SEPULUH KAEDAH MENUJU ISTIQOMAH

SEPULUH KAEDAH MENUJU ISTIQOMAH


Berikut risalah makalah, Kajian Islam Ilmiyyah yang berjudul ” 10 Kaidah Menuju Istiqomah” yang diadakan di Hall audio Radio Hang 106FM Batam beberapa waktu yang lalu yang disampaikan oleh Ustad DR Muhammad Nur Ihsan,MA Semoga berguna dan bermanfaat sehingga dapat menambah wawasan dan ilmu kita bagaimana selayaknya seorang muslim untuk dapat beristiqomah dalam agamanya.

بسم الله الرحمن الرحيم

 

SEPULUH KAEDAH MENUJU ISTIQOMAH

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد:

Pembahasan tentang istiqomah merupakakan permasalahan yang sangat penting yang menempati pososi yang tinggi dalam agama yang mulia ini, karena ia adalah paktor utama untuk menggapai kebahagian dunia akhirat, keberuntungan seorang hamba serta kebaikkan seluruh urusannya.

Allah Ta’ala berfirman:

(إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (14) الأحقاف: ١٣ – ١٤.

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.

(إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32) فصلت: ٣٠ – ٣٢.

30. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” 31. Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. 32. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

وعَنْ سُفيانَ بن عبدِ اللهِ – رضي الله عنه – ، قالَ : قُلتُ : يا رَسولَ اللهِ ، قُلْ لي في الإسلام قولاً لا أسألُ عَنْهُ أحداً غَيرَكَ ، قال : (( قُلْ : آمَنْتُ باللهِ ، ثمَّ استقِمْ )) رواهُ مُسلم.

“Dari Sufyan Bin Abdullah radiyallahu ‘anha berkata: saya berkata: Wahai Rasulullah! Katakana kepadaku subuah perkataan dalam islam yang saya tidak akan menanyakannya kepada selaim mu, beliau berkata: “katakanlah: Aku beriman kepada Allah kemudian istiqomahlah “.

Oleh karenanya merupakan kewajiban setiap muslim untuk mengenal makna istiqomah memudian mengamalkannya serta mengatahui prinsip prinsip dasar untuk menuju istiqomah dan teguh diatasnya.

Berikut 10 prinsip dasar/kaedah untuk menuju istiqomah:

Kaedah pertama: istiqomah adalah nikmat dan pemberian dari Allah.

Didalam Al Qur’an dan Sunnah terdapat banyak dalil yang menjelaskan bahwa hidayah (petunjuk) hanya ada di tangan Allah Ta’ala, Dia-lah yang menunjuki orang yang dikehendaki dari hamba-Nya kepada kebenaran dan jalan yang lurus, dan Dia-lah yang menyesatkan orang yang dikehendakinya –sesuai dengan keadilan-Nya- sebagaimana firman Allah Ta’ala:

( ولو أنهم فعلوا ما يوعظون به لكان خيرا لهم وأشد تثبيتا * وإذا لآتيناهم من لدنا أجرا عظيما * ولهديناهم صراطا مستقيما ). النساء 66-68.

Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka, dan kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami”.  dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.

( فأما الدين آمنوا بالله واعتصموا به فسيدخلهم في رحمة منه وفضل ويهديهم إليه صراطا مستقيما ). النساء: ١٧٥.

“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya”.

( والله يدعو إلى دار السلام ويهدي من يشاء إلى صراط مستقيم ) يونس: 25.

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

( والذين كذبوا بآياتنا صم وبكم في الظلمات، من يشأ الله يضلله ومن يشأ يجعله على صراط مستقيم) الأنعام: 39.

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya[473]. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus”.

( والله يهدي من يشاء إلى صراط مستقيم) النور: 46.

“Allah menujuki orang yang dikehendakinya kepada jalan yang lurus”.

Dan ayat ayat lain yang senada dengan ayat ayat diatas.

Oleh karenanya usaha pertama yang wajib dilakukan oleh seorang hambah menuju istoqomah adalah bermunajat kepada Allah dan meminta hidayah dari-Nya agar selalu istoqomah diatas agama yang mulia.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam dimana beliau selalu berdo’a dalam sujudnya dengan doa berikut:

((ما مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك)).

“Ya (Allah) yang memutar balikkan hati, tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu”.

Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha berkata:

(يا رسول الله: أو إن القلوب لتتقلب؟ قال: نعم، ما من خلق الله من بني آدم من بشر إلا أن قلبه بين أصبعين من أصابع الله فإن شاء أقامه وإن شاء أزاغه). رواه أحمد والترمذي.

“Ya Rasulullah, apakah hati berbolak balik? beliau menjawab: Ya, tidaklah seorangpun makhluk dari anak cucu adam dari manusia, kecuali hatinya diantara dua jari dari jari jari Allah, maka jika Allah menghendaki akan Ia tegakkan (luruskan) dan jika Ia menghendaki akan di selewengkan”. (H.R Ahmad dan Tirmizi).

jadi barangsiapa yang ingin istiqomah hendaklah ia berdo’a kepada Allah Ta’ala agar selalu istiqomah diatas jalan yang lurus. Oleh karenanya, Rasulullah memulai sholat malamnya dengan do’a meminta petunjuk kepada jalan yang lurus, sebagaimana yang diriwaytkan oleh A’isyah –radhiyallahu ‘anha- bahwa ia ditanya tentang do’a yang diucapkan oleh Rasulullah apabila ingin mendirikan sholat malam (tahajjud), beliau menjawab:

( كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ « اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَائِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ اهْدِنِى لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِى مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ». رواه مسلم (1847).

“adalah beliau apabila ingin melakukan sholat malam beliau membukanya (dengan doa) “Ya Allah, Rab Jibril, Mikail dan Israfiil, Yang Menciptakan langit dan bumi, Yang Mengetahui yang gaib dan tampak, Engkaulah yang menghukumi antara hambah hambah-Mu tentang apa yang mereka perselisihkan, tunjukkilah aku dengan izin-Mu kepada kebenaran tentang perkara yang diperselisihkan, sesungguhnya Engkaulah yang menunjuki orang yang Engkau kehendaki kepada jalan yang lurus”.

Hal ini menjelaskan betapa besarnya keperluan kita terhadap hidayah dalam gerak gerik dan usaha kita, oleh karenanya Allah Ta’ala mewajibkan atas kita membaca surat al fatihah sebayak 17 kali dalam sholat lima waktu sehari semalam yang didalamnya terkandung do’a untuk meminta petunjuk.

Imam Hasan Al Basri tatkala membacam firman Allah:  (إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا). Ia berdo’a: “Ya Allah, Engkau adalah Rab kami, maka berilah kami keistiqomahan”. (Tafsir At Taberi 21/465).

Kaedah kedua:  Hakekat istiqomah adalah mengikuti manhaj yang benar dan berjalan diatas yang lurus.

Untuk menjelaskan makna dan hakikat istiqomah kita perlu merujuk kepada perkataan salafus sholeh, diantara perkataan mereka dalam hal ini sebagai berikut:

Abu Bakar Shiddiq dalam menafsirkan ayat (إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا) ia berkata: “yaitu orang orang yang tidak melakukan kesyirikan kepada Allah dengan sesuatu apapun”. (Tafsir Ath Thabari).

Diriwayatkan dari Umar Bin Khaththab dalam menafsirkan ayat diatas: (لم يروغوا روغان الثعلب) “mereka yang tidak berbolak balik (bejalan kesana sini untuk menipu) seperti penipuan musang”.

Dari Ibnu Abbas beliau berkata: (ثم استقاموا) artinya : “(istiqomah diatas syahadat “laa Ilaaha illallah (tauhid)”.

Makna yang sama diriwyatkan dari Anas Bin Malik, Mujahid, Aswad Bin Hilal, Zaid Bin Aslam, Assuddi, Ikrimah dan yang lain.

Diriwyatkan dari Ibnu Abbas juga bahwa beliau menafsirkan ayat diatas seraya berkata: “yaitu mereka yang istiqomah dalam melaksanankan kewajibaan (agama)”.

Abul Aliyah berkata: “maksudnya: kemudian mereka mengikhlaskann agama dan amalan kepada Allah”.

Dari Qotadah beliau berkata: “maksudnya: mereka istiqomah dalam keta’atan kepada Allah”.

Imam Ibnu Rojab –setelah menyebutkan nukilan nukilan diatas- menyimpukan makna istiqomah sebagai berikut:

(والاستقامة : هي سلوكُ الصِّراط المستقيم ، وهو الدِّينُ القيِّم من غير تعريج عنه يَمنةً ولا يَسرةً ، ويشمل ذلك فعلَ الطَّاعات كلّها ، الظاهرة والباطنة ، وتركَ المنهيات كُلِّها كذلك ، فصارت هذه الوصيةُ جامعةً لخصال الدِّين كُلِّها). جامع العلوم والحكم.

“Istiqomah ialah: berjalan diatas jalan yang lurus, yaitu agama yang lurus tanpa menyimpang darinya kekanan dan kekiri, dan hal itu mencakup melakukan seluruh keta’atan yang lahir dan batin dan begitu juga meninggalkan seluruh larangan, maka jadilah wasiat ini mencakup seluruh kewajiban agama”.

وقال الإمام ابن القيم : (فالاستقامة كلمة جامعة آخذة بمجامع الدين وهي القيام بين يدي الله على حقيقة الصدق والوفاء بالعهد) مدارج السالكين (2/105).

Maka istiqomah adalah kalimat yang universal yang mencakup seluruh perkara agama, yaitu berdiri dihadapan Allah diatas kejujuran yang sebenaranya dan melaksanakan janji”.

Kaedah ketiga: asal istiqomah adalah keistiqomahan hati.

Imam Ahmad meriwyatkan dari hadits Anas Bin Malik dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam berliau bersabda:

(لا يستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبه). رواه أحمد (13048) وحسنه الألباني في الصحيحة (رقم: 2841).

“Tidaklah akan istiqomah (lurus/ benar) iman seorang hamba sampai istiqomah hatinya”.

Jadi asal keistiqomaan adalah keistiqomaan hati, apabilah hati telah baik dan istiqomah maka badan ikut baik dan istiqomah.

Ibnu Rojab berkata:

(فأصلُ الاستقامةِ استقامةُ القلب على التوحيد ، كما فسر أبو بكر الصِّديق وغيرُه قولَه : { إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا } بأنَّهم لم يلتفتوا إلى غيره ، فمتى استقام القلبُ على معرفةِ الله ، وعلى خشيته ، وإجلاله ، ومهابته ، ومحبته ، وإرادته ، ورجائه ، ودعائه ، والتوكُّلِ عليه ، والإعراض عما سواه ، استقامت الجوارحُ كلُّها على طاعته ، فإنَّ القلبَ هو ملكُ الأعضاء ، وهي جنودهُ ، فإذا استقامَ الملك ، استقامت جنودُه ورعاياه) جامع العلوم والحكم.

“Maka asal keistiqomaan adalah keistiqomaan hati diatas tauhid, sebagaimana yang ditafsirkan oleh Abu Bakr Siddiiq dan yang lain tentan firman Allah (إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا) yaitu mereka yang (hatinya) tidak melirik kepada selain Allah, maka apabila hati telah istiqomah diatas ma’rifatullah (mengenal Allah), takut kepada-Nya, pengagungan-Nya, kecintaan kepada-Nya, keinginan (kepada)-Nya, berharap kepada-Nya, berdo’a kepada-Nya, betawakal kepada-Nya dan berpaling (hati) dari selain-Nya, maka akan istiqomah seluruh anggota tubuh diatas keta’atan kepada-Nya, maka sesungguhnya hati adalah raja bagi seluruh anggota, dan anggota adalah bala tentaranya, maka jika raja telah istiqomah maka bala tentara dan rakyatnya akan istiqomah”.

Didalam hadits  Nu’man Bin Basyiir , Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda:

(أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ ».

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam tubuh (jasad) ada segumpal daging apabila ia baik maka seluruh jasad akan menjadi baik, dan apabilah ia rusak maka akan rusak seluruh jasad, ia adalah hati”.

Dan imam Ibnu Qoyyim berkata:

(ولما كان القلب لهذه الأعضاء كالملك المتصرف في الجنود الذي تصدر كلها عن أمره ويستعملها فيما شاء فكلها تحت عبوديته وقهره وتكتسب منه الاستقامة والزيغ وتتبعه فيما يعقده من العزم أو يحله قال النبي صلى الله عليه وسلم: (ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله) فهو ملكها وهي المنفذة لما يأمرها به القابلة لما يأتيها من هديته ولا يستقيم لها شيء من أعمالها حتى تصدر عن قصده ونيته وهو المسئول عنها كلها). مدارج السالكين (1/5).

“Dan tatkala hati bagi anggota (tubuh) bagaikan seorang raja yang berkuasa pada bala tentaranya yang seluruhnya mengambil dari perintahnya, dan ia memanfaatkannya dalam urusan yang ia kehendaki, maka seluruhnya berada dibawah ubudiyah dan kekuasaannya, mereka mendapatkan keistiqomaan dan penyimpangan darinya, dan mengikutinya dalam urusan yang ia tetapkan dan batalkan, Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam tubuh (jasad) ada segumpal daging apabila ia baik maka seluruh jasad akan menjadi baik” , maka ia (hati) adalah rajanya, dan anggota tubuh adalah pelaksana apa yang diperintahkannya, menerima hadiyah yang datang darinya kepada mereka, dan tidaklah akan istiqomah sedikitpun dari amalanya keculai bila bersumber dari maksud dan keinginannya, dan ia (hati) atas seluruhnya”.

Oleh karenanya Allah Ta’ala berfirman:

( يوم لا ينفع مال ولا بنون إلا من أتى الله بقلب سليم). الشعراء: ٨٨ – ٨٩.

Dan diantara do’a Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam:

((اللهم إني أسألك قلبا سليما)). رواه أحمد (17114) والنسائي (1304) وصححه الألباني (2328).

“Ya Allah, Aku memohon kepada-Mu hati yang selamat (bersih)”.

Kaedah keempat: Yang di tuntut dalam istiqomah adalah (السداد) “sesuai dengan sunnah” jika tidak, mendekatinya.

Kedua perkara ini telah telah digabungkan oleh Rasulullah dalam hadits berikut:

(إن الدين يسر ولم يشاد الدين أحد إلا غلبه، فسددوا وقاربوا وأبشروا).

“sesungguhnya agama adalah mudah, dan tidaklah sesorang mempersulit agama kecuali ia akan dikalakannya, maka berbuatlah sesuai dengan sunnah, dan dekatilah serta bergembiralah”. (H. R Bukhari, 39, 6463).

Dan Nabi shalalallahu’alaihi wasallam berkata kepada Ali Bin Abi Thalib tatkala meminta kepadanya untuk diajarkan do’a yang diucapkan:

(قل : اللهم اهدني وسددني) قال: (واذكر بالهدى هدايتك الطريق، والسداد سداد السهم). رواه مسلم (2725).

“katakanlah: Ya Allah, tunjukilah aku, dan benarkanlah aku”. Beliau berkata: “dan ingat tentang petunjuk penujukmu kepada jalan, dan kecocokan dengan sunnah tepatnya anak pana”.

Oleh karenanya seorang hamba dituntut untuk berusaha dengan sungguh sungguh agar sesuai dengan kebenaran, sesuai dengan sunnah Rasul dan jalan-nya, jika tidak mampu melakukan hal itu, maka hendaklah ia mendekati, Allah Ta’ala berfirman:

(فاستقيموا إليه واستغفروه) فصلت: ٦

“Maka istiqomahlah kepada Allah dan minta ampunlah (kapada-Nya)”.

Perintah untuk beristigfar setelah istiqomah sebagai isyarat bahwa seorang hambah sekalipun ia telah bersungguh sungguh pasti ada kekurangan dalam melakukan istiqomah, makanya ia dituntut untuk istigfar.

Rasulullah telah mengabarkan bahwa manusia tidak akan mampu untuk mengaplikasikan makna istiqomah dengan sebenarnya, sebagaimana dalam hadits:

(استقيموا ولن تحصوا، واعملوا أن خير أعمالكم الصلاة، ولا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن). رواه أحمد وابن ماجة. وفي رواية لأحمد: (سددوا وقاربوا ولا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن).

“istiqomahlah kamu, dan sekali kali kamu tidak akan mampu, dan ketahuilah bahwa sebaik baik amalanmu adalah sholat, dan tidaklah mejaaga wudhu’ kecuali seorang muslim”.

Dalam riwayat Ahmad: “maka tepatilah sunnah, dan dekatilah, dan tidaklah menjaga wudhu’ kecuali seorang mukmin”.

As sadaad adalah hakekat istiqomah, yaitu kecocokan dengan sunnah dalam seluruh perkataan, perbuatan dan niat, seperti seorang pemana yang tepat tujuan, jiga tidak, mendekakati tujuan.

Dalam hadits Al Hakam Bim Huzn Al Kulfi :

(يا أيها الناس ! إنكم لن تعملوا – أو لن تطيقوا- كل ما أمرتُكم، ولكن سددوا وأبشروا). رواه مسلم.

Kaedah kelima: istiqomah berkaitan dengan perkataan, perbuatan dan niat.

Maksudnya : seorang hamba dituntut untuk selalu istiqomah dalam perkataan, perbuatan dan niatnya serta seluruh prihalnya.

Ibnu Qoyyim berkata:

(والاستقامة تتعلق بالأقوال والأفعال والأحوال والنيات). مدارج السالكين.

Dalam hadits Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

(لا يستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبه، ولا يستقيم قلبه حتى يستقيم لسانه).

Ibnu Rojab berkata:

(وأعظم ما يراعي استقامته بعد القلب من الجوارح اللسان، فإنه ترجمان القلب والمعبر عنه) جامع العلوم والحكم.

“dan sesuatu yang paling utama diperhatikan keistiqomaannya setela hati dari anggota tubuh adalah lisan, maka ia adalah penenjemah isi hati dan yang mengungkapkannya”.

Ini menjelaskan pentingnya hati dan lisan dalam bab istiqomah, sebagian ulama berkata: (المرء بأصغريه قلبه ولسانه).

Pertama: hati, dalilnya sabda Rasulullah:

( (أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ »).

Kedua: lisan, dalilnya sabda Rasulullah :

(إذا أصبح ابن آدم فإن الأعضاء كلها تكفر اللسان، فتقول: اتق الله فينا، فإنما نحن بك، فإن استقمت استقمنا، وإن اعوججتَ اعوججنا). رواه الترمذي (2407) وحسنه الألباني في “صحيح الترغيب” (2871).

Oleh karenanya wajib bagi setiap muslim untuk memperbaiki hati dengan membersihkannya dari bermacam penyakit hati, dan memelihara lisannya dan memperbaikinya dengan perkataan perkataan yang baik dan memperbaiki anggota tubuhnya dengan amal sholeh.

Kaedah keenam: tidaklah terlaksana istiqomah kecuali karena Allah, dengan Allah dan diatas perintah Allah.

1- (Karena Allah), maksudnya seorang hambah dalam istiqomahnya dan bejalan diatas jalan yang lurus hanya ikhlas karena Allah. (وما أمروا إلا ليعبدوا الله مخلصين له الدين).

2- (dengan Allah), maksudnya minta pertolongan kepda Allah dalam mengaplikasikan istiqomah, melaksanakan dan teguh diatasnya.

(فاعبده وتوكل عليه) (هود: 123) وقال: (إياك نعبد وإياك نستعين).

Dalam hadits:

(احرص على ما ينفعك واستعن بالله). مسلم (2664).

3- (diatas perintah Allah) maksudnya ia berjalan dalam keistiqomaanya diatan manhaj yang benar dan jalan yang lurus yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala, sbagaimana firman Allah :

(فاستقم كما أمرت ولا تطغوا ) (هود: 112).

قال ابن عباس في قوله تعالى: (ثم استقاموا) أي: (استقاموا في أداء الفرائض).

وقال الحسن البصري: (استقاموا على أمر الله، فعملوا بطاعته، واجتنبوا معصيته).

Kaedah ketujuh: seorang hambah sekalipun telah istiqomah akan tetapi jangan ia bergantung semata mata kepada amalannya.

Sekalipun seseorang telah melakukan amalan yang banyak dan baik serta ia telah istiqomah diatas kebenaran dan keta’atan kepada Allah, maka tidak sepantasnya ia pasrah dan mengandalkan amalan tersebut dan sombong dan merasa telah selamat dengan amalannya, akan tetapi ia selalu mengharapkan rahmat Ilahi yang akan memasukkannya kedalam syurga.

قال ابن القيم: (والمطلوب من العبد الاستقامة وهي السداد فإن لم يقدر عليها فالمقاربة فإن نزل عنها : فالتفريط والإضاعة كما في صحيح مسلم من حديث أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي قال : (سددوا وقاربوا واعلموا أنه لن ينجو أحد منكم بعمله قالوا : ولا أنت يا رسول الله قال : ولا أنا إلا أن يتغمدني الله برحمة منه وفضل)  فجمع في هذا الحديث مقامات الدين كلها فأمر بالاستقامة وهي السداد والإصابة في النيات والأقوال والأعمال وأخبر في حديث ثوبان : أنهم لا يطيقونها فنقلهم إلى المقاربة وهي أن يقربوا من الاستقامة بحسب طاقتهم كالذي يرمي إلى الغرض فإن لم يصبه يقاربه ومع هذا فأخبرهم : أن الاستقامة والمقاربة لا تنجي يوم القيامة فلا يركن أحد إلى عمله ولا يعجب به ولا يرى أن نجاته به بل إنما نجاته برحمة الله وعفوه وفضله). مدارج السالكين .

“dan yang dituntut dari seorang hambah adalah istiqomah, yaitu kecocokan dan sunnah, jika tidak mampu maka mendekatinya, maka jika kurang dari itu maka itu adalah sikap meremekan dan menyia nyiakan, sebagaimana dalam hadits muslim dari hadits Abu Hurairah r.a, dari nabi shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “tepatkanlah (dengan sunnah) dan dekatilah, dan ketahuilah bahwa tidak seorangpun dari kamu akan selamat degan (sekedar) amalannya, mereka bertanya: juga kamu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Ya, juga saya, kecuali bila Allah merahmatiku dengan rahmat-Nya dan kemulian-Nya”.

Maka beliau menggabungkan dalam hadits ini seluruh tingkatan agama, maka ia perintahkan untuk istiqomah yaitu sadaad (sesuai dengan sunnah) dalam niat, perkataan, amalan. Dan dalam hadits Tsuban beliau mengabarkan bahwan: “mereka tidak akan mampu melakukan istiqomah secara utuh, maka beliau pindahkan mereka untuk mendekati, yaitu agar mereka mendekati istiqomah sesuai dengan kemampuan mereka, seperti seorang pemana yang ingin mengenai tujuan, jika tidak bisa mendekatinya, bersamaan dengan ini beliau mengabarkan bahwa istiqomah dan mendekatainya tidaklah akan mampu menyelamatkan pada hari kiamat, maka janganlah seseorang mengandalkan amalanya dan jangan ia sombong dan jangan menyangka bahwa keselamtannya dengan hal itu, akan tetapi keselamatannya adalah dengan rahmat Allah, keampunan dan kemulian-Nya”.

Kaedah kedelapan: buah istiqomah di dunia adalah istiqomah berjalan diatas jalan kesyurga pada hari kiamat.

Barangsiapa yang istiqomah berjalan diatas jalan yang lurus di dunia ini maka ia akan selamat berjalan diatas jalan yang Allah bentangi diatas neraka yang harus mesti dilewati untuk menuju syurga, jalan tersebut lebih tajam dari pedang dan lebih halus dari rambut.

Imam Ibnu Qoyyim berkata:

(فمن هدى في هذه الدار إلى صراط الله المستقيم الذي أرسل به رسله وأنزل به كتبه هدى هناك إلى الصراط المستقيم الموصل إلى جنته ودار ثوابه، وعلى قدر ثبوت قدم العبد على هذا الصراط الذي نصبه الله لعباده في هذه الدار يكون ثبوت قدمه على الصراط المنصوب على متن جهنم، وعلى قدر سيره على هذه الصراط يكون سيره على ذاك الصراط، فمنهم من يمر كالبرق ومنهم من يمر كالطرف ومنهم من يمر كالريح ومنهم من يمر كشد الركاب ومنهم من يسعى سعيا ومنهم من يمشي مشيا ومنهم من يحبوا حبوا ومنهم المخدوش المسلم ومنهم المكردس في النار، فلينظر العبد سيره على ذلك الصراط من سيره على هذا حذو القذة بالقذة جزاء وفاقا (هل تجزون إلا ما كنتم تعملون). ولينظر الشبهات والشهوات التي تعوقه عن سيره على هذا الصراط المستقيم فإنها الكلاليب التي بجنبتي ذاك الصراط تخطفه وتعوقه عن المرور عليه فإن كثرت هنا وقويت فكذلك هي هناك وما ربك بظلام للعبيد). مدراج السالكين (1/10). وانظر أيضا : الجواب الكافي (ص 123).

“Maka barangsiapa yang ditunjuki di dunia ini kepada jalan Allah yang lurus yang diutus dengan para rasul dan diturnkan dengannya kitab kitab-Nya, maka ia akan ditunjuk disana (akhirat) kelak kepada jalan yang lurus yang membawa kepada syurga, dan sesuai dengan keteguhan kaki seorang diatas jalan yang telah di jelaskan oleh Allah kepada hamba-Nya di dunia ini begitu juga kakinya akan tetap kokoh berjalan diatas jalan yang dibentangkan diatas neraka. Dan sesuai dengan perjalanan dia diatas jalan ini didunia begitu juga perjalanannya diatas jalan tersebut diakhirat, diantara mereka ada yang berjalan seperti kilat, diantara mereka melewati seperti kedipan mata, diantara mereka ada yang melewati seperti angin, diantara mereka ada yang tersandung yang selamat, dan diantara mereka ada yang terjerumus kedalam nereka. Maka hendaklah seorang hamba memperhatikan perjalanannya diatas jalan tersebut sebagaimana perjalanannya diatas jalan ini, sama halnya, sebagai balasan yang sempurna, (mereka tidaklah diberi balasan kecuali apa yang mereka lakukan”). Dan hendaklah ia meperhatikan syubuhat dan syahawat yang menghalang perjalanannya diatas jalan yang lurus ini (didunia), maka sesungguhnya ia adalah kalaaliib (kaitan kaitan yang bengkok ujungnya) yang bergantungan di kiri kanan jalan tersebut yang akan mengkait dan menghalangnya dari berjalan diatas jalan tersebut, jika kaitan kaitan tersebut banyak dan kuata di dunia ini maka begitu jua ia di sana (diakhirat), dan Allah tidak menzdolimi hamba-Nya”.

Kaedah kesembilan: penghalang dari istiqomah adalah syubuhat kesesatan atau syahawat nafsu.

Syubuhat dan syahawat adalah penghalang utama untuk istiqomah, makanya hendaklah setiap muslim menjahuan diri dari syahawat dan syubuhat agar mampu istiqomah diatas jalan yang lurus.

Setiap yang menyimpang dari istiqomah, diada lain kecuali karena syahawat dan syubuhat, syahawat adalah kerusakan dalam amalan dan syubuhat adalah kerusakan dalam ilmu.

Allah Ta’ala berfirman:

ﮋ ﭺ  ﭻ  ﭼ  ﭽ  ﭾﭿ  ﮀ  ﮁ  ﮂ   ﮃ  ﮄ  ﮅ  ﮆ ﮊ الأنعام: ١٥٣.

Dalam hadits Abdullah Bin Mas’ud beliau berkata:

 

(خط لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم خطا، ثم قال : هذا سبيل الله، ثم خط خطوطا عن يمنه وعن شماله، ثم قال: هذه سبل، على كل سبيل منها شيطان يدعو إليه، ثم قرا: (وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله). رواه أحمد (4142).

 

Dan syetan mengajak manusia kepada kesesatan dan mengeluarkan mereka dari kebenaran dengan dua cara: Syubuhat atau Syahawat. Apabila ia melihat sesorang Thafriith (tidak perhatian dan meremehkan) maka ia hiasi baginya syahawat, dan jika ia meliahat seseorang rajin dan bersungguh sungguh maka ia jerumuskan kedalam syubuhat.

Sebagian salaf berkata:                                                                        ,

(ما أمر الله تعالى بأمر إلا وللشيطان فيه نزغتان: إما إلى تفريط وتقصير، وإما مجاوزة وغلوا، ولا يبالي بأيهما ظفر).

“tidaklah Allah perintahkan suatu perkara kecuali syetan memliki dua cara (untuk menyesatkan) dalam hal itu: baik dengan cara tafriith (tidak berhatian) dan meremekan, atau dengan melampaui batas dan berlebihan, dan ia tidak perduli dengan cara manakah ia berhasil”.

 

Imam Ibnu Qoyyim berkata: “Sungguh mayoritas manusia –kecuali sangat minoritas-telah terjerumus kedalam dua lembah ini: lembah meremekan (taqshiir) dan lembah melampaui batas dan berlebihan, dan minoritas dari mereka yang teguh berjalan diatas jalan yang diikuti oleh Rasulullah shalallahu’alahi wasallam dan para shahabatnya”.  (Igatsatul lahfaan: 1/136).

Oleh karena perlu kita memperhatikan persmislan berikut yang dijelasan oleh Rasulullah tentang prihal manusia dalam mengikuti jalan yang lurus dan menyimpang darinya:

Dari Nawwas Bin Sam’an –radhiyallahu ‘anhu- berkata:

 

(ضرب الله مثلا صراط مستقيما، وعلى جنبتي الصراط سوران، فيهما أبواب مفتحة، وعلى الأبواب ستور مرخاة، وعلى باب الصراط داع يقول: أيها الناس ! ادخلوا الصراط جميعا، ولا تتعرجوا، وداع يدعو من فوق الصراط، فإذا أراد يفتح شيئا من تلك الأبواب، قال: ويحك لا تفتحه، فإنك إن تفتحه تلجه، والصراط : الإسلام، والسوران: حدود الله، والأبواب المفتحة: محارم الله، وذلك الداعي على رأس الصراط: كتاب الله، والداعي من فوق الصراط : واعظ الله في قلب كل مسلم). رواه أحمد (17634) والترمذي (2859) والحاكم (1/144) وصححه ووافقه الذهبي، والألباني في صحيح الجامع (3887).

Allah membuat permisalan jalan yang lurus, dan dikiri kanan tersebut ada dua pagar, dan dua pagar tersebut memilki pintu pintu yang terbuka, dan pada pintu pintu tersebut ada gorden yang tergantung, dan diatas pintu jalan adalah seorang penyeru seraya berkata: wahai manusia, masuklah semuanya kedalam jalan dan jangan menyimpang, dan ada juga seorang penyeru dari atas jalan, apabila ada yang ingin membuka salah satu dari pintu tersebut, ia berkata: celaka kamu, jangan dibuka, jika kamu membukanya niscaya kamu akan masuk kedalamnya.

Jalan (tersebut) adalah islam. Dua buah pagar adalah: batasan batasan (hukum hukum) Allah, pintu pintu yang terbuka adalah: larangan larangan Allah, da’i yang berada dipangkal jalan adalah: kitabullah (Al Qur’an) dan da’i yang berada di atas jalan adalah penasehat Allah yang ada di hati setiap muslim”.

Hadits ini menjelaskan bahwa dipinggir kiri kanan jalan keistiqomaan ada pintu pintu yang akan mengeluarkan sesorang dari jalan istiqomah, dan pintu pintu tersebut secara global kembali kepada dua: Syubuhat dan Syahawat, dan menyimpangnya seorang hamba dari istiqomah baik dengan syubuhat atau syahawat.

Imam Ibnu Qoyyim berkata:

(وقد نصب الله سبحانه الجسر الذي يمر الناس من فوقه إلى الجنة ونصب بجانبيه كلاليب تخطف الناس بأعمالهم فهكذا كلاليب الباطل من تشبيهات الضلال وشهوات الغي تمنع صاحبها من الاستقامة على طريق الحق وسلوكه والمعصوم من عصمه الله). الصواعق المرسلة (4/1256).

“dan Allah sungguh telah menegakkan jembatan (jalan) yang akan dilewati oleh manusia menuju syurga, dan telah menegakkan juga di kiri kanannya kaitan kaitan yang mengkait manusian sesuai dengan amalan mereka, dan begini juga kaitan kaitan (rintangan rintangan) kebatilan dari syubuhat kesesatan dan syahawat kebatilan menghalang pemilik nya dari keristiqomaan berjalan diatas jalan kebenaran dan menelusurinya, yang selamat hanya orang yang dipelihara oleh Allah”.

Oleh karena itu seorang hambah dalam bejalan memerlukan dua macam dari petunjuk yaitu: petunjuk kepada jalan yang lurus, dan petunjuk di atas jalan yang lurus.

 

قال ابن القيم: (فالهداية إلى الطريق شيء والهداية في نفس الطريق شيء آخر ألا ترى أن الرجل يعرف أن طريق البلد الفلاني هو طريق كذا وكذا ولكن لا يحسن أن يسلكه فإن سلوكه يحتاج إلى هداية خاصة في نفس السلوك كالسير في وقت كذا دون وقت كذا وأخذ الماء في مفازة كذا مقدار كذا والنزول في موضع كذا دون كذا فهذه هداية في نفس السير قد يهملها من هو عارف بأن الطريق هي هذه فيهلك وينقطع عن المقصود). رسالة ابن القيم إلى أحد إخوانه (ص9).

 

Petunjuk kepada jalan lain dan petunjuk diatas jalan itu sendiri lain pula, tidakkah anda merehatikan seseorang yang tahu jalan suatau tempat, yaitu jalanya begini begini, akan tetapi ia tidak tahu bagaimana mengikutinya, maka mengikutinya memerlukan petunjuk jalan yang khusus dalam berjalan, seperti berjalan diwaktu waktu tertentu, mengambil air di jarak tertentu dan mampir di tempat tertentu, dan inilah petunjuk dalam berjalan, terkadang diabaikan/tidak tiperhatikan oleh orang yang tahu jalan, sehingga dengan demikan ia celaka/binasa dan tidak sampai kepada tujuan”.

Kaedah kesepuluh: Tasyabbuh (menyerupai) orang kafir adalah penyimpangan yang sangat besar dari istiqomah.

Tasyabbuh dengan mereka kembali kepada dua jenis kerusakan: 1- Kerusakkan ilmu.  2- kerusakan amalan.

Renungi firman Allah Ta’ala berikut:

(اهدنا الصراط المستقيم صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين ). الفاتحة )6-7.

Kerusakkan/kebatilan orang orang Yahudi dari sisi amalan, dan kerusakan orang orang Nasrani dari sisi ilmu, kaum Yahudi berilmu tetapi tidak mengamalkannya, dan kaum Nasrani bermal tanpa ilmu.

Nah penyimpangan/kerusakkan dalam bab istiqomah, boleh jadi dari menyerupai orang orang Yahudi, dimana seorang berlilmu tetapi tidak mengamalkan ilmunya, atau dari sisi menyerupai Nasrani, dimana seorang bermal tanpa ilmu.

Oleh karena itu sebagian ulama salaf mengatakan: “Barangsiapa yang rusak dari ulama umat ini maka pada dirinya ada kesamaan dengan sipat orang Yahudi, dan barangsiapa yang rusak dari ahli ibadah dari umat ini maka pada dirinya ada kesamaan dengan kaum Nasrani”.

Syekhul islam menamakan kitab beliau dengan: (اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم) “Tuntutan jalan yang lurus untuk menyelisihi jalan para penghuni neraka” (Yahudi dan Nasrani dan yang semisal mereka)”.

Dalam kitab ini beliau menyebutkan sebagian prilaku ahlul kitab yang dilakukan oleh sebagain umat ini, agar dijauhi supaya ia selamat dari penyimpangan dalam mengikuti jalan yang lurus dan istiqomah diatas kebanaran.

Beliau menukil firman Allah Ta’ala:

(ود كثير من أهل الكتاب لو يردونكم من بعد إيمانكم كفارا حسدا من عند أنفسهم من بعد ما تبين لهم الحق). البقرة: 109.

“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran”.

Syaikhul islam berkata: “Allah telah mencela orang orang Yahudi yang hasad kepada orang orang yang beriman yang bejalan diatas petunjuk dan ilmu, dan sebagian orang orang yang menisbatkan diri kepada ilmu dan yang lain telah dihinggapi/ditimpah dengan sejenis penyakit hasad terhadap orang orang yang Allah tunjuki dengan ilmu yang bermanfaat dan amal sholeh, dan ia adalah akhlak yang tercela secara mutlak, dan ia dalam perkara ini adalah diantara akhlak orang orang yang dimurkai oleh Allah (Yahudi)”. (iqtida’ ash shiratil mustaqiin” (1/83).

Kemudian beliau menyebutkan perkara perkara yang lain yang merupakan perbuatan yahudi dan nasrani , dan sebagian kaum muslimin telah tasyabbuh dengan mereka dalam hal teresebut.

Rasulullah shalallahu’alahi wasallam bersabda:

(لتتبعن سنن من كان قبلكم شبرا بشبر، وذراعا بذراع حتى لو دخلوا جحر ضب تبعتموهم). رواه البخاري (7320) ومسلم (2669).

“Niscaya kamu akan mengikuti tradisi tradisi orang sebelum-mu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai sekiranya mereka masuk kedalam lubang Dhob (sejenis biawak) tentu kamu akan mengikuti mereka”.

Penutup:

Syaikhul islam berkata:

( أعظم الكرامة لزوم الاستقامة ). انظر: مدارج السالكين (2/105).

“Karomah yang paling mulia adalah selalu dalam keistiqomaan”

وقال شيخ الإسلام : (إنما غاية الكرامة لزوم الاستقامة ) . الفرقان (ص 349).

“Puncak karomah adalah selalu dalam keistiqomahan”.

قال بعض أهل العلم: (كن في طلب الاستقامة لا طالب الكرامة، فإن نفسك متحركة في طلب الكرامة، وربك يطالبك بالاستقامة). انظر: مدارج السالكين (2/105).

“jadilah anda orang yang selalu mencari istiqomah dan jangan mencari karomah, karena jiwamu selalu berusaha mencari karamah, sedang rabmu menuntutmu dengan istoqomah”.

Terakhir, semogah Allah Ta’ala membimbing kita semua untuk istiqomah diatas agama-Nya dan sunnah rasul-Nya serta menunjuki kita kepada jalan yang rulus dan menyelamatkan kita dari mengikuti jalan orang orang yang dimurkai dan orang orang yang sesat.

اللهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشنا، وأصلح لنا آخرتنا التي إلينا معادنا اللهم اجعل الحياة زيادة في كل خير والموت راحة من كل شر.

وأخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.

وصلى الله وسلم وبارك وأنهم على عبده ورسوله نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: