PENYIMPANGAN ABU SANGKAN dengan bukunya : PELATIHAN SHOLAT KHUSYU’

PENYIMPANGAN ABU SANGKAN dengan bukunya : PELATIHAN SHOLAT KHUSYU’


Oleh : Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary

Di dalam bab ini akan saya terangkan pinyimpangan-penyimpangan Abu Sangkan berdasarkan kajian saya terhadap buku – buku karya Abu Sangkan yaitu Pelatihan shalat Khusyu’, penerbit Yayasan Shalat Khusyu’, cetakan ke 13, Berguru Kepada Allah
Penerbit Yayasan Shalat Khusyu, cetakan ke 13, Makalah – makalah Pelatihan Shalat Khusyu’ dari para pelatih yang datang ke wilayah saya, diantaranya Drs. Shodiq dari Malang, Drs Moh. Fahri, MM dari Malang dan saudara Sukana,Sag dari Surabaya, dan DVD Pelatihan Sholat Khusyu’ karya Abu Sangkan.

Sebelum kita membahas penyimpangan – penyimpangan Abu Sangkan sedikit terlebih dahulu kita membahas dulu tentang hukum mengghibahi, mencela dan melaknat tokoh sesat (ahli bid’ah) sebagai dasar agar tidak dikatakan sok benar sendiri, lisan kotor, akhlaknya jelek, dan tuduhan – tuduhan jelek lainnya kepada penulis.

Ketahuilah sesungguhnya di antara prinsip Ahlussunnah wal jama’ah adalah menyakini bahwa mengghibahi saudara sesama muslim itu hukumnya harom, tetapi tidaklah mutlak, ada ghibah yang diperbolehkan diantaranya;
1. Menyebutkan keadaan orang yang zholim.
2. Menyebutkan identitas seseorang.
3. untuk memperingatkan manusia dari kejahatan seseorang (tahdzir)
4. Orang muslim yang berbuat maksiat secara terang – terangan.
5. orang yang meminta fatwa dan.
6. Orang yang meminta pertolongan untuk menghilangkan kejahatan.
Maka 6 orang golongan diatas tersebut boleh dighibahi, sedangkan asal hukum ghibah adalah harom dan termasuk dosa besar karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“ Hai orang – orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”(QS. Al-Hujurot:12)

Demikian juga ahlussunah meyakini wajibnya menghinakan tokoh penyesat (ahli bid’ah) dan harom memuji dan memulyakannya,prinsip ini berdasarkan dalil shohih yaitu firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala :

“Hai Nabi , berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah Jahanam, dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya”.(QS. At Taubah:73)

“Sesungguhnya orang orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, pasti mendapat kehinaan sebagaimana orang-orang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti nyata, dan bagi orang-orang kafir ada siksa yang menghinakan”.(QS.Mujadilah:5)

Hadits shohih yaitu sabda Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam :

Al madinah itu negeri harom,barang siapa yang berbuat bid’ah di dalamnya atau membela kebid’ahan maka dia dilaknat Alloh, Malaikat dan seluruh manusia”.(HR.Muslim)

Demikian juga banyak kita dapati perkataan ulama’ ahlussunnah wal jama’ah, ulama’salaf tentang wajibnya menghinakan tokoh penyesat (ahli bid’ah), diantaranya:

1) Telah berkata al-Imam Ibrohim bin Maisaroh Rahimahullah :

“Barang siapa yang menghormati tokoh – tokoh penyesat (ahli bid’ah) bearti ia telah menolong menghancurkan Islam”.
(Mauqif: 2 / 571)

2) Telah berkata al-Imam al-Fudloil bin ‘Iyad Rahimahullah :
“Barangsiapa yang menghormati tokoh bid’ah sungguh dia telah menolong menghancurkan Islam, barangsiapa yang tersenyum dengan tokoh penyesat sungguh dia telah menyamarkan apa yang Alloh turunkan kepada Muhammad”. (Mauqif: 2 / 572)

Berdasarkan dalil – dalil di atas maka merupakan prinsip ahlussunnah wal jama’ah bahwa mengghibahi, mencela, menghinakan dan melaknat tokoh – tokoh sesat, ahli bid’ah, pengikut langkah – langkah syetan, bukan akhlak yang buruk tetapi perbuatan tersebut merupakan:

1. Termasuk jihad amar ma’ruf dan nahi munkar yang lebih afdol dari pada berjihad dengan pedang melawan orang kafir.
2. Pelaksanaan perintah Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul–Nya.
3. Untuk menjaga kemurnian Islam.
4. Menjaga Islam agar orang yang awam tidak mengikuti tokoh – tokoh sesat sehingga selamat dari kesesatan.

Sehingga berdasarkan prinsip Ahlussunnah wal jama’ah ini dan dari kajian saya terhadap buku – buku Abu Sangkan maka lewat buku ini saya sampaikan hak – hak Abu Sangkan dari karyanya, dengan harapan mudah – mudahan:

a) Ihklas karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
b) Bersih dari sifat hasud dan dengki kepada Abu Sangkan.
c) Sebagai nasehat kaum muslimin terhadap bahayanya Abu Sangkan dan buku – bukunya.
d) Sebagai nasehat terhadap Abu Sangkan dan yang terpengaruh dengannya serta para kader Abu Sangkan untuk segera bertaubat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
e) Terkhusus nasehat ini terhadap Abu Sangkan untuk segera bertaubat kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala atas penyimpangandan akibat yang telah dihasilkan.

Bertaubat dari kesesatan bagi Abu Sangkan sungguh merupakan perkara yang sangat berat-kecuali Alloh Subhanahu wa Ta’ala benar – benar mencurahkan Rohmat-Nya kepadanya- karena :

1. Dia sudah lama asyik dengan khayalan – khayalan syaithoniyah.

2. Kebanyakan tokoh sesat itu merasa di atas hidayah sehingga sulit dinasehati kecuali mendapat rohmah dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Abu Sangkan dan yang telah mengikutinya mendapat rohmat dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

3. Kebanyakan tokoh sesat siap membela kesesatannya walaupun harus mengorbankan nyawanya, hal ini telah dialami oleh tokoh sufi dan filsafat sebelumnya seperti Abu Mansyur al-Hallaj yang mati dibunuh, Ibnu ‘Arobi al-Hatimi, Ja’d bin Dirham, Aburrohman bin Muljam, Imam Samudra dan lain-lain.

4. Kesesatan disamakan oleh Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seperti rabies (penyakit anjing gila). Anjing kalau sudah terjangkit virus rabies memiliki dua sifat jelek yaitu galak dan seperti kehausan tetapi tidak mau minum sampai mati kehausan. Demikian juga orang yang terjangkit hawa nafsu seperti ingin mengetahui kebenaran tetapi kalau dijelaskan tidak mau terima dan siap mati untuk membela kesesatnnya.
Rosululloh bersabda:

”Sesungguhnya akan keluar dari umatku suatu kaum yang mengikuti hawa nafsu, menjangkitinya seperti rabies yang masuk keseluruh sendi dan urat (pada anjing)”. (HR. Ibnu Abi Ashim)

Adapun penyimpangan – penyimpangan Abu Sangkan adalah seperti berikut:

Abu Sangkan Telah Mengada-ada Dalam Agama

Mengada – ada dalam agama Islam baik menambah atau mengurangi merupakan buah dari buruk sangka kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala serta merupakan bentuk penentangan dan pembangkangan kepada keputusan Alloh Subhanahu wa Ta’ala yang telah memutuskan bahwa agama Islam ini sudah sempurna, tidak butuh penambahan, pengurangan, dan perubahan. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridloi Islam menjadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)

Telah berkata al-Imam Malik Rahimahullah terhadap ayat ini:
“Barangsiapa mengada-ada dalam Islam dengan suatu bid’ah dan dia anggap bid’ah hasanah sungguh dia telah menuduh Rosululloh telah mengkhianati risalah, karena Alloh berfirman: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan Islam sebagai agama untukmu” maka apa yang bukan agama pada hari itu bukan agama juga pada hari ini”.

“Sesungguhnya perumpamaanku dengan para nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun sebuah rumah, maka dia memperbagus dan mempercantik kecuali satu tempat bata di suatu sudut (yang belum terpasang) maka manusia mengelilingi rumah tersebut dan mereka terkagum dengan keindahan rumah tersebut dan mereka berkata: Sekiranya ada orang yang bisa memasang bata itu? Beliau bersabda: “Maka akulah bata itu dan aku adalah penutup para nabi”. (HR. Bukhori dan Muslim)

“Barang siapa mengerjakan suatu amalan yang tidak ada padanya perintah kami maka amalan tersebut tertolak”. (HR. Muslim)

“Sesunggunya sebaik – baik pembuicaraan adalah Kitabulloh dan sebaik – baik petunjuk adalah petunjuknya Muhammad, dan sejelek – jelek perkara adalah yang diada – adakan dalam agama adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiapa kesesatan di neraka”. (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:

“barangsiapa yang menyeru kepada petunjuk maka dia mendapat pahala sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia mendapat dosa sebanyak orang yang mengikutuinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:
“Barangsiapa yang membuat suatu cara yaitu cara yang baik kemudian diikuti maka dia mendapat pahalanya dan mendapatkan pahala sebanyak orang yang mengikuti tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan barangsiapa yang membuat suatu cara yang jelek kemudian diikuti maka dia mendapat dosanya dan dosa sebanyak orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”. (HR. Tirmidzi)

Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda:
“Barangsiapa membuat perkara baru dalam agama atau membela perbuatan baru yang diada – adakan maka baginya laknat Alloh dan para malaikat serta mendapat laknat seluruh manusia”. (HR. Bukhori dan Muslim)

Di Mana Perbuatan Abu Sangkan Yang Katanya Mengada – ada Dalam Agama?

1) Membuat ajaran pelatihan sholat khsyu’ amalan ini tidak pernah diamalkan oleh para ulama’, tidak pernah diamalkan oleh para imam ahlussunnah, tidak pernah diamalkan oleh tabi’ut tabi’in, tabi’in, para shohabat maupun Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sehingga ajaran pelatihan sholat khusyu’ ini benar – benar baru yang diada –adakan oleh Abu Sangkan dari Indonesia. Ajaran ini tidak kita dapatkan di Negara – negara lain.

2) Cara – cara sholat khusyu’ yang disampaikan oleh Abu Sangkan adalah cara – cara baru yang tidak ada di dalam kitab – kitab kaum muslimin sehingga ajaran sholat khusyu’ ala Abu Sangkan ini betul – betul versi Abu Sangkan. Abu Sangkan sendiri telah mengatakan dalam DVD-nya bahwa sholat khusyu’ yang dia ciptakan itu adalah produk baru versi Abu Sangkan. Dia berkata: “Sholat khusyu’ menurut paradigma kami” dia juga berkata: “Sholat khusyu’ menurut teori kami”.

Ajaran baru versi Abu Sangkan ini bisa kita baca di dalam buku – buku dia baik di dalam buku Pelatihan Sholat Khusyu’ ataupun di dalam buku Berguru Kepada Alloh. Hampir semua cara sholat yang dijelaskan oleh Abu Sangkan adalah cara baru atau tepatnya disebut Muhdats mulai dari cara wudlu’ sampai cara berdzikir ba’da sholat. Contoh yang sangat jelas:

1) Halaman 58-59 buku Pelatihan Sholat Khusyu’ karya Abu Sangkan cetakan ke 13, penerbit Yayasan Sholat Khusyu’, Abu Sangkan berkata:

“Cara memasuki sholat…….

a) Heningkan pikiran anda agar rileks. Usahakan tubuh anda tidak tegang. Tak perlu konsentrasikan pikiran sampai mengerutkan kening
b) Biarkan tubuh anda meluruh, agak lemaskan atau bersikap serileks mungkin
c) Kemudian rasakan getaran qolbu…..
d) Bangkitkan kesadaran diri…..

Dan seterusnya ada sembilan poin sampai halaman 59.

2) Pada halaman 64 ketika menjelaskan cara berwudlu’, Abu Sangkan berkata:

a) Mulailah dengan mengucapkan…Hubungkan jiwa anda kepada Alloh…
b) Cucilah kedua tangan Anda dengan air mutlak. Pastikan hati tetap bersambung dengan Alloh…dst
c) Hadirkan jiwa Anda kepada Alloh. Dan seterusnya sampai 8 poin.

3) Pada halaman 71-78, Abu Sangkan menjelaskan cara wudlu’ dengan cara meditasi.

4) Pada halaman 82-98, Abu Sangkan menjelaskan cara sholat dengan gaya meditasi.

5) Pada halaman 104-116, Abu Sangkan menjelaskan cara berdzikir dengan cara meditasi. Sedangkan di dalam buku Berguru Kepada Alloh hanyalah pengulangan saja tanpa ada perbedaan.

Setelah saya cek di dalam kitab-kitab fiqih karya para ulama’ ahlussunnah baik yang berupa matan maupun yang berbentuk syarah (penjelasan para ulama’), ternyata apa yang dijelaskan Abu Sangkan di dalam buku – bukunya hanyalah kutipan dengan beberapa perubahan dari Abu Sangkan yaitu Abu Sangkan menukil cara – cara meditasi yang baik meditasi diam atau meditasi gerak seperti taichi, kemudian dimasukan ke dalam cara – cara berwudlu’, cara – cara sholat, dan cara – cara berdzikir. Supaya lebih samar Abu Sangkan menutupi perbuatannya ini dengan mencarikan dalil – dalil berupa ayat maupun hadist. Padahal dalil yang dia bawa itu bukan dalilnya-.

Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) telah mengeluarkan 10 kriteria aliran sesat dan perbuatan Abu Sangkan ini termasuk kriteria no. 9 yaitu: Merubah, Menambah, Dan Atau Mengurai Pokok – Pokok Ibadah Yang Telah Ditetapkan Oleh Syari’ah.

Abu Sangkan Penganut Sinkretisme

Hal ini sangat jelas dari perbuatan dia yang telah menciptakan sholat khusyu’ dengan caranya sendiri dengan cara memadukan ajaran agama lain ke agama Islam yaitu ajaran agama Hindu Budha dijadikan kaifiyah, sifat atau cara sholat yakni ajaran meditasi atau semedi atau bertapa yang merupakan ajaran pokoknya orang Hindu Budha.

Sinkretisme adalah pembenaran dan pemaduan semua agama. Ajaran Abu Sangkan ini sarat dengan faham sinkretisme atau pluralisme. Contoh:

1) Pada buku Berguru Kepada Alloh hal. 35: Abu Sangkan berkata:

“Barang siapa yang menjaga lingkungannya dan melestarikannya maka ia telah berislam, barang siapa menjaga amanah janji dalam berbisnis serta menuliskannya maka ia telah berislam, barangsiapa meneliti tumbuh – tumbuhan, meneliti benda langit dan kandungan di dalam bumi kemudian ia menemukan manfaatnya maka
ia telah berislam dan mendapatkan ganjaran yang bermanfaat dalam hidupnya. Sebaliknya barangsiapa menghancurkan alam dan menganiaya dirinya dengan tidak menjalankan sunnatulloh maka ia tidak berislam. Sehingga tidak jarang Negara-negara yang mayoritas beragama islam tidak mendapatkan Rohmat dari Alloh bahkan terhinakan dan dijajah orang kafir yang telah memanfaatkan Rohmat dari Alloh. Dari fakta-fakta yang telah kita ketahui, siapakah sebenarnya yang telah kita ketahui, siapakah sebenarnya yang telah berislam?”.

Bagi Ahlussunnah wal Jama’ah perkataan Abu Sangkan ini adalah kekufuran karena bertentangan dengan prinsip ahlussunnah yang telah meyakini bahwa agama-agama selain Islam adalah kafir karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan dan telah Ku-ridhai Islam itu agama bagimu”. (QS. Al-Maidah: 3)
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali – kali tidaklah akan diterima (agama itu) dari padanya, dan Dia di akhirat termasuk orang – orang yang rugi”. (QS. Ali-Imron: 85)

“Demi jiwa Muhammad yang berada di tanganNya tidaklah mendengar tentang aku seorangpun dari ummat ini apakah itu Yahudi atau Nasrani kemudian mati belum beriman dengan yang aku utus kecuali menjadi penghuni neraka”. (HR. Muslim)

Orang Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha walaupun telah menjaga lingkungan atau melestarikan-nya dia adalah orang kafir selama belum masuk ke dalam agama Islam dengan mengucap dua kalimat syahadat dan melaksanakan syari’at Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Kalau tidak, maka dia tetap kafir yang terancam kekal di neraka sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

“Sesungguhnya orang – orang kafir yakni ahli kitab (Yahudi dan nasrani) dan orang – orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk”. (QS. Al-Bayyinah: 6)

Berdasarkan prinsip ini, barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang kafir maka dia telah kafir dan murtad keluar dari Islam.

2) Pada halaman 87, Abu Sangkan berkata:

“Oleh karena itu jangan salahkan orang-orang kafir kalau setelah mereka bersungguh-sungguh meneliti dan mendata apa yang mereka baca dari kejadian alam lalu mendapatkan ganjaran atas manfaat membaca ayat kauniyah”.

Ini juga sinkretisme karena secanggih apapun hasil karya dan teknologi orang kafir, mereka tetap kafir, tidak ada manfaat bagi mereka sendiri, harta, dan keluarganya terutama nanti ketika menghadap Alloh walaupun ada manfaat nisbi di dunia. Karena mereka tidak beriman dan belum masuk agama Islam, dan semua perbuatan baiknya tidak mendapat pahala (ganjaran).

3) Pada halaman 174, Abu Sangkan berkata:

“Jepang, Singapura, Perancis adalah kodrat Negara Islami sebab disanalah dasar-dasar filsafat Islam tertanam menjadi budaya yang tertinggi seperti kedisiplinan, ketekunan, kesadaran hukum dan lingkungan”.

Perkataan Abu Sangkan ini membuktikan bahwa Abu Sangkan adalah penganut ajaran kufur yaitu ajaran sinkretisme yang para ulama’ telah sepakat tentang kufurnya ajaran ini berdasarkan dalil-dalil di atas yaitu kafirnya penganut agama selain Islam.

Diantara tokoh ajaran sinkretisme adalah Jamaluddin bin Shofdar al-Afghoni, Muhammad ‘Abduh bin Hasan at-Turkumani, Hasan al-Banna (Pendiri gerakan Islam penganut faham sesat khowarijyaitu Ikhwanul Muslimin atau IM), Hasan at-Turobi (Pimpinan Front Islam Nasional-Sudan), Thoriq Suwaidan dari Kuwait, Dr. Yusuf al-Qordhowi (tokoh IM), di Indonesia ajaran ini digencarkan Prof. Dr. Nurcholis Madjid, Prof. Dr. Harun Nasution, Budy Munawar Rochman dari Yayasan Paramadina, Jakarta, Muhammad Ali dosen IAIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, Said Aqil dari PBNU, Jakarta dan seluruh tokoh-tokoh JIL (Jaringan Islam Liberal)1.

Dan masih banyak contoh-contoh ajaran sinkretisme dalam buku Abu Sangkan. MUI telah mengeluarkan fatwa sesatnya faham pluralisme ini dengan no. 7 / MUNAS VII / 10 /2005.

Abu Sangkan Mengatakan Bahwa Al-Qur an Makhluk

Di dalam bukunya Berguru Kepada Alloh, Abu Sangkan berkata:

1) “Dengan ini saya katakan, bahwa Al-Qur an itu adalah sebuah pengalaman yang muncul dalam jiwa manusia, yang keluar dari jiwa yang baik maupun yang buruk, al-Qur an adalah fitrah manusia”. (Berguru 14)

2) “Al-Qur an hanyalah sebuah berita tentang firman yang ada dalam hati manusia”. (Berguru: 15)

3) “Al-Qur an adalah gambaran hati setiap manusia seutuhnya secara lengkap. Apabila kita memunculkan kejiwaan yang baik dalam diri kita, maka akhlak kita sama dengan Al-Qur an. Demikian juga potensi kejahatan yang ada dalam jiwa kita, apabila dihidupkan maka kejahatan itu akan sama dengan A-Qur’an”. (Berguru : 23)

4) “Karena Alloh sendiri yang memerintahkan membaca Al-Qur’an yang lebih nyata yaitu alam semesta dan apa yang ada pada diri kita sendiri”. (Berguru: 37)

5) “Al-Qur’an kita adalah alam semesta dan diri kita sendiri”. (Berguru: 37)

Para Ulama’ Ahlussunnah telah sepakat (ijma’) tentang kufurnya orang yang mengatakan Al-Qur’an adalah makhluk. Karena Al-Quran itu kalamulloh (sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala) diturunkan bukan makhluk, dari-Nya permulaannya dan kepada-Nya kembali, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berbicara dengan Al-Qur’an, dengan taurot, dengan injil, dan lainnya. Bukan makhluk yang terpisah dengannya. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berbicara sesuai dengan kehendak-Nya, sesuai dengan kekuasaannya, dan pembicaraan Alloh Subhanahu wa Ta’ala ada pada dzat-Nya, bukan makhluk yang terpisah dari diri-Nya, disampaikan kepada jibril dan diturunkan kepada hati Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“dan jika seorang diantara orang – morang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar kalamulloh, kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui”. (QS. At-Taubah: 6)

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat – ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang – orang yang mempunyai fikiran”. (QS. Shaad: 29)

“Atau kamu mempunyai rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali – kali tidak mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas Kami sebuah kitab yang Kami baca”. Katakanlah: “Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya manusia yang menjadi rasul? Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka: Adakah Alloh mengutus seorang menjadi rosul? Katakanlah: “Kalau seandainya ada malaikat – malaikat yang berjalan – jalan sebagai penghuni di bumi, niscahya Kami turunkan dari langit kepada mereka seorang malaikat menjadi rosul”. (QS. Al-Isro’: 93-95)

Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Sekiranya ada seseorang yang membawa aku kepada kaumnya agar aku menyampaikan Kalam Robbku karena Quraisy telah menghalangi aku menyampaikan kalam Robbku”. (HR. Abu Dawud)

Telah berkata al-Imam Amir bin dinar Rahimahullah:

“Aku mendapati para ulama’ semenjak 70 tahun, semua mengatakan Alloh adalah Kholiq (pencipta) dan selain-Nya adalah makhluk kecuali Al-Qur’an. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kalamulloh bukan makhluk, dari-Nya permulaannya dan kepada-Nya kembali”(8)

Telah berkata al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah:

”Sesungguhnya al-Qur’an adalah kalamulloh, dari-Nya permulaan, tanpa takyif (9), ucapan-Nya dan ditirukan kepada nabi-Nya berupa wahyu dan mukminin membenarkannya secara hakekat, dan mukminin menetapkan bahwa al-Quran itu adalah kalamulloh (sifat Alloh) secara hakekat bukan makhluk seperti ucapan manusia, barangsiapa yang telah mendengar dan masih mengatakan bahwa al-Qur’an adalah ucapan manusia maka dia telah kafir”.(10)

Telah berkata Imam Malik bin Anas Rahimahullah:

“Telah jelas dari para imam salaf tentang kufurnya orang yang mengatakan al-Qur’an adalah makhluk, maka dia harus disuruh bertoubat, jika tidak mau maka harus dibunuh”.

Telah berkata al-Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullah:

“Al-Qur’an adalah kalamulloh, barang siapa yang mengatakan al-Qur’an itu makhluk maka dia telah kafir”.

Adapun al-Imam asy-Syafi’i Rahimahullah telah didatangi oleh seseorang yang bernama Hafsh al-Fard, dia berkeyakinan bahwa al-Qur’an itu makhluk, maka al-Imam asy-Syafi’I berkata kepada Hafsh: “Engkau telah kafir”.

Dengan ini jelas bahwa perkataan Abu Sangkan dalam bukunya yang menyatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk merupakan kekafiran atas kesepakatan para kaum muslimin.

Telah berkata asy-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah;

“Madzab Salaful Ummah dan para imam salaf dari kalangan para shohabat dan yang mengikuti para shohabat dengan baik, dan seluruh imam kaum muslimin seperti imam yang empat, sebagaimana yang ditunjukan dalam al-Kitab dan as-Sunnah dan telah mencocoki dalil akal yang sehat bahwa al-Qur’an itu kalamulloh yang diturunkan, bukan makhluk dari-Nya dimulai dan kepada-Nya kembali. Alloh berbicara dengan al-Qur’an, dengan Taurot, dengan Injil dan dengan lainnya, bukan makhluk yang terpisah dengan-Nya”.(11)

Sungguh perkataan Abu Sangkan ini adalah kekufuran dan celaan terhadap al-Qur’an yang sekaligus telah mencela Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Abu Sangkan Penganut Wihdatulwujud

Buku – buku Abu Sangkan dipenuhi oleh ajaran kufur terjelek, terburuk, kufur terbusuk dan kekufuran paling kufur di muka bumi ini yaitu keyakinan wihdatuwujud yang dalam bahasa jawa dikenal dengan sebutan manunggaling kawulo gusti.
Mulai dari cover depan sampai ke cover belakang isi buku Abu Sangkan adalah ajaran kufur ini, dan terlalu panjang kalau saya sebutkan semua perkataan Abu Sangkan tentang wihdatuilwujud ini tersebut dan saya hanya mengutip secukupnya saja:
.
1. Hal. 52 “Berguru Kepada Alloh” dia berkata:
“Tanah itu dipilih untuk megejawantahkan sifat dua tangan-Ku”.

2. Hal. 54, dia berkata:
“Alloh menyabut tentang Aku ini sebagai roh-Ku”.

3. Hal. 54, dia berkata:
“Yang timbul kesadaran dari yang mampu menembus alam malakut dan Uluhiyah, dimana manusia mampu mencapai puncak eksestensi sejati”.

4. Hal. 56, dia berkata:
“hakekat manusia adalah subtansi immaterial yang berdiri sendiri, bersifat ilahi”.

5. Hal. 57, dia berkata:
“Seluruh makhluk, apakah itu binatang, manusia, tumbuhan, serta bumi dan matahari semuanya bergerak dinamis atas sifat hidup Alloh”.

6. Hal. 60, dia berkata:
“Badanku adalah jagad raya. Kesadaran sudah berubah luas dan menjadi satu kesatuan dengan lingkungan kita. Kesadaran ini akan memudahkan mengidentifikasi siapa diri sebenarnya setelah tahu esensi badan ini yaitu kesadaran hakiki yang menggerakan dan alam semesta”.

7. Hal 61, dia berkata:
“Apabila zat-zat, tubuh manusia dan benda-benda di alam sudah dipahami sebanyak rangkaian kejadian-kejadian, serta menurut kemauan sunnatulloh, maka sebenarnya atom-atom atau zarroh bergerak bukan atas kemauannya sendiri, akan tetapi ada sosok yang bukan dirinya yang menyebabkan atom-atom itu bergerak mengikuti kekuatan-Nya. Dialah yang Maha Basar. Benda-benda kecil itu hanya patuh terhadap Yang Tidak Bisa Diperbandingkan Dengan Sesuatu. Wujud itu begitu absolute. Ternyata benda-benda ini tidak mati, akan tetapi ia bergerak dan dihidupkan oleh Sesuatu Kuasa Yang Maha Besar. Itulah Metakosmos yang hidup, yang perkasa, yang meliputi seluruh benda. Dialah Robbul ‘alamin”.

8. Hal 72, dia berkata:
”Dan karena manusia terikat erat dengan Alloh, pusat ini merupakan tempat di mana mereka bertemu Alloh”.

9. Hal 97, dia berkata:
“Manusia tidak bisa menentukan gerakan ilahi yang mengalir dalam tubuhnya, yaitu gerak hakiki”.

10. Hal 98, dia berkata:
“Kita akan memasuki dunia ketuhanan secara total”.

Apa Wihdatul Wujud Itu?

Wihdatul wujud adalah keyakinan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu menyatu pada makhluk dan makhluk menyatu pada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, jadi semuanya satu. Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu makhluk dan makhluk itu Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Sebenarnya wihdatul wujud ini hanya kata lain atau lafadz lain (sinonim) dari atheis, satu maksud dan satu makna, Cuma beda pengucapan saja, tapi intinya sama, bahwa wihdatul wujud adalah atheis yang disamarkan. Dan munculnya keyakinan wihdatul wujud ini juga dari orang-orang atheis yaitu orang-orang yang mengingkari adanya Tuhan Yang Mencipta dan Mengatur alam ini. Keyakinan ini lebih jelek dan lebih berbahaya dari dari ucapan Fir’aun laknatulloh. Mereka mengatakan bahwa alam ini ada dengan sendirinya yakni Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu sendiri. Keyakinan wihdatul wujud ini adalah sampah-sampah kekafiran, muncul dari orang-orang yang sudah rusak akal dan fitrohnya. Keyakinan ini bukan baru tetapi sudah lama adanya.

Kita telah mengenal tokoh-tokoh wihdatul wujud yaitu para penganut sufi. Berikut saya nukilkan perkataan tokoh-tokoh sufi tentang wihdatul wujud agar pembaca bisa membandingkan dan menarik benang merah keyakinan Abu Sangkan dengan tokoh sufi terdahulu:

1) Telah berkata dedengkot sufi yang bernama Ibnul Faridl:
“Robb (Tuhan) ini mencakup dzat, sifat, nama dan perbuatan-Nya, baik dalam bentuk materi maupun gambaran pikiran. Maka dia adalah hewan, benda mati, manusia, jin, patung dan berhala. Tuhan adalah khayalan dan sangkaan. Sifat, nama, dan perbuatan-Nya sama dengan sifat, nama dan perbuatan hewan, benda mati, manusia, jin, patung, dan berhala, sebab semua itu adalah Dia”.

Dia juga berkata:
“Saya nampak dalam segala wujud bagi siapa yang memandangku.
Dalam segala yang dilihat saya memperlihatkannya dengan pandanganku.
Saya menyaksikan alam ghoibku, jika saya telah nampak maka engkau mandapatiku”.

Dia juga berkata:
“Tidaklah ruang angkasa melainkan dari cahaya dalam diriku.
Dengannya para malaikat memberi hidayah melalui kehendakku.
Tidaklah ada tetes hujan melainkan dari limpahan penampakanku…
Andaikan bukan karena aku maka tidak ada wujud serta tidak ada pemandangan dan tidak diikat perjanjian dan jaminanku.

Tidak ada yang hidup melainkan kehidupan-Nya dan kehidupanku, dan tunduk kepada keimananku semua jiwa yang berkemauan”.

2) Telah berkata thoghut terbesar di alam ini yaitu Ibnu Arobi semoga Alloh Subhanahu wa Ta’ala melaknatnya untuk selamanya:
“Tuhan itu memiliki 2 hal yang berlawanan(12) pada Dzat-Nya dan dua hakekat yang berlawanan pada sifat-Nya. Dia (Alloh) adalah wujud yang hakiki dan dia juga tidak ada(13), Dia adalah Kholik juga makhluk, Dia adalah segala yang ada beserta sifat-Nya, Dia adalah sifat segala yang ada dan tidak ada, Dialah yang haq, yang mulia, dan Dia pula yang batil lagi hina, Dia ide jenius dan Khurofat tolol, Dia adalah lintasan ilham, prasangka keliru, khayalan bingung dan kemustahilan yang tidak terbayangkan oleh akal sama sekali…”.

“Dia orang mukmin, orang kafir, ahli tauhid, musyrik dengan puncak keberhalaan benda mati yang kasar, hewan yang mempunyai indera tajam, malikat yang sujud dibawah ‘arsy, syetan yang berteriak di neraka saqor, ahli ibadah yang mengalir deras air matanya saat bertasbih, penjahat di tempat-tempat kefasikan dengan berbagi dosa-dosa”.

“Robb adalah pemandangan alam yang dapat kamu lihat. Pemandangan alam itu adalah lahiriyah hakekat, sebab Tuhan itulah yang tampak sedangkan Dia adalah batinnya sebab Dialah yang batin”.

Dia juga berkata:
“Hamba adalah Tuhan dan Tuhan adalah hamba.
Aduhai siapa yang akan dibebani,
jika aku katakan hamba maka ini benar atau aku katakana Tuhan.
Sesungguhnya akulah yang membebani”.

Dia juga berkata:
“Wujud kita adalah Alloh Subhanahu wa Ta’ala, kita membutuhkan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dari sisi wujud kita dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala membutuhkan kita dari sisi penampakan diri-Nya”.

3) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu si zindiq al Jaili:
”Betapapun engkau melihat tambang bumi dan tanamannya, hewan, manusia dan semua perangainya. Betapapun engkau melihat lautan dan pulaunya, pohon atau bangunan tinggi pencakar langit, maka sesungguhnya sayalah semuanya itu. Semua adalah penampilanku. Sayalah yang nampak dalam hakekatnya, bukan Dia. Sesungguhnya sayalah robb manusia dan pemimpin seluruh makhluk. Nama dan Dzatkulah yang disebutkan”.(14)

4) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu al-Ghozali:
“Orang-orang bijak setelah naik ke langit hakekat sepakat bahwa mereka tidak melihat dalam wujud ini selain Yang Maha Satu dan Yang Hakiki”.

5) Telah berkata tokoh sufi lainnya yaitu Sadr al-Qonawi:
“Manusia itulah al-Haq. Dialah dzat, sifat, arsy, kursi, lauh, qolam, malaikat, jin, semua langit, bintang-bintang, semua bumi dan yang ada di atasnya, alam akhirat, segala yang wujud dan kandungannya, al-Haq, makhluk, qodim dan hadits”.

6) Sayyid Quthub seorang tokoh IM (Ikhwanul Muslimin), dia berkata:
“Sesungguhnya alam ini adalah kesatuan wujud. Tidak ada disana hakikat kecuali hakikatNya. Dan tidak ada disana wujud yang hakiki kecuali wujudNya. Maka seluruh wujud yang lain hanyalah bersandar wujudnya kepada Wujud Ynag Hakiki”.(15)

Coba pembaca perhatikan baik-baik perkataan tokoh-tokoh sufi ini kemudian bandingkan dengan perkataan Abu Sangkan baik yang ada di dalam buku Pelatihan Sholat Khusyu’ atau dalam buku Brguru Kepada Alloh yang sebagiannya sudah saya kutip, maka isinya sama walaupun redaksinya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa keyakinan Abu Sangkan sama dengan para tokoh sufi terdahulu karena memang keilmuan Abu Sangkan adalah ilmu tasawuf dan ilmu filsafat. Dan yang sangat menipu umat Islam adalah mereka para tokoh sufi itu mengaku sebagai waliyulloh yang derajatnya di atas para nabi, kemudian mereka menetapkan sendiri thoriqoh menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala tanpa harus mengikuti thoriqoh Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, mereka memiliki jalan sendiri yang tidak diketahui dan tidak ditempuh oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan pengikutnya. Mereka mengaku mendapat wahyu langsung dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala tanpa harus mengambil ilmu dari Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Dalam hal ini telah berkata as-Syaikul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:

“Barangsiapa beranggapan bahwa di antara para wali yang telah sampai padanya risalah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memiliki thoriqoh sendiri menuju Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan tidak butuh kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sungguh dia kafir mulhid”. (Majmu’: 11/126).

Beliau juga berkata:

Barangsiapa mengatakan: “Saya butuh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ilmu dhohir dan tidak butuh pada ilmu batin atau saya butuh Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam ilmu syari’ah bukan ilmu hakekat maka dia lebih jelek dari yahudi dan nashoro yang telah mengatakan: “Sesungguhnya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah Rosul pada ummiyin bukan kepada ahli kitab” dan sesungguhnya mereka (yahudi dan nashoro) meng-imani (risalah) sebagian dan mengkufuri sebagian maka mereka itupun telah kafir”.

Sehingga keyakinan-keyakinan tokoh-tokoh sufi itu lebih kufur dari Yahudi dan Nashoro karena telah mengatakan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam itu diutus hanya dengan ilmu dhohir tanpa ilmu batin, mereka tidak butuh dengan ilmu dhohir (Syari’ah) dan mereka memiliki ilmu batin sendiri(16).
Keyakinan wihdatul wujud ini bertentangan dengan keyakinan ahlussunnah wal jama’ah yang meyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu tinggi di atas makhlukNya terpisah dengan makhlukNya dan tidak butuh serta tidak bergantung dengan makhlukNya, Dzat Alloh Subhanahu wa Ta’ala tinggi di atas “ArsyNya sedangkan ilmuNya meliputi segala makhlukNya, dua hal yang tidak bisa disamakan dari segala sisi, Robb ya Robb, hamba ya hamba, tidak bisa difahami bahwa pada makhluk ada DzatNya dan pada Dzat Alloh Subhanahu wa Ta’ala ada makhlukNya, tetapi hal ini menjadi samar dan rancu bagi orang yang hilang akalnya karena gila, pingsan, tidur, atau tidak sadar karena obat, sebagaimana firmanNya:

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia istawa di atas “Arsy, Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Alloh. Maha Suci Alloh, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-A’rof:54)

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Alloh yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia istawa di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian Itulah Alloh, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran?”. (QS. Yunus: 3)

“(yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang istawa di atas ‘Arsy”. (QS. Thoha: 5)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu tinggi di atas makhluk-Nya berikut dalil-dalilnya:

1. Secara jelas dan terang bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu di atas makhlukNya, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)”. (QS. An-Nahl:50)

2. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkuasa di atas makhlukNya, firmanNya:

“Dan dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-An’am:18)

3. Naiknya Malaikat dan ruh kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan yang namanya naik itu ke atas bukan ke bawah atau kesamping, firmanNya:

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun”. (QS. Al-Ma’arij: 4)

4. Diangkatnya sebagaian makhlukNya kepadaNya dan yang namanya diangkat juga dari bawah ke atas bukan kebawah atau kesamping, firmanNya;

“Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku”. (QS. Ali Imron: 55)

5. Alloh Subhanahu wa Ta’ala Maha Tinggi diatas makhlukNya baik Dzat, kedudukan maupun kemulianNya, firmanNya:

“Dan Alloh Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. Al-Baqoroh: 255)
6. Penjelasan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala menurunkan al-Kitab itu dari atas kebawah bukan dari bawah keatas atau dari bawah kesamping, firmanNya:

“Kitab( al-Qur’an ini) diturunkan oleh Alloh Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Az-Zumar: 1)

7. Pengkhususan sebagian makhlukNya yang berada disisiNya, firmanNya:

“Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya”. (QS. Al-Anbiyaa’: 19)

8. Diangkatnya kedua tangan ketika berdo’a, dalam hadits disebutkan:

“Sesungguhnya Alloh malu terhadap hambaNya yang berdo’a dengan mengangkat kedua tangannya untuk menolaknya tidak mengabulkannya”. (HR. at-Tirmidzi)

9. TurunNya Alloh Subhanahu wa Ta’ala kelangit dunia tiap sepertiga malam terakhir, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Robb kita turun ke langit dunia tiap malam yaitu pada sepertiga malam terakhir kemudian menyeru: “Barangsiapa yang berdo’a kepadaKu akan Ku kabulkan, Barangsiapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri, dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Ku maka akan Ku ampuni”. (Muttafaqun’alaih)

10. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberi isyarat dengan jari telunjuknya yang diarahkan keatas, dalam hadits disebutkan:

“Kalian akan ditanya (oleh Alloh) tentang aku maka apakah yang akan kalian katakan (pada Alloh)? Mereka menjawab: “Kami telah bersaksi bahwa sesungguhnya engkau telah menyampaikan, engkau telah menunaikan, dan engkau telah menasehati, kemudian beliau mengangkat tangannya yang mulia ke langit mengarahkan ke Yang Di Atas segala sesuatu sambil berkata: Ya Alloh persaksikanlah”. (Muttafaqun’alaih)

11. Fir’aun laknatulloh meyakini bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu ada dilangit, dia berkata kepada pembantunya:

“Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya Aku sampai ke pintu-pintu (yaitu) pintu-pintu langit, supaya Aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya Aku memandangnya seorang pendusta”. (QS. Al-Mu’min: 36-37)

Keyakinan Fir’aun ini tidak seperti keyakinannya Abu Sangkan dan pengikutnya yang mengatakan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu dimana-mana dan menyatu dengan makhluk, sebagai bukti bahwa keyakinan Abu Sangkan lebih jelek dari keyakinan Fir’aun.

12. Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bolak-balik antara Nabiyulloh Musa dengan Alloh Subhanahu wa Ta’ala pada peristiwa isro’ mi’roj ketika memohon keringanan sholat. (Muttfaqun’alaih)

13. Ahli surga ketika melihat Alloh disurga pada hari kiamat adalah melihat ke atas seperti ketika melihat bulan purnama.

14. Telah ditanyakan kepada al-Imam Abu Hanifah Rahimahullah tentang orang yang mengatakan: “Saya tidak tahu apakah Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu di langit atau di bumi? Maka Beliau berkata: “Sungguh dia telah kafir karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

“Tuhan yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy”. (QS,Thoha: 5)

Dan ‘Arsy Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu ada di atas langit ke tujuh”, kalau dia berkata bahwa Alloh itu di atas ‘Arsy tetapi saya tidak tahu apakah ‘arsy itu ada di langit atau di bumi? Beliau menjawab: “Sungguh dia telah kafir karena dia telah mengingkari bahwa ‘arsy itu di atas langit ke tujuh”.

Maka sangat jelas dan terang bagi orang yang hatinya masih bersih dari kerancuan-kerancuan bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala itu istawa di atas Arsy-Nya, tinggi diatas makhlukNya dan turun kelangit dunia tiap sepertiga malam terakhir. Tetapi keyakinan yang terang dan jelas ini menjadi samar bagi hati-hati yang dipenuhi kerancuan-kerancuan sehingga mereka sebisa mungkin untuk memalingkan makna ayat di atas untuk disesuaikan dengan akal dan hawa nafsu mereka dan yang paling parah mereka adalah keyakinan orang-orang tasawuf, ahli kalam, dan ahli filsafat.

Mengapa Mereka (Tokoh-Tokoh Sufi) Itu Berani Berbuat Seperti Itu?

Hal itu merupakan sunnatulloh dan konsekuensi bagi orang yang berpaling dari jalan Alloh Subhanahu wa Ta’ala yaitu jalan yang telah ditempuh Rosululloh dan para shohabat, maka syetan mendatangi mereka untuk menyampaikan wahyu-wahyunya. Sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Alloh atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Orang-orang itu akan memperoleh bagian yang telah ditentukan untuknya dalam kitab (Lauh Mahfuzh); hingga bila datang kepada mereka utusan-utusan Kami (malaikat) untuk mengambil nyawanya, (di waktu itu) utusan Kami bertanya: “Dimana (berhala-berhala) yang biasa kamu sembah selain Alloh?” Orang-orang musyrik itu menjawab: “Berhala-berhala itu semuanya telah lenyap dari dari kami, “ dan mereka mengakui terhadap diri mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. Alloh berfirman: “Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kamu. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), Dia mengutuk kawannya (menyesatkannya); sehingga apabila mereka masuk semuanya berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu: “Ya Tuhan kami, mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka”. Alloh berfirman: “Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, akan tetapi kamu tidak mengetahui”. Dan berkata orang-orang yang masuk terdahulu di antara mereka kepada orang-orang yang masuk kemudian: “Kamu tidak mempunyai kelebihan sedikitpun atas kami, maka rasakanlah siksaan karena perbuatan yang telah kamu lakukan”. (QS. Al-A’rof:36-39)

“Syetan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syetan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”. (QS. An-Nisaa’: 120)

“Dan berkatalah syetan tatkala perkara(hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Alloh telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku mengajak kamu lalu kamu mematuhi ajakanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu-pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Alloh) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zholim itu mendapat siksaan yang pedih”. (QS. Ibrohim: 22)

“Dan ketika syetan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusia-pun yang dapat menang terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu telah saling lihat melihat (berhadapan), syetan itu balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Alloh”. Dan Alloh sangat keras siksa-Nya”. (QS. Al-Anfal: 48)

“Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kapada kawan-kawannya”. (QS. Al-An’am: 121)

Maka jin-jin dan syetan-syetan mendatangi mereka tetapi karena kepandiran tokoh-tokoh sufi itu mereka mengira bahwa yang datang adalah malaikat, kemudian semua wahyu-wahyu syetan itu dijadikan kitab oleh tokoh-tokoh sufi tersebut, mulai dari tokoh sufi terdahulu (17) sampai saat ini dan tidak terkecuali buku-buku Abu Sangkan, yang isinya hanyalah kesesatan dan kekufuran, isinya hanya perusak akal, fitroh, dan hati-hati manusia yang tidak berbeda dengan buku-buku tasawuf terdahulu.

Abu Sangkan Berdusta Kepada Alloh, Rosul-nya dan Kaum Muslimin

Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab I bahwa paradigma atau teori atau cara sholat yang dibuat Abu Sangkan hanyalah buah dari khayalan-khayalan Abu Sangkan bukan ilmu yang diwariskan dari Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada para shohabat dan yang mengikuti mereka dengan baik sampai kepad para ulama’ maka ini artinya Abu Sangkan telah berdusta kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, berdusta kepada Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan berdusta kepada kaum muslimin karena telah mengada-ada ajaran baru dalam agama.

Teori sholat khusyu’ yang dibuat Abu Sangkan bukanlah ilmu yang bisa diamalkan sebagai amal sholeh yang dapat mendekatkan diri kepada Alloh bahkan hanya bisa menjauhkan dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.
Paradigma sholat khusyu’ Abu Sangkan hanyalah khayalan-khayalan syetan yang belum pernah ada yang mendahului dia dari para ulama’ sebelumnya. Abu Sangkan telah berbicara tentang agama Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan mengikuti bisikan-bisikan syetan, padahal Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (QS. Al-Isro’: 36)

“Di antara manusia ada orang yang membantah tentang Alloh tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syetan yang jahat, yang telah ditetapkan terhadap syetan itu, bahwa barang siapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkannya, dan membawanya ke azab neraka”. (QS. Al-Hajj: 3-4)

”Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Alloh tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya. Dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Alloh. Ia mendapat kehinaan di dunia dan di hari kiamat kami rasakan kepadanya azab neraka yang membakar”. (QS. Al-Hajj: 8-9)

“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim”.

“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya Alloh tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka”.

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; :Ini dari Alloh”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al-Baqoroh: 79)

Terhadap ayat ini telah berkata asy-syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah:

“Ayat ini sebagai celaan terhadap orang-orang yang telah menyelewengkan ayat untuk dijadikan dalil-dalil kebid’ahan, sebagai celaan terhadap orang yang tidak mau mempelajari al-Qur’an yaitu menjadikan al-Qur’an hanya sebagai bacaan huruf-hurufnya, sebagai celaan terhadap orang yang menulis kitab atau buku yang menyelisihi al-Qur’anuntuk mendapatkan keuntungan dunia kemudian mengatakan: “Ini dari Alloh, ini syari’at agama, ini adalah makna al-Qur’an dan as-Sunnah, ini merupakan pendapat ulama’ salaf, dan merupakan dasar-dasar agama yang wajib diyakini kebenarannya”, ayat ini juga sebagai celaan bagi orang yang menutup kebenaran al-Qur’an dan as-Sunnah”.

Ayat ini telah mengena kepada Abu Sangkan yang telah menulis buku-buku yang bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadits dengan pemahaman as-Salafushsholih.

Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Barangsiapa berkata tentang al-Qur’an dengan akalnya maka dia telah mempersiapkan tempat duduknya di neraka. (HR. at-Tirmidzi)

Abu Sangkan berbicara masalah agama semata-mata dari akalnya yang dikenal dikalangan para ulama’ sebagai ‘aqlani (pemuja akal), musuh-musuh sunnah yang sesat dan menyesatkan, sebagaimana dikatakan oleh Shohabat Umar Ibnul Khoththob Radhiallahu ‘Anhu:

“Para pemuja akal adalah musuh-musuh sunnah, hadits-hadits telah memberatkan mereka untuk menghafalnya, hadits-hadits itupun berpaling darinya sehingga mereka sulit untuk memahaminya, akhirnya mereka mereka berbicara dengan akalnya sehingga mereka sesat dan menyesatkan”. (al-Ibanatussughro)

Teori sholat khusyu’ buatan Abu Sangkan hanyalah kedustaan yang tidak ada gunanya (sia-sia) untuk diamalkan, hanya sebagaimana difirmankan oleh Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS. Al-Furqon: 23)

“Amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrohim: 18)

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Alloh disisinya, lalu Alloh memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Alloh adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (QS. An-Nuur: 39)

Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang beramal sesuatu agama yang bukan atas perintah kami, maka tertolak”. (HR. Muslim)

Di antara bukti kedustaan Abu Sangkan bisa kita lihat pada bukunya Pelatihan Shalat Khusyu’, halaman 58-59, dia berkata:

“Cara memasuki shalat, menurut ayat tersebut di atas (yaitu al-Baqoroh: 45-46) ….
1. Heningkan pikiran Anda……dst.
2. Biarka tubuh meluruh……dst.
3. Kemudian rasakan getaran qalbu…..dst…..dst.

Padahal ayat tersebut sama sekali tidak menjelaskan apa yang dikatakan Abu Sangkan diatas, Abu Sangkan hanya mengutip dari cara-cara meditasi atau samedi baik dari Taichi atau dari agama Hindu kemudian dimasukkan ke dalam cara sholat, begitu juga seterusnya mulai cara berwudlu’, cara sholat dan cara berdzikir.

Inilah penyimpangan Abu Sangkan yang paling besar dan paling parah dan uraian ini bukan sebagai batasan bahwa penyimpangan Abu Sangkan hanya ini, masih banyak dan terlalu banyak penyimpangan Abu Sangkan jika ditimbang dengan al-Qur’an dan as-Sunnah. Buku ini saya susun bukan untuk membantah setiap kerancuan Abu Sangkan dan buku-buku karyanya, buku ini disusun untuk memperingatkan kaum muslimin akan bahaya penyimpangan-penyimpangan Abu Sangkan dan buku-bukunya sehingga bahasannya masih bersifat umum. Adapun apabila mau membantah kerancuan-kerancuan Abu sangkan dan buku-bukunya membutuh bahasan khusus dalam buku khusus.

Kiranya apa yang telah saya uraikan di atas tidak kurang dan tidak berlebihan di dalam mensikapi saudaranya sesama muslim, dan saya berharap dan berdo’a semoga Abu Sangkan dan yang mengikutinya bisa mengambil pelajaran untuk kebaikan semuanya, tujuan saya adalah untuk menghilangkan noda dan aib saudaranya agar semuanya berjalan diatas agama yang haq, semoga buku ini sebagai tawashau bilhaq yang dikerjakan ikhlash karena mengharap wajah Alloh Subhanahu wa Ta’ala semata.

Foot Note
—————

1. As-Syari’ah Vol.01/No.10/ 1425 H/ 2004
8. Fathu Robbil Bariyah…Hal.69
9. Takyif adalah meyakini bahwa sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu begini-begini dengan mensifati Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat-sifat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mensifati diri dengan-Nya.
10. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 12/271
11. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 12/25
12. Sama dengan Abu Sangkan ketika menafsirkan arti al-Qur’an dan arti ilham, lihat buku Abu Sangkan Berguru Kepada Allah.
13. Ini sama dengan perkataan jahmiyah yang telah mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu tidak mempunyai nama dan sifat.
14. Dari teks ini mungkin pembaca teringat dengan ucapan fir’aun laknatullah yang telah mengatakan aku adalah tuhanmu yang paling tinggi.
15. As-Syari’ah No.17/II /14246H/ 2005M hal 33.
16. Majmu’ Fatawa Asy Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 11/26
17. Sudah lalu penyebutannya, lihat hal.8

———————————————————————
Dikutip dari Buku “Mengenal Lebih Dekat ABU SANGKAN & Buku-Bukunya (Sang Pencipta Ajaran Baru Pelatihan Shalat Khusyu’) Bab IV, hal.74-89 atas ijin Penulis (Al-Ustadz Abu Umamah Abdurrohim bin Abdulqohhar al-Atsary) dan Penerbit Daar Ibnu Utsaimin Lumajang untuk situs http://www.darussalaf.or.id

Sumber : http://www.darussalaf.or.id/stories.php?catid=16

47 Responses

  1. Assalamu’alaikum.

    Tulisan ini di blog ini mengada-ada, dangkal, dan sok tahu. Ighfir…
    Tidak ada satu tulisanpun yang layak disandingkan dengan nash

    • Wa’alaykumussalam warohmatullohi..syukron atas komentarnya..bila tulisan ini mengada-ngada silakan antum berikan burhan atau penjelasana bagaimana yang benar menurut antum..tentunya dengan hujjah yang jelas dari Kitabullah wa Sunnah yang shahih..dan bukan ungkapan perasaan dan hawa nafsu..bila burhan antum benar Insya Allah kita akan rujuk kepada kebenaran. Allahu a’lam

    • saya juga setuju dengan ustad bahwa ada penyimpangan pada ustad abu sungkan karna pada awal saya baca pengumuman dikampus tentang pelalihan sholat khusuk…harus bayar sekian…ya Allah kata saya orang ini mau mencari uang aja pikirannya…masa untuk mengajarkan sholat khusuk kita harus bayar….sholat sudah dijadikan lahan bisnis…apakah itu tidak menyimpang?

  2. assalamu’alaikum wr wb
    wah-wah-wah ustadz abda si abufahmi abdullah ini kok makin keterlaluan saja. ya saya sudah nyatakan bahwa jangan pernah memperolok-olok pelajaran sholat khussuk dari solat center dan ustadz abu sangkan lagi. Saya bukan apologi atau membabi buta membela ustadz saya. Saya juga bukan orang yang buta agama , latar pendidikan dan pengalaman saya cukup bisa untuk mementahkan pendapat kaum salafy , tapi saya tidak mau berdebat.
    Saya baru menerima kritik atau olok-olok anda ketika anda sudah mengikuti training kami. Jangan menjelek-jelekkan sesuatu yang anda benar-benar tidak faham. Tolong hentikan ghibah ini, jangan sampai kita sesama muslim saling mendoakan jelek. sadarlah kaum salaf yangsok suci, hentikan ghibah dan fitnah ini. kalau anda muslim sejati seharusnya tidak melakukan perbuatan terkutuk ini. apa lagi ustadz fahmi, masyya allah ingat adzab allah

    Wassalamu;alaikum Wr Wb

    • Wa’alaykumussalam warohmatullohi wabarokaatuhu, Terimakasih atas komentarnya ..Semoga Allah Tabaroka wa ta’ala senantiasa memberikan Taufiq dan HidayahNya kepada kita serta mudah2an kita diberikan kemudahan dalam memahami agama yang benar dengan cara ilmiyyah dan terhindar dari taqlid. Allahul musta’an

    • bismillahirrahmanirrahim
      saya sependapat, bahwa ada yang tidak sesuai dengan ajaran rassul dalam pelatihan Sholat abu sangkan.
      pernah sya penasaran dan ikut di mesjid agung bandung… ketika saya masuk, saya kaget karena saat itu orang orang sedang mengangkat tangan dipandu oleh abu sangkan dan para trainer lain yg berkeliling, saya lupa apa yg harus di ucapkanny, akan tetapi saat itu semua org seperti “bergetar” atau digetar getarkan… dan karena saya tidak ikt cara mereka. saya di hampiri oleh salah seorang petugas nya.. dan dia bilang “ayo mas, ikuti saja.. jangan ragu..” dia memakasa mengangkat tangan saya, namun ketika dia melihat di baju saya ada lambang pemuda persatuan islam (PERSIS), dia langsung berhenti dan bilang.. “owh… pantesan ini org persis”
      yg jelas saya yakin ada penyimpangan dalam ajaran tersebut.
      ayo bersihkan umat dari TBC… Takhayul bidah dan khurofat
      buat yang punya dalil untuk mematahkan pendapat abufahmiabdullah, mana dalil nya? mana hujjahnya? ketidak inginan anda untuk mengungkapkan adalah berarti ketidakmampuan anda.!

    • cuma mengukur pengajaran abu sangkan dengan menggunakan sumber2 yg selayaknya digunakan oleh ummat islam “al-qur’an dan as-sunnah”, ko panik, dan seperti ketahuan “belangnya”.

      yth. ust abufahmiabdullah, jangan hentikan “ghibah” ini kalau memang untuk menyelamatkan ummat dari para “artis” “kreatif”, penggoda yg mungkin juga bisa menyesatkan.

  3. islam yo islam….
    muslim yo muslim…..
    salafi, tabligh, ikhwan, dkk hanyalah “baju” saja…..
    nggak usah ngributin baju……

    • Mas, bener sampeyan ..Islam yo Islam..Muslim yo Muslim, tapi mas itu belum cukup…,coba sampeyan jawab Syiah islam opo bukan, Ahmadiyah Islam opo bukan, JIL Islam opo bukan, Lia eden Islam opo bukan , Al Qiyadah Islamiyyah ( yang punya nabi baru ) Islam opo bukan ?, semua pasti mengaku Islam, Lha kalau menuruti metodologi sampeyan.. nggak usah gributin baju ..maka rusaklah agama ini, semua punya cara sendiri-sendiri dalam memahami Islam. Mas tahu nggak sampeyan, keadaan banyaknya kelompok atau golongan sudah diingatkan oleh Rasulullah Shalallallahu alihi wa Sallam dalam hadistnya :
      Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah mengabarkan tentang pertentangan dan perpecahan. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam memberikan peringatan akan (bahayanya). Perpecahan dan perbedaan pasti terjadi dalam ummat ini dan bukan suatu yang mustahil. Semua itu merupakan ketentuan Allah secara kauni. Kita diperintahkan Allah dan RasulNya untuk berupaya mengambil langkah-langkah yang dapat menghilangkan perpecahan tersebut. Memperkecil lingkup dan meminimalisasi fitnah yang timbul karenanya.
      Hadits dari ‘Auf bin Malik radhiallahu ‘anhu
      افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة فواحدة في الجنة وسبعين في النار, وافترقت النصارى على ثنيتين وسبعين فرقة فإحدى وسبعين في النار و واحدة في الجنة والذي نفس محمد بيده لتفترقن أمتي على ثلاث وسبعين فرقة واحدة في الجنة وسبعين في النار, قيل يا رسول الله من هم؟ قال: هم الجماعة

      “Telah berpecah belah umat Yahudi menjadi tujuh puluh satu golongan, satu golongan di Surga dan tujuh puluh golongan di Neraka. Dan telah terpecah belah umat Nashrani menjadi tujuh puluh dua golongan, tujuh puluh satu golongan di Neraka dan satu golongan di Surga. Demi dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, benar-benar akan terpecah belah umatku menjadi tujuh puluh tiga golongan, satu di Surga dan tujuh puluh dua golongan di Neraka”. Sahabat bertanya:’Siapakah mereka ya Rasulullah?’. Sabdanya:”Mereka adalah Al-Jama’ah” (HR. Ibn Majah; At-Thabari dalam Al-Kabir 18/70; Al-Lalaka’I dalam Syarh I’tiqod Ahlus Sunnah Wal Jama’ah 1/101; Al-Hakim dalam Mustadrak 1/47).

      Dalam hadits Abu Umamah Al-Bahili beliau menjawab,
      Golongan itu ialah golongan yang mayoritas. Dan dalam hadits Abdullah bin Amr bin Al Ash , beliau menjawab:
      ,
      (Golongan yang selamat itu, ialah) yang berada pada apa (yang) aku dan sahabatku berada diatasnya pada hari ini.
      Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Al lrbadh bin Sariyah, :
      Aku tinggalkan kalian di atas sebuah (jalan) yang putih lagi bersih. Malamnya seperti siang, tiada yang menyimpang darinya kecuali orang yang binasa.
      Jika demikian, siapakah yang (berada diatas jalan tersebut)?
      Yang tetap diatas jalan tersebut, yaitu para sahabat Nabi dan orang-orang yang berjalan di atas manhaj (jalannya) mereka.
      Siapakah yang telah berpisah meninggalkan jalan tersebut?
      Yaitu kelompok-kelompok atau firqah-firqah. Kelompok-kelompok tersebut muncul karena mereka memisahkan diri dari kelompok yang selamat. Oleh karena itu tidak boleh kita menyamakan antara kelompok-kelompok tersebut dengan ‘golongan yang selamat’.
      Ibarat sepotong kain berwarna putih; kemudian datang satu kelompok yang mengambil sepotong dari kain tersebut, dan mewarnainya dengan warna biru. Datang pula kelompok lainnya, mengambil sepotong dan mewarnainya dengan warna kuning dan seterusnya. Setiap datang suatu kelompok, mengambil sepotong kain dan mewarnainya dengan warna khusus yang mereka kagumi. Lalu di tengah-tengah kain tersebut masih tersisa warna putih.
      Jika datang seseorang yang tidak mengetahui asal -usul kain tersebut, tentu akan mengatakan bahwa bagian yang putih itu merupakan salah satu bagian dari warna-warna tersebut.
      Akan tetapi bagi orang yang mengetahui hakikatnya, dia akan berkata, bahwasannya warna putih tersebut adalah bagian yang asli.
      Dan bahwasannya warna-warna lainnya ialah yang telah berubah dari warna asalnya. Demikianlah hakikat golongan yang selamat dan kelompok-kelompok sempalan lainnya.
      Para sahabat dan orang-orang yang loyal, mereka tetap berada di jalan yang putih bersih. Mereka adalah Firqah dan Jama ‘ah; dikarenakan memiliki manhaj, pandangan, dan cara tersendiri dalam penggunaan dan penempatan dalil,serta dalam menerima ilmu.
      Sedangkan jama’ah-jama’ah dan kelompok kelompok mengambil jalan lain dan menyimpang dari jalan shahabat.
      Setiap kelompok itu mengambil bagian kecil dari jalan para shahabat, lalu mewarnainya dengan warna-warna yang khusus bagi mereka.

      Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

      Semuanya di neraka kecuali satu. Rasulullah Shalallallahu alaihi wa sallam ditanya, “Siapakah meereka ya Rasulullah ?“ Beliau menjawab, “Orang yang berada di atas jalanku dan shahabatku pada hari ini.”

      • Ahmadiyah Islam opo bukan, JIL Islam opo bukan, Lia eden Islam opo bukan , Al Qiyadah Islamiyyah ( yang punya nabi baru ) Islam opo bukan ?

        Bukaaaann…=))

      • kalo dari KaTePenya sih islam. mereka mereka yang mas sebut tadi..
        tapi sama kaya agama2x yang lain. pasti ada aja aliran seatnya yang nyimpang dari ajaran agama..nah mereka itu masuk di islam yang aliran sesatnya..
        sekian

  4. ass.wr.wb
    Yang berhak menilai ketaqwaan seseorang bukanlah kita tapi ALLAH SWT.

    ISLAM adalah rahmat lil alamin.Bagi saya seseorang patut saya kagumi jika justru dari hasil pemikirananya itu melahirkan generasi ummat yang semakin tekun dalam ibadahnya dan semakin mencintai ALLAH dan Rasulnya.Bukankah itu yang paling penting ?

    Hidayah adalah urusan ALLAH kita hanya sekedar menyampaikan selama penyampaian kita ada dasar yang bisa di pertanggungjawabkan dan sumber tetap tidak menyimpang kepada Al.Quran dan Sunnah sendiri.

    Sekarang saya bertanya kepada anda.Bagaimana pendapat anda tentang penemuan medis / ilmiah yang bisa dipertangungjawabkan tentang keistimewaan sholat tahajud yang dikemukakan oleh Prof.SHoleh ?
    Apakah anda menganggap beliau juga sesat dan menyimpang ? Padahal melalui penjabaran beliau banyak orang yang justru semakin tambah rendah hati ,hilang sombongnya karena takut kepada ALLAH dengan segenap qolbunya dan semakin terus mencoba untuk terus selalu dekat dengan ALLAH ( khusyu’ sebenarnya )

    Selanjutnya apa pendapat anda tentang sholat tarawih yang diadakan oleh sahabat umar r.a ? apakah anda menganggap beliau keliru dan sesat juga ?

    Apa pendapat anda tentang cara pencapaian sunan kalijaga dalam penyebaran ISLAM di jawa waktu itu ? adakah anda menilai beliau juga menyimpang karena dakwah dengan wayang,pakai blangkon buka pakai jubah kyai ?

    Hanya kepada ALLAH kita bersandar.Kita lupa bahwa cara berdakwah yang benar adalah dengan tauladan yang baik.Bukankah AL QURAN juga sudah mengajarkannya dan Nabipun mencontohkannya dengan baik ?

    Mari kita sebarkan ” ISLAM ” yang sejuk.Jika tho ada perbedaan bagi kami itu indah selama tidak lepas dari aqidah.

    Bagi kami …menilai orang bukanlah keahlian kami.Karena kami terlampau sibuk membenahi kesalahan-kesalahan kami.Alhamdulillah ALLAH senantiasa menutupi kekurangan dan aib kita ! Sudahkah anda saya dan kita menyadari itu ?

    Wass.wr.wb

    • Komentar : ass.wr.wb
      Yang berhak menilai ketaqwaan seseorang bukanlah kita tapi ALLAH SWT.

      Tanggapan : Wa’alaykumussalam waohmatullohi wabarokaatuhu, Terima kasih atas komentnya. Benar ketaqwaan seorang hamba nantiya akan dinilai dan diuji oleh Allah Tabaroka wa Ta’ala , apakah seorang hamba diatas ketaqwaan kepada Robbnya atau sebaliknya. Karena definisi taqwa sendiri adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Imam nawawi rohimahullah “Mentaati perintah dan laranganNya”. Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala [Tahriru AlFazhil Tanbih, hal 322] .Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa. Jadi, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilarangNya, dia bukan termasuk orang-orang yang bertaqwa. Terus bagaimana kita tahu bahwa seseorang itu bertaqwa atau tidak ?, yaitu dengan ilmu sebagaimana yang telah dijelaskan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shalallallahu alihi wa sallam dan sebagaimana yang dipahami ole 3 generasi terbaik Islam ( Sahabat, tabi’in, Tabiut Tabi’in ) atau yang masyhur kita kenal dengan As Salafus Shalih. Apakah hanya perkataan saja…, tentu tidak dan ini haruslah dibuktikan dengan Dalil, burhan, Bukti…dari hal diatas. Lha kalau semua bukti sudah diberikan…lha koq kemudian kita menolaknya dengan dalil perasaan…, lha kalau seseorang meyakini suatu kebenaran..maka dia harus menunjukkan (قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ )
      “Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar”. Apa buktinya…dari Kitabullah, Adakah contoh dari Rasulullah Shalallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya, penjelasan para ulama dan para Imam? Allahu a’lam.

      Komen : ISLAM adalah rahmat lil alamin.Bagi saya seseorang patut saya kagumi jika justru dari hasil pemikirananya itu melahirkan generasi ummat yang semakin tekun dalam ibadahnya dan semakin mencintai ALLAH dan Rasulnya.Bukankah itu yang paling penting ?

      Tanggapan : Alhamdulillah..saudaraku..sungguh antum benar bahwa Islam adalah Rahmatan Lil ‘Alamin sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan rahmatan lil ‘alamin (sebagai rahmat bagi seluruh manusia)” (QS. Al Anbiya: 107)
      “Maksud ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh makhluk’. Sebagaimana dalam sebuah hadits: “Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” (HR. Al Bukhari dalam Al ‘Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/596. Hadits ini di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga dalam Shahih Al Jami’, 2345)
      Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Beliau Shalallallahu alaihi wa sallam memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia. Tapi jangan salah memahami dengan makna tersebut apakah dengan begitu Sebagian kaum muslimin membiarkan berbagai maksiat dan penyimpangan agama serta enggan menasehati mereka karena khawatir para pelakunya tersinggung hatinya jika dinasehati, kemudian berkata : “Islam khan rahmatan lil’alamin, penuh kasih sayang”. Islam sebagai rahmat Allah bukanlah maknanya berkasih sayang kepada pelaku kemungkaran dan penyimpangan agama serta membiarkan mereka terus melakukannya. “Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah”.
      Bagaimana anda mengatakan demikian “dari pemikiran” akan melahirkan melahirkan generasi ummat yang semakin tekun dalam ibadahnya dan semakin mencintai ALLAH dan Rasulnya. Sudahkan anda tahu bagaimana cara mengenal Allah , RasulNya , agama ini sebagaimana yang telah diajarkan dan disyariatkan agama ini ?, Mengenal hak-hak Allah Tabaroka wa ta’ala untuk mentauhidkanNya dan tidak menyekutukanNya dengan segala seseuatu. Mencintai Rasulullah Shalallallahu alaihi wa sallam yaitu dengan mengikuti syariatnya dan meninggalkan apa-apa yang dilarangnya. Tahukah anda syarat diterimanya sebuah amalan ibadah ?
      Coba renungkan perkataan Rasulullah Shalallallahu alaihi wa sallam berikut ” : “Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah ucapan Allah dan sebaik-baik ajaran adalah ajaran Rasulullah. Dan sesungguhnya sejelek-jelek perkara adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama), karena sesungguhnya sesuatu yang baru diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim no. 867)
      Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan oleh Abu Dzar Rodhiyallahu anhu : “Tidaklah tertinggal sesuatu yang dapat mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka kecuali telah diterangkan pada kalian.” (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, lihat As Shahihah karya Syaikh Albani rahimahullah 4/416 dan hadits ini memiliki pendukung dari riwayat lain). Allahu Akbar..
      Simaklah perkataan Sahabat berikut Al Fudlail bin Iyadl rahimahullah berkata : “Amalan yang paling baik adalah amalan yang paling ikhlas dan paling benar/tetap. Karena amalan yang hanya disertai keikhlasan namun tidak benar maka amalan itu tidak diterima. Dan sebaliknya, bila amalan itu benar namun tidak dibarengi keikhlasan juga tidak akan diterima.”
      Apa yang dimaksud ” namun Tidak benar ” yang dimaksud adalah tidak ada contohnya dari Rasulullah Shalallallahu alihi wa sallam, karena ibadah adalah Mutaba’ah Ar Rasul (mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam), adakah contohnya dari beliau atau tidak. Lihatlah kisah berikut : ini juga salah satu contoh “hasil pemikiran” yang melahirkan generasi yang tekun dalam beribadah…tapi apakah hal ini dibenarkan…?
      Pernah datang tiga orang shahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam ke rumah istri-istri beliau guna menanyakan tentang ibadah beliau. Tatkala diberitahukan kepada mereka, mereka menganggapnya kecil dan mereka berkata : “Apa kedudukan kita dibanding Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau telah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang belakangan.” Berkata salah seorang dari mereka : “Aku akan shalat sepanjang malam tanpa tidur selamanya.” Yang kedua berkata : “Aku akan berpuasa sepanjang tahun dan tidak akan berbuka.” Yang terakhir berkata : “Aku akan menjauhi wanita maka aku tidak akan menikah selamanya.”Lalu datanglah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan ucapan-ucapan mereka disampaikan kepada beliau, maka beliau bersabda : “Apakah kalian yang mengatakan begini dan begitu ?! Ketahuilah! Demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dibanding kalian dan paling bertakwa kepada-Nya, akan tetapi aku puasa dan aku berbuka, aku shalat dan aku tidur, dan aku juga menikahi wanita. Siapa yang benci (berpaling) terhadap sunnahku maka ia bukan dari golonganku (orang-orang yang menjalankan sunnahku).” (HR. Bukhari dan Muslim).
      Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain). Sebab jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa” [Al-An’am : 153]
      Disebutkan dalam hadits shahih, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia berkata.

      “Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuatkan suatu garis pada kami, lalu beliau mengatakan, ‘Ini jalan Allah.’ Kemudian beliau membuat lagi garis-garis lain disebelah kanan dan kirinya, lalu mengatakan, ”Jalan-jalan ini, di atas setiap jalan ini ada setan yang mengajak kepadanya” [Ahmad (4131. Ad-Darimi dalam Al-Muqadimah (202).]

      Kemudian beliau membacakan ayat ini, “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya.” [Al-An’am : 153]. Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

      “Artinya : Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya” [Al-Hasyr : 7] Allahu a’lam.

      Komen : Hidayah adalah urusan ALLAH kita hanya sekedar menyampaikan selama penyampaian kita ada dasar yang bisa di pertanggungjawabkan dan sumber tetap tidak menyimpang kepada Al.Quran dan Sunnah sendiri.

      Tanggapan : Kebenaran adalah sesuatu yang bisa dibuktikan bukan hanya ungkapan perasaan,..maka itulah agama kita ini mengajarkan kaidah yang agung dalam memahami dien ini yaitu dengan Dalil ( Ma’rifatu Diini al islaami bil adillati ), maka sekali lagi mohon anda memberikan burhan kalau tidak menyimpang dari Al Qur’an dan Sunnah . Allahu a’lam

      Komen : Sekarang saya bertanya kepada anda.Bagaimana pendapat anda tentang penemuan medis / ilmiah yang bisa dipertangungjawabkan tentang keistimewaan sholat tahajud yang dikemukakan oleh Prof.SHoleh ?Apakah anda menganggap beliau juga sesat dan menyimpang ? Padahal melalui penjabaran beliau banyak orang yang justru semakin tambah rendah hati ,hilang sombongnya karena takut kepada ALLAH dengan segenap qolbunya dan semakin terus mencoba untuk terus selalu dekat dengan ALLAH ( khusyu’ sebenarnya )

      Tanggapan : Allahu a’lam bish showab, saya belum mengetahuinya, tapi yang saya maksudkan dan tekankan disini adalah itu adalah hikmah tersendiri yang diberikan Allah Tabaroka wa Ta’ala akan keutamaan dari sholat Tahajud. Karena ini adalah perkara Ibadah dan ibadah adalah tauqifiyyah ( Pasti ada landasan dasarnya dan contoh dari Rasulullah Shalallallahu alihi wa sallam ). Karena syarat Ibadah adalah ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Mutaba’ah kepada Nabi Shalallallahu alihi wa sallam. Kebanyakan orang yang mempelajari Filsafat dan ilmu kalam maka selalu menonjolkan kelebihan dari sisi fisik keduniannya , maka karena ada daya tarik tersebut semisal dengan Sholat Tahajud maka akan bisa menyembuhkan penyakit.., maka dikarenakan ingin hilang penyakitnya maka tergeraklah untuk melakukan Sholat Tahajud , padahal diwaktu sehat..mungkin jarang sekali mereka melakukannya. Bila halnya demikian maka amalan tersebut bisa terjatuh kepada Syirik asghor.Padahal ibadah haruslah ikhlas, mendekatkan diri hanya kepada Allah dengan rasa takut dan harap.
      Saudaraku..yang menganggap sesuatu apakah benar atau sesat bukanlah saya, fulan atau si ahlan tetapi yang mengukurnya adalah timbangan Syariat yaitu Kitabullah , Sunnah Nabi Shalallallahu alihi wa sallam yang shahih, ijma’ Sahabat dan penjelasan para Ulama rabaniyyin. Coba renungkan baca kembali artikel diatas, insya Allah antum akan mendapatkan kebenaran. Allahu A’lam.

      Komen : Selanjutnya apa pendapat anda tentang sholat tarawih yang diadakan oleh sahabat umar r.a ? apakah anda menganggap beliau keliru dan sesat juga ?

      Tanggapan : Mungkin bila anda mau, anda bisa membaca artikel2 yang sudah ana Posting , semisal Pesan2 terakhir Rasulullah Shalallallahu alihi wa sallam, Insya Allah anda akan tidak salah paham dengan pertanyaan anda, tetapi baiklah agar lebih menjelaskan akan pertanayaan anda maka berikut akan sedikin dijelaskan :
      Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

      إِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. (رواه أبو داود والترمذي).

      “Jauhilah perkara-perkara baru, karena setiap perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan masuk dalam Neraka” (Diriwayatkan Abu Daud dan At-Tirmidzi, dia berkata hadits hasan shahih).

      مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. (رواه البخاري ومسلم).

      “Barangsiapa mengada-adakan pada perkara (agama) kami ini, sesuatu yang bukan darinya, maka ia adalah tertolak” (diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim). “Barangsiapa melakukan amalan, yang tidak ada keterangannya dari kami, maka amalan itu tertolak” (Diriwayatkan Muslim).

      Lalu bagaimana dengan ucapan Umar radhiallahu anhu ketika melihat pelaksanaan shalat tarawih secara berjama’ah : “Sebaik-baik bid’ah adalah perbuatan ini.” (Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya)

      Maka kita katakan bahwa yang dimaukan oleh Umar dengan ucapannya tersebut adalah pengertian bid’ah secara bahasa, bukan secara syari’at, karena Umar mengucapkan perkataan demikian sehubungan dengan berkumpulnya manusia di bawah satu imam dalam pelaksanaan shalat tarawih, sementara shalat tarawih secara berjama’ah telah disyariatkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dimana beliau sempat mengerjakannya selama beberapa malam secara berjama’ah dengan para shahabatnya, kemudian beliau tinggalkan karena khawatir hal itu diwajibkan atas mereka. Sehingga setelah itu manusia mengerjakan tarawih secara sendiri-sendiri atau dengan jama’ah yang terpisah-pisah (berbilang/berkelompok-kelompok).

      Lalu pada masa pemerintahannya Umar radhiallahu ‘anhu, Umar radhiallahu ‘anhu mengumpulkan mereka di bawah pimpinan satu imam sebagaimana pernah dilakukan di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, karena wahyu telah berhenti turun dengan meninggalnya beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan berarti tidak ada lagi kekhawatiran diwajibkannya perkara tersebut.

      Dengan demikian Umar radhiallahu ‘anhu menghidupkan kembali sunnah tarawih secara berjama’ah dan ia mengembalikan sesuatu yang sempat terputus, maka teranggaplah perbuatannya tersebut sebagai bid’ah dalam pengertian bahasa, bukan pengertian syari’at, karena bid’ah yang syar’i hukumnya haram, tidak mungkin Umar radhiallahu ‘anhu ataupun selainnya dari kalangan shahabat melakukan hal tersebut, sementara mereka tahu peringatan keras dari Nabi radhiallahu ‘anhu akan perbuatan bid’ah. (Dzahirut Tabdi’, halaman 43-44).

      Perhatikanlah perkataan ulama berikut : Ibnu Rajab Rohimahullah berkata, “Adapun yang terdapat dalam perkataan ulama salaf yang menganggap baik sebagian bid’ah adalah bid’ah dalam pengertian bahasa. Bukan bid’ah dalam pengertian syari’at. Di antaranya perkataan Umar Rodhiyallahu anhu tatkala memerintahkan kaum muslimin untuk melaksanakan shalat tarawih pada bulan Ramadhan di satu tempat dengan dipimpin seorang imam, maka beliau berkata, “Inilah sebaik-baiknya bid’ah” [Jaamiul Uluum wal Hikam 1/129]

      Jadi kesimpulannya perkataan Umar Rodhiyallahu anhu diatas adalah Bid’ah secara bahasa ( Etimologi ) , adapun yang dilarang adalah Bid’ah dalam Syariat, sebagaimana yang dibahas pada artikel diatas ;

      Perhatikan Hadist berikut ini :

      . Hadits Al Irbadh Ibnu Sariyah, di dalam hadits ini ada perkataan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam:

      “Jauhilah hal-hal yang baru (muhdatsat), karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.” [Dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan teksnya milik Abu Dawud 4/201 no. 4608, Rmu Majah 1/15 No. 42, At-Tirmidzi 5/44 no. 2676 dan beliau berkata bahwa ini hadits hasan shahih dan hadits ini dishahihkan oleh Al Albaniy dalam Dhilaalul Jannah fii Takhriijissunnah karya lbnu Abi Ashim: no. 27]

      Hadits Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasallam pernah berkata dalam khuthbahnya:

      “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebagus-bagusnya tuntunan adalah tuntunan Mnbammad dan urusan yang paling jelek adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setap kesesatan itu (tempatnya) di neraka.” [Dikeluarkan dengan lafadz ini oleh An- Nasa’i dalam As-Sunan 3/188 dan asal hadits dalam Shahih Muslim 3/153. Untuk menambah wawasan coba lihat kitab Khutbat Al-Haajah, karya Al-Albany]
      Allahu A’lam…

      Komen : Apa pendapat anda tentang cara pencapaian sunan kalijaga dalam penyebaran ISLAM di jawa waktu itu ? adakah anda menilai beliau juga menyimpang karena dakwah dengan wayang,pakai blangkon buka pakai jubah kyai ?
      Tanggapan : Mas Pertama-tama saya mau Tanya sama anda, mana lebih baik dakwah yang dicontohkan Rasulullah Shalallallahu alihi wa sallam dan para sahabatnya bila dibandingkan manusia sesudahnya ?, Tidakkan anda ketahui bahwa sebaik baik generasi Islam adalah dijaman Rasulullah Shalallallahu alihi wa sallam dan para sahabatnya dan generasi setelahnya yaitu Tabi’in dan generasi sesudahnya Tabiut Tabi’in , sebagaimana hadist berikut :

      Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :“Artinya : Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada masaku, kemudian masa berikutnya, kemudian masa berikutnya. Kemudian akan datang suatu kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya (mendahului) persaksiannya” [Hadits Mutawatir sebagaimana dicantumkan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam “Al-Isabah” 1/12, dan disepakati oleh Suyuthi, Al-Manawi, Al-Kinani], ini adalah kaidah bahwa sebaik baik metode dalam memahami Islam adalah mencontoh mereka , karena mereka adalah sebaik-baik generasi Islam.

      Kembali ke permasalahan yaitu tentang ” Pencapaian Sunan Kali Jaga dalam penyebaran Islam di Jawa dengan metode adat setempat yang awalnya mereka orang Jawa beragama Hindu.

      ” Pertanyaan buat anda apakah anda mempunyai bukti cerita tersebut, adakah sanad yang menerangkan cerita tersebut, ataukah ini adalah cerita dari mulut ke mulut dari Masyarakat .Katakanlah kisah tersebut adalah ada, akan tetapi apakah semua cerita yang berkembang di Masyarakat bahwa mereka orang yang sakti mandra guna , otot kawat balung wesi adalah benar ? Sungguh kisah-kisah tersebut semakin membuat ragu akan jati diri mereka ? Bagaimana menurut anda kisah Sunan Kali Jaga ( sebelumnya Raden Sahid putera Bupati Tuban ) yang diperintahkan oleh Sunan Bonang untuk bertapa menunggu tongkatnya dipinggir sungai sehingga ditumbuhi rumput dan lumut ?, Bila benar demikian adalah jalan menuju keWalian ( Wali Allah ) , lalu kapan dia wudhu, dan kapan dia Sholat ? dan kapan buang hajat serta bersucinya ?, jangan katakan kalau Wali Allah mempunyai karomah, kesaktian lalu tidak mengerjakan Syariat karena sudah mencapai derajat wali. ( hakikat ) ?” Tahukah anda Siapa wali Allah?

      Allah Ta’ala berfirman ketika menyebutkan tentang sifat-sifat wali-wali-Nya :

      أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

      (artinya): “Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, yaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa”. (QS. Yunus: 62-63)

      Dalam ayat ini Allah Ta’ala mengabarkan tentang keadaan wali-wali-Nya dan sifat-sifat mereka, yaitu: “Orang-orang yang beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir serta beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.” Kemudian mereka merealisasikan keimanan mereka dengan melakukan ketakwaan dengan cara melakukan segala perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan segala larangan-Nya. (Taisir Karimir Rahman karya As Sa’di hal, 368)

      Perhatikan perkataan Imam Syafi’I berikut ini :
      Sedangkan untuk mengetahui apakah itu karamah atau tipu daya setan tentu saja dengan kita mengenal sejauh mana keimanan dan ketakwaan pada masing-masing orang yang mendapatkannya (wali) tersebut.

      Al Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata: “Apabila kalian melihat seseorang berjalan di atas air atau terbang di udara maka janganlah mempercayainya dan tertipu dengannya sampai kalian mengetahui bagaimana dia dalam mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.” (A’lamus Sunnah Al Manshurah hal. 193).

      Jadi kesimpulannya : Dakwah haruslah mengikuti apa yang disunnahkan oleh Rasulullah Shalallallahu alaihi wa Sallam, Adapaun dakwah Sunan Kali Jaga dengan metode Wayang atau dengan adat setempat , wallahu a’lam belum didapat bukti kebenarannya hanya qiila wa qoola ( cerita mulut ke mulut ).

      Komen : Hanya kepada ALLAH kita bersandar.Kita lupa bahwa cara berdakwah yang benar adalah dengan tauladan yang baik.Bukankah AL QURAN juga sudah mengajarkannya dan Nabipun mencontohkannya dengan baik ?
      Mari kita sebarkan ” ISLAM ” yang sejuk.Jika tho ada perbedaan bagi kami itu indah selama tidak lepas dari aqidah.
      Bagi kami …menilai orang bukanlah keahlian kami.Karena kami terlampau sibuk membenahi kesalahan-kesalahan kami.Alhamdulillah ALLAH senantiasa menutupi kekurangan dan aib kita ! Sudahkah anda saya dan kita menyadari itu ?
      Wass.wr.wb

      Tanggapan : Insya Allah kita tidak lupa dengan metode dakwah dengan Tauladan yang baik, karena sandaran kita adalah Kitabullah dan Rasulullah Shalallallahu alihi wa Sallam dan para sahabatnya, sebagaimana dalam Firman Allah Tabaroka wa Ta’ala :
      ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ …وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
      Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. ( QS An -Nahl 125 ), dan ketahuilah wahai saudaraku bahwa dalam berdakwah adalah realisasi dari keagungan Agama kita untuk menegakkan Nasehat sesama Muslim, bukan untuk merendahkan atau menghinakannya.Demikian juga dalam kaidah berdakwah mengajak yang makruf dan menjauhi yang mungkar, bukan malah mengingkari kemungkaran, bertoleransi dengan kemungkaran, ini adalah pemahaman yang keliru..
      Insya Allah kita juga menyebarkan Islam yang sejuk..dengan kelembutan dan hikmah, tetapi tidak tidak menutup kemungkinan dengan Dakwah yang tegas bukan keras dikarenakan makar2 ahli Bid’ah dalam merusak umat, maka kita juga menunjukan keburukan Ahli Bid’ah agar umat menegetahui dan menjauhi tentunya dengan Ilmiyyah, Bukti dan burhan dan bukan hawa nafsu dan perasaan, Ta’ashub, Taklid buta tanpa disertai dalil dari mana landasannya.
      Bagaiama anda mengatakan perbedaan yang tidak lepas dari Aqidah, tetapi kenyataan anad menselisihi Aqidah ( Silakan baca artikel diatas tentang aqidah Wihdatul Wujud, Sinkkretisme ) ini adalah Aqidah yang tercela…Allahu a’lam.

      Alhamdulillah Allah telah memberikan Hidayah fiyl Islam dan Mudah2an Allah juga memberikan Hidayah fiyt Taufiq ( Dengan mengetahui hukum syariat2 agamaNya , Ma’rifatuLlah ( Mengenal Allah ) , Ma’rifatun Naby (Mengenal Nabi ) , wa ma’rifatud Din ( Dan Mengenal Agamanya ) Amin. Allahu ta’ala a’lam bish showab

    • kita satu pemikiran mas dalam hal ini..
      salut..

      yang membuat islam jadi terlihat buruk itu karena ada umat umatnya yang tidak bisa memahami islam dengan hati yang bersih..
      ^_^

  5. SY INGIN MEMBAGI PENGALAMAN.
    “PELATIHAN ITU HANYA SEBUAH PROSES”.

    Sy telah membaca buku sholat khusyu’ dan telah mengikuti pelatihannya sebanyak 2 kali, ustad Abu memang menerangkan hal-hal, pengetahuan, ilmu yg sebelumnya tidak sy ketahui, namun setelah mempraktek kannya dengan segala keterbatasan kemampuan dan pengalaman yg sy miliki, sekarang sy merasakan bahwa semua yg telah ustad Abu jelaskan hanyalah sebuah proses, sekarang ini sy sdh tidak lagi terlalu memperhatikan apa yg pernah ustad Abu jelaskan, karena sepertinya sy telah menemukan “jalannya” atau kuncinya/resepnya, atau entah apalah kata yg tepat untuk menggambarkannya, dan ternyata jalan itu sederhana sekali, mudah sekali.

    sejujurnya sampai sekarangpun sy tidak mengetahui dgn pasti apakah khusyu’ itu? bahkan sekarang sy tidak terlalu merisaukan khusyu’an atau men-targetkan khusyu’ sbg target sholat sy, yg jelas hati sy telah merasakan sesuatu pd saat sholat, menjelang melaksanakan sholat, ataupun setelah sholat, yang jelas sesuatu itu telah membuat sy bahagia, senang, dan rasanya sy ini diliputi dgn kebahagiaan yg tidak tau dr mana? sy mencoba membagi rasan dgn teman-teman disini, rumusan nya sederhana bgt, sebagai berikut:
    1. sadarlah bahwa sholat itu perintah, jgn byk bertanya, buat apa? supaya apa? kita taat saja titik.
    2. kondisikan dengan tekun bahwa pada saat kita sholat yang hadir hanyalah hamba dan Allah saja, tiada yg lain di hati kita selain Allah, awalnya sulit bukan main karena hati sy selalu lalai, tetapi heran koq tau-tau bisa, seperti ada yang memberi kemudahan, seperti ada yang meng-kondisikan hati kita, kog tau-tau bisa tidak ingat yg lain selain Allah. Sadarlah bahwa kita hanya hamba dgn segala atributnya, dan Allah adalah Allah yang maha segala-galanya bahkan lebih dari itu yg tidak dapat digambarkan dengan kata/ucapan hamba.
    3. sholat kan berdoa, memuji, maka berdoalah, memujilah dgn sepenuh hati, berharap dgn sungguh-sungguh bahwa hanya Allah lah yg bisa menolong, tidak ada sesuatu pun yg mampu bertindak atas diri kita selain Allah.
    4. INI PENTING, jangan pernah memikirkan hasil !! jangan pernah pasang target dlm sholat !!, Misalnya koq begini aja ya?, kog aku merasa biasa-biasa saja ya? kog tdk ada bedanya ya? … dsb, hasil itu urusan Allah, biarlah terserah Allah, kita mau di diamkan atau mau di beri sesuatu, atau kita mau di apakan, di kemanakan? lakukan sholat itu saja titik. sy hanya berkeyakinan penuh bahwa Allah tidak akan menyulitkan.

    Mudah kan, sederhana kan!
    bahkan hal-hal diatas (no. 1, 2, 3, 4) sudah kita dengar sejak masih kecil, tapi entah ya, setelah kita menyulitkan diri sendiri, melalui jalan begini-begitu ee akhirnya kembali ke situ juga, Allah memang maha mudah.

    lha koq bapak-bapak di sini pada ruwet, Allah lho mudah.

    • Berbicara mengenai sholat ( Ibadah ) haruslah dengan ilmu, karena perkara ibadah ( Sholat ) bersifat tauqifi [Maksudnya adalah bahwa ibadah sudah ditentukan oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya. Akal fikiran tidak memiliki andil dalam penetapannya] dan harus bersumber dari musyarri’ (Yang berhak menetapkan syari’at) yaitu Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya:

      فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْا [هود: 112]
      “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah bertaubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas”. (Hud: 112)

      ثُمَّ جَعَلْنَـاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ اْلأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ اَّلذِيْنَ لاَ يَعْلَمُونَ[الجاثية: 18]
      “Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa naf-su orang-orang yang tidak mengetahui “.(Al-Jatsiyah: 18)

      Allah berfirman tentang nabi-Nya:
      إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَـى إِلَيَّ
      [الأحقاف: 9]
      “Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku”.(Al Ahqaaf 9)

      Bila perkataan dan keterangan tanpa dilandasi bukti dan dasar hukum maka yang nampak adalah kontradiktas, sebagaimana perkataan anda dan ini telah tampak dari metode pemahaman anda yang bernuansa “Filsafat’.

      Anda mengatakan sendiri bahwa anda telah mengatakan telah membaca buku tersebut 2X, kemudian anda mengatakan sekarang tidak lagi terlalu memperhatikan apa yg pernah ustad Abu jelaskan

      Jawab : ini adalah hal yang kontradiktif/membingungkan sebagaimana metode filsafat anda ),

      “Anda mengatakan dengan jujur bahwa sampai sekarangpun anda tidak mengetahui dgn pasti apakah khusyu’ itu? “

      Jawab : ini sungguh musibah, terus apa yang anda dapat dari buku tersebut, padahal buku tersebut mengajarkan tentang sholat Khusyu” ???)

      “Anda mengatakan : sadarlah bahwa sholat itu perintah, jgn byk bertanya, buat apa? supaya apa? kita taat saja titik.”

      Jawab : Ini adalah perkataan kebodohan, Taqlid buta, tanpa mau belajar mengetahui landasan dasar tentang Sholat, Hukum Sholat , Syarat dan rukunnya.

      Bila kita tidak bertanya, bagaiamana kita akan mengetahui cara Sholat yang benar, sebagaimana Sholatnya Rasulullah Shallallahu aliahi wa sallam, atau menurut anda setiap orang mempunyai cara beribadah sendiri2 , ini musibah.

      صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِي أُصَلِّي «
      [متفق عليه]
      “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (Muttafaq alaih)

      Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

      » مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ «[رواه مسلم]
      “Siapa yang melaksanakan suatu amalan yang bukan termasuk urusan (agama) kami maka dia tertolak” (Riwayat Muslim)
      » مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ «[متفق عليه]
      “Siapa yang mengada-ada dalam perkara (agama) kami yang bukan termasuk didalamnya maka dia tertolak”. (Muttafaq alaih)

      “Anda mengatakan : INI PENTING, jangan pernah memikirkan hasil !! jangan pernah pasang target dlm sholat !!, Misalnya koq begini aja ya?, kog aku merasa biasa-biasa saja ya? kog tdk ada bedanya ya? … dsb, hasil itu urusan Allah, biarlah terserah Allah, kita mau di diamkan atau mau di beri sesuatu, atau kita mau di apakan, di kemanakan? lakukan sholat itu saja titik. sy hanya berkeyakinan penuh bahwa Allah tidak akan menyulitkan.”

      Jawab : Ini adalah pekataan kejahilan , Ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala memiliki tiga pilar utama yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu; Cinta (hubb), Takut (khauf) , dan Harapan (raja’). Beribadah atau menghamba kepada Allah subhanahu wata’ala harus dilandasi dengan tiga pilar utama ini.

      Berkata sebagian salaf,
      • Siapa yang beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala hanya dengan cinta (hubb) saja maka dia zindiq.
      • Siapa yang beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala hanya dengan pengharapan (raja’) maka dia murji’.
      • Siapa yang beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala hanya dengan rasa takut (khauf) saja maka dia haruri.
      • Siapa yang beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala dengan hubb, raja’ dan khauf maka dia mukmin muwahhid.

      Jadi wahai saudaraku, kesimpulan yang ana maksudkan adalah berbicara dalam masalah Ibadah haruslah ada tuntunan dari Allah dan RasulNya, buka dengan sak karepe dhewe ( ini adalah kesalahan )

      Pada dasarnya kita tidak boleh mengamalkan atau mensyariatkan amal ibadah kecuali ada dalilnya dari Al Qur’an dan As Sunnah yang mensyariatkannya . Barang siapa yang mensyariatkan sebuah ibadah tanpa dalil maka dia telah membuat perkara Bid’ah ( perkara-perkara baru yang tidak ada contohnya ).

      Syaikh Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Al-Qawa’id An-Nuraniyyah Al-Fiqhiyyah (hal 112) berkata, “Dengan mencermati syari’at, maka kita akan mengetahui bahwa ibadah-ibadah yang diwajibkan Allah atau yang disukaiNya, maka penempatannya hanya melalui syari’at”

      Dalam Majmu Al-Fatawa (XXXI/35), beliau berkata, “Semua ibadah, ketaatan dan taqarrub adalah berdasarkan dalil dari Allah dan RasulNya, dan tidak boleh seorang pun yang menjadikan sesuatu sebagai ibadah atau taqarrub kepada Allah kecuai dengan dalil syar’i”.

      Mudah-mudahan apa yang disampaikan bisa menjadikan kita sebagai pelajaran, Semoga Allah Tabroka wa Ta’ala senantiasa memberikan Taufiq dan hidayahNya kepada kita, dan semoga anda wahai saudaraku semoga diberikan semangat dalam belajar untuk lebih memahami agama kita yang muliya ini berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , sebagaimana yang telah dipahami para Salafus Shalih kita. Mohon ma’af bila ada kata yang tidak berkenan. Barokallahu fiyk.

  6. Terima kasih Ustadz Abu Sangkan…..

  7. kamu goblok!!!

    • Terima kasih atas pujiannya buat @emperor atau @mas Andi ( apa mungkin orang yang sama ya ?, koq IP addressnya sama ), memang benar saya masih goblok, makanya saya masih ingin belajar untuk mencari kebenaran dengan hujjah dan basyiroh/ilmu. bagi mas Andi/emperor yang mungkin lebih berilmu silakan berikan penjelasan bagaimana yang seharusnya menurut anda, saya akan rujuk kepada kebenaran bila kebenaran ada pada anda. dan ketahuilah bahwa kritikan yang anda sampaikan atau yang saya sampaikan hendaklah disampaikan dengan ikhlas, karena maksud dari sanggahan atau kritikan tak lain supaya saudara kita menjadi tahu dengan landasan ilmu, bukan hawa nafsu dan perasaan apalagi kebencian. Karena apa yang kita sampaikan itulah hakikat sebenarnya diri kita. Allahu A’lam

      • Jangan mudah menerima pujian akhi atau berbesar hati karena kita mendapatkan pujian…, karna sesungguhnya pujian itu yang berhak menerimanya adalah Allah SWT…, maka ucapkanlah Subhanallah…, segala puji hanya milik Allah, jika kita mendapatkan pujian.

  8. @emperor:kamu salah..coba kamu baca lagi makna yang tersiratnya.
    sangat mengagumkan.

  9. Saya jadi bingung
    Capek deh…

    • kalau capek … jangan dikembalikan kepada “abu sangkan” … kembalikan kepada “al-qur’an dan as-sunnah” …

  10. Terima kasih ustadz Abufahmiabdullah. Minta ijin untuk menforward artikel anda dan saya ringkas, tp saya akan cantumkan address artikel aslinya.
    Saya memang sudah tahu bahwa buku ini isinya tidak baik, namun karena kekurangan ilmu, saya tidak bisa menjelaskan secara detail spt yg antum berikan. Jadi sulit menasehati org untuk tidak mempelajari buku ini.

    wasalam

  11. Kita tidak perlu kolot atau ketinggalan zaman, karena islam itu sebenarnya bebas tapi mengikat/ mengikat tapi juga membebaskan jadi menurut saya saudara tidak boleh menjudge orang bid’ah dan menyimpang dalam artian kita juga tidak boleh berpandangan sempit.

    • boleh dong “menjudge orang bid’ah dan menyimpang”, wong ada petunjuk dan aturannya. sebab kalau seenaknya berkreasi, nanti tiap orang punya kesempatan untuk mengubah islam.

  12. Karena menurut pandangan saya, hubungan manusia harus sejalan :

    1. Hubungan manusia dengan Allah
    2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
    3. Hubungan manusia dengan Manusia Lainnya
    4. Hubungan Manusia dengan alam

    • Insya Allah kita tidak kolot dan ketinggalan jaman , anda salah memahami kandungan risalah diatas, karena anda memahaminya dengan akal dan perasaan anda tanpa ada petunjuk dan penjelasan dari syariat kita yang muliya, yaitu mizan timbangan dari kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang shahih, Ijma’ sahabat, dan syarah penjelasan dari para imam dan ulama mu’tabar.
      Dan itu hak anda untuk berbicara apa saja yang menurut keyakinan anda benar, sebagaimana pernyataan anda bahwa ” karena islam itu sebenarnya bebas tapi mengikat/ mengikat tapi juga membebaskan “ . Pernyataan ini sama benar sebagaimana yang dikatakan paham Islam Liberal ( kebebasan dalam beragama ). Allahu a’lam.

      Ketahuilah saudariku, kita tidak men “Judge” suatu amalan seseorang atau kelompok adalah bid’ah tanpa dilandasi keterangan dan penjelasan dari Kitabullah dan Sunnah, sebagaimana hal tersebut telah disebutkan di kitab-kitab para ulama, dan ini bukan perkataan kami, kami hanya menyampaikan. Dan perlu anda ketahui bahwa kita tidak pernah memvonis diri seseorang ( per individu ) bahwa dia adalah ahli bid’ah, sesat ataupun menyimpang secara khusus ( mu’ayyan ), kita hanya menunjukkan bahwa amalan yang dia lakukan adalah termasuk perkara baru dalam agama ( bid’ah ) dan bisa menjerumuskan kedalam bid’ah ( secara mutlaq /umum ).Allahu a’lam.

      Ada hal yang perlu anda ketahui, sesungguhnya syariat agama kita yang muliya ini adalah sudah sempurna tidak memerlukan tambahan, perubahan untuk segala zaman. ( silakan lihat penjelasan risalah diatas mengenail dalil2nya ) .Sebagai penegas silakan lihat hadist berikut :

      Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Sungguh Nabi shallallahu alaihi wasallam berkhutbah di hadapan kami dengan suatu khutbah yang beliau tidak meninggalkan sedikitpun perkara yang akan berlangsung sampai hari kiamat kecuali beliau sebutkan ilmunya … .” (Shahih Bukhari nomor 6604).

      Abu Dzar RadhiAllahu anhu kemudian berkata :
      Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Tidaklah tertinggal sesuatu yang dapat mendekatkan ke Surga dan menjauhkan dari Neraka kecuali telah diterangkan pada kalian.” (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, lihat As Shahihah karya Syaikh Albani rahimahullah 4/416 dan hadits ini memiliki pendukung dari riwayat lain).

      Wallahul musta’an

    • pandangan anda tidak perlu diangkat lebih tinggi dari pengetahuan anda, cukup ditinggikan sebatas yg anda ingat saja.

  13. Wah syukurlah…masih ada orang berilmu seperti Pak Ustadz ini yg bisa menunjukkan jalan yg lurus kepada kita semua…sehingga kita semua bisa berIslam dgn benar.

  14. ini untuk replay “Siti Aisyah Hutagalung”

  15. assaamualaikum wr wb,

    saya hanya seorang ihwan yg baru dan terus mencari ilmu tgg islam dan as sunnah..
    alhamdulilah banyak sekali sumber2 yg turut memperkaya ilmu saya, termasuk saat saya berusaha untuk memperbaiki kualitas sholat – saya mempelajari pola khusuk dari ustadz abu sangkan…
    tapi sejalan dengan keinginan untuk memperbaiki kualitas islam dalam diri dan semakin mendekati sunnah rosul, pandangan saya alhamdulillah jadi semakin terbuka dan jelas dalam melihat semua “pilihan-baik” yang selama ini ada di sekeliling saya (saya rasa bpk2 pasti sdh tahu maksud saya…
    saya hanya ingin selamat dunia akhirat, saya ingin semakin jelas meniti jalan yg benar dan jelas dari allah dan rosulnya, bukan sekedar BAIk saja, krn kembali BAIK itu banyak sekali di sekeliling kita, cuma… mana yg benar shahih dan tanpa dibuat2 atau bentuk buatan manusia?? (walau tetap dlm konteks baik yah..)
    insyaallah dengan hati yang tenang , sabar dan tawadu’, bapak2 akan lebih mudah untuk menilai… ini bukan masalah membela siappun, atau bahkan ustadz abu sangkan , atau ustadz siapalah yg julahnya bisa ribuan, krn mrk cuma manusia…..tp yg plg penting pegang as sunah dan terus mempelajari nya dan jaga kemurniannya untuk anak2 cucu kita kelak..

    wallahualam bishawab, insyaallah manfaat, maaf apabila adakalimat yg salah atau menyinggung…

  16. assalamualaikum
    akhi ana izin mengkopi artikel artikel yang ada di blog ini

    atas perhatiannya
    ana ucpkan
    jazakallohu khoiron katsier

    • Wa’alaykumussalam warohmatullohi wabarokaatuhu, silakan akh, semoga bermanfa’at, afwan

      • Assalamualaikum.
        sy seseorang yg masih sangat dangkal tentang ilmu agama mhn ijin bertanya.
        1, tlg penjelasan apa yg dimaksud dgn KHUSYU
        2, apakah sholat yg tdk khusyu tetap diterima ALLAH
        3, bagaimana caranya supaya kita khusyu dlm sholat
        4, sholat mencegah dari perbuatan keji dan munkar,tapi kena
        pa banyak orang rajin sholat tetapi masih melakukan perbu
        atan keji dan munkar,apakah ia hanya asal sholat,atau ia
        tdk khusyu dlm sholat
        5, bagaimana hukumnya orang yg sholat yg mulutnya memba
        ca ayat tp hati dan fikiran mengarah ke hal yg lain misalnya
        ingat kerjaan,ingat istri,dll
        6, celakalah orang yg lalai dlm sholatnya,sy pernah menden
        gar kalimat ini mhn penjelasan maksud dari kalimat terse
        but adakah orang yg lalai dlm keadaan sholat,dan kelalaian
        yg bagaimana yg dimaksudkan
        mhn maaf jika ada kalimat yg salah karna kesempurnaan hanya milik ALLAH Swt,dan sy adalah orang bdh yg sangat dangkal tentang ilmu agama….!!! WASSALAM…!!!

  17. orang yang dicintai Alloh akan ditunjukkan ke jalan yang lurus, berfikir bagaimana nasib kita saat nazak dan dialam kubur dan apakah dosa dosa kita sudah diampuni atau belum membuat diri ini banyak merenung dan menangis .
    hanya kepadaMu ya Alloh kami mohon pertolongan dan petunjuk dari hingar bingarnya perselisihan perbedaan persepsi.

  18. Ya Allah tuntunlah kami pada jalanMu yang lurus………….

  19. Ampun maaf saudara2ku, sy mau bertanya kepada saudara2ku. kalau kita sholat adalah mengingat Allah bagai mana caranyakah sy mengingat itu, mungkin saudara2ku bisa memberikan ilmunya. ampun maaf.

    • Kamu harus mempunyai sifat Iqsan…, yang maknanya “beribadahlan kamu kepada Allah seolah-olah kamu melihatnya, jikalau kamu tidak mampu melihatnya…, maka merasa yakinlah bahwa kamu diawasi oleh Allah SWT.

  20. Dan bagai manakah cara sy bisa mengenal kepadanya secara nyata, bukan akbarnya atau afalnya. mohon penjelasanya pak ustadz

  21. Mohom maaf, terkadang kita lebih suka menjelekkan dan mencela saudara kita sesama muslim sebelum kita koreksi kesalahan kita sendiri. Hal itu tercermin dari tulisan blog saudara yang kelihatan kolot, sangat memojokkan, & tidak siap menerima perkembangan. Seperti hanya Saudara tidak siap menggunakan mobil dan hanya menggunakan onta dalam perjalanan. Sikap itu ada kesamaam dengan kaum jahiliyah yang tidak siap menerima Nabi Muhammad yang memberikan pemahaman penyempurnaan nabi sebelumnya.

  22. Wes ojo rame…, seng penting manut hadits ama Al-qur’an, gitu aja kok repot…, tp ojo lali Al-Qur’an ama hadits ojo dipahami sendiri-sendiri secara serampangan…., mempelajari hadits dan Al-qur’an juga butuh guru yang terpercaya.

  23. Jauhi perkara-perkara bid’ah di dalam Agama ini…., dan jauhi subhat-subhat yang nyata dan berhati-hatilah dengan subhat-subhat yang samar…., dan jauhilah segala bentuk kesyirikan yang dapat menghancurkan seluruh amalan kita.

    • hahahaha… inimah cuman maenin dalil doang.. saya juga bisa nyomot banyak dalil di internet terus di edit pake kata-kata .
      apa mas bisa shalat khusyuk? kalo bisa minta tips dari mas ‘shalat khusyuk yang benar’ menurut mas. ntar saya kolaborasi lagi sama punyanya abu sangkan biar seimbang. ga ada perdebatan

  24. AKEH KANG APAL QUR’AN HADITSE….
    SENENG NGAFIRKE MARANG LIYANE….
    KAFIRE DHEWE GAK DIGATEKKE….
    YEN ISIH KOTOR ATI AKALE….

    GAMPANG KABUJUK NAFSU ANGKORO..
    ING PEPAESE GEBYARE NDUNYO..
    IRI LAN MERI SUGIHE TONGGO..
    MULO ATINE PETENG LAN NISTO….
    _NIZAMSTYLE_

  25. Yaa..kl buat pelatihan solat aj sdh dimintai biaya ini-itu..sdh gak perlu dalil-dalil lg,sdh jelas si ustad abu sangkan ini cuma cari duit,bisnis,menjual ayat.Maklum,skr kan lg mode,ustad2 selebritis,jual ayat,jual tampang,jual2 sgala macam,,prettt!!!…ayoo sinii!!!mana centeng2nya abu sangkan??sini gue layanin!!mau pake jurus ape loe pade???

Leave a reply to abu bakar as salim Cancel reply