Majelis Dzikir

Majelis Dzikir


Penulis : Redaksi Sakinah

Dalam keseharian hidup dengan kesibukan dunia yang ada, kita banyak terlena dan lalai dari berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta mengingat negeri akhirat. Padahal mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan negeri akhirat merupakan suatu kemestian demi hidupnya hati yang ada di dalam dada.

Majelis dzikir merupakan majelis yang mempertautkan hati kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kepada kampung akhirat.

Majelis yang dapat melunakkan hati serta memudahkan menetesnya butiran-butiran bening dari kedua mata. Karenanya majelis seperti ini harus sering kita hadiri untuk membina dan terus memupuk keimanan dalam qalbu.

Namun yang perlu jadi catatan, majelis dzikir yang dipuji dalam syariat, modelnya bukan seperti majelis dzikir berjamaah yang sekarang lagi naik daun dan dipublikasikan di berbagai media. Sungguh, jauh panggang dari api …!

Tidak kita sangsikan, majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat beliau dahulunya adalah majelis dzikir yang sarat dengan lantunan ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, hadits-hadits yang mulia, nasihat dan peringatan yang bermanfaat bagi umat. Majelis seperti majelis merekalah yang kita tuju.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata,

Kami mengeluh kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah! Kenapa diri kami ini, bila berada di sisimu hati kami lunak, gampang tersentuh, dan kami merasa tidak butuh kepada dunia. Kami seakan termasuk penduduk akhirat. Namun bila kami meninggalkanmu lalu berkumpul dengan istri-istri kami dan bermain-main dengan anak-anak kami, kami mengingkari diri kami, tidak seperti kala bersamamu.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Seandainya kalian saat keluar dari sisiku (berkumpul dengan keluarga kalian) keadaannya sama dengan keadaan kalian saat bersamaku, niscaya para malaikat akan menziarahi kalian di rumah-rumah kalian1. Seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah akan mendatangkan makhluk baru, yang mereka kemudian berbuat dosa, lalu Allah mengampuni mereka.”

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu kemudian bertanya,

“Wahai Rasulullah, dari apakah makhluk diciptakan?”

“Dari air,” jawab beliau.

“Bangunan surga itu apa?” tanya Abu Hurairah lagi.

“Batu bata dari emas dan batu bata dari perak. Lumpurnya adalah misik adzfar. Kerikilnya adalah mutiara dan yaqut. Tanahnya adalah za’faran. Siapa yang masuk ke dalamnya, ia akan merasakan kenikmatan dan tidak pernah susah. Dia akan hidup kekal, tidak pernah mati. Pakaiannya tidak akan usang dan kemudaannya tidak akan berakhir.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban. Dihasankan dalam Ash-Shahihah no. 969)

Demikianlah gambaran majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabat beliau. Majelis yang didominasi dengan hasungan untuk mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, majelis targhib dan tarhib2.

Majelis tersebut diisi dengan bacaan Al-Qur’an, dengan hadits-hadits nabawi yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ajarkan kepada beliau, dan dengan nasihat yang baik. Tak luput pula beliau memberikan pengajaran perkara yang bermanfaat dalam agama ini.

Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau dalam kitab-Nya untuk memberikan peringatan, menasihati, menyampaikan kisah serta mengajak manusia kepada jalan Rabbnya dengan cara hikmah dan nasihat yang baik. Sebagaimana beliau diperintah untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menamakan beliau sebagai mubasysyir pemberi kabar gembira, nadzir pemberi peringatan dan da’i ilallah penyeru ke jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Targhib dan tarhib yang disampaikan Rasul yang mulia menjadikan para sahabat beliau sebagaimana penuturan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: hati mereka lunak, gampang tersentuh, zuhud terhadap dunia dan rindu kepada akhirat.

Kelunakan hati seorang hamba merupakan pengaruh dzikir, karena memang berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat hati menjadi tunduk, menjadi baik dan lunak serta menghilangkan kelalaian jiwa.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram.” (Ar-Ra’d: 28)

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (Al-Anfal: 2)

وَبَشِّرِ الْمُخْبِتِينَ

الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ

“Berilah kabar gembira kepada orang yang tunduk patuh kepada Allah. Yaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka …” (Al-Hajj: 34-35)

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka.” (Al-Hadid: 16)

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ

“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik yaitu Al-Qur’an yang serupa ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah.” (Az-Zumar: 23)

Sahabat yang mulia, Al-’Irbadh ibnu Sariyah radhiyallahu ‘anhuma berkata

menggambarkan satu majelis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang pernah dihadirinya, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan nasihat yang sangat menyentuh kami, nasihat yang membuat hati-hati bergetar dan membuat air mata bercucuran.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dll. Dishahihkan dalam Al-Irwa’ no. 2455)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma, seorang sahabat yang mulia pula, berkata,

“Sebaik-baik majelis adalah majelis yang disebarkan di dalamnya al-hikmah dan diharapkan turunnya rahmah. Itulah majelis dzikir.” (Sunan Ad-Darimi no. 287 dan Al-Mu’jamul Kabir Ath-Thabarani, 9/8925)

Pernah ada seseorang mengeluh kepada Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu, seorang imam yang masyhur dari kalangan tabi’in yang mulia. Orang itu mengeluhkan tentang hatinya yang keras. Maka Al-Hasan memberikan nasihat, “Dekatkanlah hatimu dengan dzikir.” (Az-Zuhud, Ibnu Abi ‘Ashim, hal. 266)

Al-Hasan juga mengatakan,

“Majelis dzikir adalah majelis yang menghidupkan ilmu dan akan menimbulkan kekhusyukan dalam hati. Hati-hati yang mati akan hidup dengan dzikir, sebagaimana bumi yang mati akan kembali hidup dengan turunnya hujan.”

Zuhud terhadap dunia dan cinta kepada akhirat yang diperoleh di majelis dzikir, disebabkan dalam majelis tersebut biasa disebutkan aib-aib dan cacat/tercelanya dunia dan hasungan agar orang takut serta lari dari dunia. Sebaliknya, diceritakan keutamaan surga dan sanjungan untuknya serta hasungan untuk cinta kepadanya. Disebutkan pula neraka berikut kengeriannya dan orang ditakuti-takuti dengannya.

Dalam majelis dzikir akan turun rahmah, diliputi majelis itu dengan sakinah/ketenangan dan ketentraman, para malaikat mengelilinginya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji-muji orang yang hadir di majelis tersebut di hadapan para malaikat-Nya.

Orang-orang yang hadir di majelis dzikir adalah suatu kaum yang tidak akan celaka orang yang duduk bersama mereka. Bahkan terkadang seorang pendosa yang duduk bersama mereka dirahmati karenanya. Terkadang di antara yang hadir ada yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka ahlul majelis seluruhnya beroleh anugerah.

Majelis dzikir adalah taman-taman surga sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا. قَالُوْا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: مَجْلِسُ الذِّكْرِ

“Apabila kalian melewati taman-taman surga maka singgahlah.” Para sahabat bertanya, “Apa taman-taman surga itu?” “Majelis dzikir”, jawab beliau. (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhuma. Dalam sanadnya ada rawi yang dhaif, namun hadits ini ada syahidnya, diriwayatkan oleh Al-Hakim dari hadits Jabir radhiyallahu ‘anhuma secara marfu’. Lihat Adh-Dha’ifah no. 1150 dan Ash-Shahihah no. 2562)

Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.

(Dinukil dari Latha’if Al-Ma’arif fima li Mawasim Al-‘Ami minal Wazha’if, karya Al-Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali, hal. 33-35)

Foot Note :

1 Karena kalian sudah sama dengan para malaikat.

2 Targhib adalah memberikan harapan akan beroleh pahala dan kenikmatan surga. Sedangkan tarhib adalah menakuti-nakuti/mengancam dengan ngerinya azab dan pedihnya siksa neraka.

Sumber : http://www.asysyariah.com/

Leave a comment