dan merawat kita sedari kecil. Orang tua yang telah mengerahkan segala yang mereka punya demi kebahagiaan kita, anak-anaknya. Terima kasihku yang tak terhingga untukmu wahai Ayah Ibu.
Allah berfirman, yang artinya, “Dan Rabbmu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya.” (Qs. Al Israa’ 23)

Alangkah bahagianya seorang anak yang bisa menjalankan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dengan mendapatkan dukungan dari orangtuanya.

Akan tetapi, bagaimana jika orang tua melarang kita melakukan kebaikan berupa ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya? Keistiqomahan kita, bahkan bagaikan api yang menyulut kemarahan mereka.

Di antara mereka bahkan ada yang menyuruh pada perbuatan yang dilarang Allah? Bagaimanakah seharusnya sikap kita?

Jika teringat kewajiban kita untuk berbakti pada mereka, terlebih teringat besarnya jasa mereka, berat hati ini untuk mengecewakan mereka. Sungguh hati ini tak tega bila sampai ada perbuatan kita yang menjadikan mereka bermuram durja. Continue reading

Akibat Seorang Anak Memperlakukan Ibu Sebagai Pembantu

Akibat Seorang Anak Memperlakukan Ibu Sebagai Pembantu

anak-durhaka

Seorang anak berlaku kasar kepada ibunya. Dia tidak hanya suka teriak-teriak di wajahnya, akan tetapi suka mencaci dan memakinya. Ibunya yang telah tua, seringkali berdoa kepada Allah ta’ala agar Allah meringankan kekerasan dan kekejaman anaknya. Dia menjadikan ibunya sebagai pembantu yang membantu dan mengurusi segala kebutuhannya, sedangkan ibunya sendiri tidak membutuhkan pengurusan dan bantuannya. Betapa sering air matanya mengalir di kedua pipinya, berdoa kepada Allah ta’ala agar memperbaiki belahan hatinya dan memberikan hidayah kepada hatinya.

Pada suatu hari dia menemui ibunya dengan raut wajah kejahatan yang terlihat dari kedua matanya. Dia berteriak-teriak di wajah ibunya, “Apakah ibu belum menyiapkan makanan juga?” Dengan segera ibunya mempersiapkan dan menghidangkan makanan untuknya. Akan tetapi tatkala dia melihat makanan yang tidak dia suka, maka dia melemparnya ke tanah. Continue reading

Ibu, Sungguh Begitu Mulia Peranmu

Ibu, Sungguh Begitu Mulia Peranmu

Agama Islam sangat memuliakan dan mengagungkan kedudukan kaum perempuan, dengan menyamakan mereka dengan kaum laki-laki dalam mayoritas hukum-hukum syariat, dalam kewajiban bertauhid kepada Allah, menyempurnakan keimanan, dalam pahala dan siksaan, serta keumuman anjuran dan larangan dalam Islam.

Allah Ta’ala berfirman,

{وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا}

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (QS an-Nisaa’:124).

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

{مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS an-Nahl:97)[1]. Continue reading

Audio Kajian : Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga

Audio Kajian : Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga

Sungguh Merugi Siapa yang Mendapati Orang Tuanya Masih Hidup Tapi Tidak Meraih Surga

Penulis : Ghalib bin Sulaiman al-Harbi
Deskripsi : viii + 94 hal. (K)

Kajian ini diadakan di Masjid Nurul Hidayah, Perum Reni Jaya, pada tanggal 30 Mei 2010 pada pukul 15.30 sampai 17.45 WIB. Kajian ini dibawakan oleh al Ustadz Subhan Bawazier.

Deskripsi singkat dari buku ini : Dalam Islam terdapat karakteristik nilai keluhuran yang tidak dimiliki oleh agama manapun. Ini menempatkan Islam pada derajat yang tinggi. Berbakti kepada orang tua misalnya, semua agama menganjurkannya, tapi tidak seintens Islam. Islam mengajarkan anak agar berbakti kepada kedua orang tua dalam ruang yang paling luas; pada saat hidup dan setelah meninggal dunia, membayar hutang kedua orang tua, berdoa untuk keduanya, melaksanakan wasiat dan bersedekah untuk keduanya adalah kunci pokok bakti seorang anak. Di samping itu, Islam juga membahas adab berbakti dan buahnya. Secara global, berbakti kepada orang tua meliputi berbuat baik, tidak menghardik, memberikan nafkah, dan mendahulukan bakti kepada mereka daripada sikap baik kepada orang lain, serta tidak durhaka kepada keduanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sungguh merugi orang yang mendapati ibu bapaknya (masih hidup) di usia tua, namun dia tidak mampu meraih surga (dengan berbakti kepada keduanya). Bahkan berbakti itu menempati kedudukan yang tinggi di sisi Allah melebihi jihad fi sabilillah. Mari kita daki puncak keutamaan sebagai Muslim dengan bakti itu.

Didalam kajian ini ustadz hanya membahas bab pertama dan kelima dari kitab kecil ini, tapi masya Alloh dengan pembahasan ini sudah mencakup keseluruhan dari isi buku ini. Ustadz juga menerangkan tentang adabadab seorang anak ketika mendapati kedua orangtuanya sudah meninggal.

Silahkan dengarkan kajian yang ISTIMEWA ini, semoga bermanfaat untuk diri ana, dan antum sekalian agar kita dapat meraih ridho Alloh melalui ridho orang tua kita.

PEMBAHASAN KUTAIB

size : 17 MBs
type : MP3

=================

TANYA JAWAB

size : 5,26 MBs
type MP3

:: Silahkan disebarluaskan untuk memperluas ilmu kita dalam mendalami islam sesuai dengan alqur’an dan sunnah dengan pemahaman para shahabat ridwaanulloh ‘alaihim jamii’an. ::

Dipublikasi ulang dari : http://portal-abuyazid.blogspot.com/2010/05/kajian-sungguh-merugi-siapa-yang.html

AKU AKAN KEMBALI KEPANGKUANMU WAHAI IBUNDA

AKU AKAN KEMBALI KEPANGKUANMU WAHAI IBUNDA

Syaikh Abdurrozzaq hafizohullah sepekan yang lalu bercerita tentang seorang yang sudah tua yang ditemuinya di pantai jompo, orang tua tersebut mengeluh tentang anaknya yang sudah bertahun-tahun tidak menjenguknya….

Tentunya ini adalah bentuk durhaka kepada orang tua.

berikut ini adalah sebuah syair yang semoga menggugahkan hati kita untuk sering-sering menjenguk atau minilah jika kita jauh dari mereka agara sering menelpon mereka. Continue reading

Taubat Seorang Ibu Ditangan Putrinya

 

 

 

 

 

 

 

Empat tahun yang silam salah seorang ahli ilmu yang bernama Syaikh Ali al-Hindi meriwayatkan kisah nyata berikut ini kepada Syaikh Abdurrahman al-Makki, seraya mengatakan:

Ada seorang ibu yang merasa geram terhadap putrinya kerena ia tidak lagi seperti dulu dalam menghormati para tamu. Pekan ini, ia tidak menghormati tamu-tamu ibunya. Sang ibu merasa terheran-heran karena putrinya adalah seorang gadis yang multazimah, kuat beragama. Continue reading

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 9), “Fatwa-Fatwa Penting Seputar Berbakti Kepada Orang Tua”

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 9), “Fatwa-Fatwa Penting Seputar Berbakti Kepada Orang Tua”

Bagaimana cara orang yang hatinya membenci orangtuanya namun ia ingin berbakti kepadanya?

Soal no 318

Seorang wanita sangat membenci ibunya dan ibunya tidak mengetahui hal itu. Wanita ini tinggal bersama ayahnya jauh dari ibunya dan ia tidak mengenal ibunya kecuali setelah dewasa dikarenakan ibunya diceraikan karena sebab-sebab kekeluargaan. Untuk diketahui wanita ini memberikan kepada ibunya hadiah-hadiah dan ia telah bertanya kepada sebagian ulama dan mereka berkata, “Sesungguhnya kecondongan hati tidak dihitung oleh Allah”, maka bagaimana pendapat Syaikh? Continue reading

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 8), “Keteladanan Salaf; Durhaka Kepada Orang Tua”

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 8), “Keteladanan Salaf; Durhaka Kepada Orang Tua”

Contoh-Contoh Berbaktinya Salaf Kepada Orangtua Mereka

Contoh pertama

Muhammad bin Sirin berkata, ((Harga kurma naik melambung di masa pemerintahan Utsman bin ‘Affan hingga 1000 dirham, maka Usamah bin Zaid pun pergi menuju pohon kurma yang ia miliki lalu iapun melobanginya dan mengambil jantung kurma tersebut lalu ia berikan kepada ibunya. Orang-orang lalu berkata kepadanya, “Apa yang menyebabkan engkau melakukan ini padahal engkau tahu bahwa harga pohon kurma sekarang mencapai 1000 dirham?”, Usamah berkata, “Ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku dan tidaklah ia meminta sesuatu kepadaku yang aku mampu kecuali aku penuhi permintaannya”))[1]
Continue reading

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 7), “Diangkatnya Kesulitan, Serta Kewajiban Memberi Nafkah Kepada Orang Tua”

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 7), “Diangkatnya Kesulitan, Serta Kewajiban Memberi Nafkah Kepada Orang Tua”

Kedelapan : Berbakti Kepada Orangtua Merupakan Sebab Diangkatnya Kesulitan dan Kesedihan.

خرج ثلاثة (ممن كان قبلكم) يمشون فأصابهم المطر فدخلوا في غار في جبل فانحطت عليهم صخرة (من الجبل فسدت عليهم الغار) قال فقال بعضهم لبعض ادعوا الله بأفضل عمل عملتموه  (انظروا أعمالا عملتموها صالحة لله فادعوا الله بها لعله يفرجها عنكم) فقال أحدهم اللهم إني كان لي أبوان شيخان كبيران (ولي صِبْيَةٌ صغار) فكنت أخرج فأرعى ثم أجيء فأحلب فأجيء بالحلاب فآتي به أبوي فيشربان ثم أسقي الصبية وأهلي وامرأتي فاحتبست ليلة فجئت فإذا هما نائمان قال (فقمت عند رؤوسهما أكره أن أوقظهما وأكره أن أسقي الصبية) فكرهت أن أوقظهما والصبية يتضاغون عند رجلي (فلبثت والقدح على يدي أنتظر استيقاظهما) فلم يزل ذلك دأبي ودأبهما حتى طلع الفجر اللهم إن كنت تعلم أني فعلت ذلك ابتغاء وجهك فافرج عنا فرجة نرى منها السماء قال ففرج عنهم (فرأوا السماء)…الحديث

Continue reading

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 6) “Kisah Taubatnya Tukang Sihir Wanita”

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 6) “Kisah Taubatnya Tukang Sihir Wanita”

Ketujuh : Berbakti kepada orangtua merupakan penebus dosa-dosa besar

عن بن عمر رضي الله عنهما قال أتى النبي  صلى الله عليه وسلم  رجل فقال يا رسول الله إني أذنبت ذنبا كثيرا فهل لي من توبة قال ألك والدان قال لا قال فلك خالة قال نعم فقال رسول الله  صلى الله عليه وسلم  فبرها إذا

Dari Ibnu Umar berkata, “Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah melakukan dosa yang banyak[1], apakah ada taubat bagiku?”, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki kedua orangtua?”, ia berkata, “Tidak”, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki bibi (saudara wanita ibu)?”, ia berkata, “Iya”, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Kalo begitu berbaktilah kepada bibimu!”.[2] Continue reading

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 5) “Kunci Masuk Surga Serta Merupakan Sebab Ditambahnya Umur dan Rizki”

Berbakti Kepada Orang Tua (bag. 5) “Kunci Masuk Surga Serta Merupakan Sebab Ditambahnya Umur dan Rizki”

Kelima: Keridhoan orangtua adalah kunci masuk surga

Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda

رضى الرب في رضى الوالد وسخط الرب في سخط الوالد

((Keridhoan Allah berada pada keridhoan orangtua dan kemarahan Allah berada pada kemarahan orangtua))[1]

عن معاوية بن جاهمة السلمي أن جاهمة جاء إلى النبي  صلى الله عليه وسلم  فقال يا رسول الله أردت أن أغزو وقد جئت أستشيرك فقال هل لك من أم قال نعم قال فالزمها فإن الجنة تحت رجليها

Dari Mu’awiyah bin Jahimah As-Sulami bahwasanya Jahimah datang kepada Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam lalu berkata, “Ya Rasulullah, aku hendak berjihad, aku menemuimu untuk meminta pendapatmu”. Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Apakah engkau memiliki ibu?”, ia menjawab, “Iya”, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam berkata, “Senantiasalah bersamanya, sesungguhnya surga berada di bawah kedua kakinya”[2] Continue reading