CERMIN DAN TELADAN SALAF ( Bag 1)
TENTANG IKHLAS, MENJAUHI RIYA’ DAN POPULARITAS
( Dimanakah kita ? dibanding akhlaq mereka para Salaf )
Ada banyak kisah teladan yang bisa kita jadikan panutan dari sebaik-baik generasi yang telah Allah ciptakan. Sejarah hidup yang telah mereka wariskan patut untuk kita jadikan sebuah pelajaran berharga. Petuah mereka layak kita untuk kita jadikan hiasan dalam kehidupan.
Nasihat mereka lebih layak untuk kita praktikan. Merekalah orang yang paling tahu bagaimana memahami dan mengamalkan Islam.
Dan ketahuilah wahai saudaraku, amal kita tidak apa-apanya dibanding amal mereka. Itupun mereka masih khawatir akan keselamatan dirinya dari siksa panas api neraka. Lalu bagaimana dengan kita yang dengan amal baik tidak bersegera dan amal sia-sia malah sebaliknya. Dengan ancaman Neraka hati tak bergeming. Dengan rayuan dan bualan gombal malah membuat hati berbunga bagaikan matahari pagi yang sedang menyingsing.
Simaklah kisah-kisah yang penuh Hikmah berikut semoga bisa menjadikan Ibroh bagi saya dan kita semua :
Hati-hati jangan sampai kamu cinta ketenaran !
Abdullah Ibnul Mubarak ( al – Marwazi Maula Bani Hanzhalah , Tsiqah, Tsabit, Faqih, Alim, Jawwad, Mujahid, Syaikh Penduduk Khurasan , lahir 118H dan wafat 181H pada bulan Ramadhan )
Berkata Sufyan Ats –Tsauri telah berkata kepadaku : “ hati-hati jangan sampai kamu cinta ketenaran.” Maka tidak ada satu ulama pun yang saya datangi melainkan semua berpesan : “ jangan suka ketenaran “ ( As Siyar , VII/260 )
Ibnul Mubarak dan Pasukan Romawi
Abdullah Ibn Sinan bercerita : “ Saya bersama Ibnul Mubarak dan Mu’tamir Ibn Sulaiman di Tharsus. Tiba-tiba berteriaklah manusia : “ Peraaaang!”
Maka berhamburlah Ibnul Mubarak dan orang-orang. Ketika kedua pasukan telah berhadap-hadapan , keluarlah seorang tentara Romawi meminta perang tanding, maka keluarlah seorang dari pasukan Islam untuk menghadapinya, akan tetapi tidak lama kemudian pemuda Romawi tersebut dapat membunuhnya. Hal seperti ini berlangsung terus hingga pemuda yang gagah tersebut membunuh 6 orang Islam dalam perang satu lawan satu. Maka tidak ayal lagi ia menampakkan kesombongannya. Sambil berjalan dengan pongahnya ia menantang terus orang Islam untuk maju menghadapinya.
Suasana hening mencekam, tak satupun orang Islam yang berani maju . maka pada saat itu Ibnul Mubarak menoleh kepadaku seraya berkata : “ Hai Fulan! Kalau aku terbunuh maka lakukan begini dan begini.” Kemudian ia menggerakkan kudanya dan maju menghadapi pemuda Romawi yang tangguh perkasa itu.
Setelah duel sesaat akhirnya ia dapat mengalahkan pemuda hebat tersebut , lalu ia pun menantang orang-orang Romawi untuk perang tanding. Akhirnya keluarlah pemuda kekar yang lain, namun ia tetap dapat mengalahkannya hingga genap membunuh 6 pemuda Romawi yang perkasa. Lalu ia menantangbangsa Romawi.
Setelah cukup tidak ada satu orangpun yang berani maju. Sepertinya mereka tidak lagi punya nyali untuk menghadapinya, maka ia pun segera meninggalkan arena perang tanding, menembus barisan dua pasukan lalu menghilang. Kami tidak menyadarinya sama sekali , tiba-tiba ia sudah ada ditempatnya semula. Dia lalu berkata : “ Awas jangan kamu ceritakan kepada siapapun selama saya masih hidup. “ ( As-Siyar , VIII /383, Adz Dzahabi berkata : “ Sanadnya Shahih ).
Abdullah bin Al-Mubarak dan Seorang Yang Ditahan Karena Dililit Hutang
Dari Muhammad bin Isa diriwayatkan bahwa ia berkata:
Abdullah bin Al-Mubarak biasa pulang pergi ke Tharasus. Beliau biasa singgah beristirahat di sebuah penginapan. Ada seorang pemuda yang mondar-mandir mengurus kebutuhan beliau sambil belajar hadits.
Diriwayatkan bahwa suatu hari beliau mampir ke penginapan itu namun tidak mendapati pemuda tersebut. Kala itu, beliau tergesa-gesa dan keluar berperang bersama pasukan kaum muslimin. Sepulangnya beliau dari peperangan itu, beliau kembali ke penginapan tersebut dan menanyakan perihal pemuda tersebut. Orang-orang memberitahukan bahwa pemuda itu ditahan akibat terlilit hutang yang belum dibayarnya.
Maka Abdullah bin Al-Mubarak bertanya: Berapa jumlah hutangnya?
Mereka menjawab: Sepuluh ribu dirham.
Beliau segera menyelidiki sampai beliau dapatkan pemilik hutang hutang tersebut.
Beliau memanggil orang tersebut pada malam harinya dan langsung menghitung dan membayar hutang pemuda tadi.
Namun beliau meminta lelaki itu untuk tidak memberitahukan kejadian itu kepada siapapun selama beliau masih hidup.
Beliau berkata: Apabila pagi tiba, segera keluarkan pemuda tersebut dari tahanan.
Abdullah segera berangkat pergi, dan pemuda itu segera dibebaskan.
Orang-orang mengatakan kepadanya: Kemarin Abdullah bin Al-Mubarak ke sini dan menanyakan tentang dirimu, namun sekarang dia sudah pergi.
Si pemuda segera menyusuri jejak Abdullah dan berhasil menjumpai beliau kira-kira dua atau tiga marhalah (satu marhalah kira-kira dua belas mil -pent) dari penginapan.
Beliau (Abdullah) bertanya; Kemana saja engkau? Saya tidak melihat engkau di penginapan?
Pemuda itu menjawab: Betul wahai Abu Abdirrahman, saya ditahan karena hutang.
Beliau bertanya lagi: Lalu bagaimana engkau dibebaskan?
Ada seseorang yang datang membayarkan hutangku. Sampai aku dibebaskan, aku tidak mengetahui siapa lelaki itu.
Maka beliau berkata: Wahai pemuda, bersyukurlah kepada Allah yang telah memberi taufik kepadamu sehingga lepas dari hutang. Lelaki pemilik hutang itu tidak pernah memberitahukan kepada siapapun sehingga Abdullah bin Al-Mubarak wafat. [Shifatush Shafwah IV:141,142]
Ibnul Mubarak dan Sholat malam
Berkata Muhammad bin A’yun, “Aku bersama Abdullah bin Mubarok dalam peperangan di negeri Rum. Tatkala kami selesai sholat isya’ Ibnul Mubarok pun merebahkan kepalanya untuk menampakkan padaku bahwa dia sudah tertidur. Maka akupun –bersama tombakku yang ada ditanganku- menggenggam tombakku dan meletakkan kepalaku diatas tombak tersebut, seakan-akan aku juga sudah tertidur.
Maka Ibnul Mubarok menyangka bahwa aku sudah tertidur, maka diapun bangun diam-diam agar tidak ada sorangpun dari pasukan yang mendengarnya lalu sholat malam hingga terbit fajar.
Dan tatkala telah terbit fajar maka diapun datang untuk membagunkan aku karena dia menyangka aku tidur, seraya berkata “Ya Muhammad bangunlah!”,
Akupun berkata: “Sesungguhnya aku tidak tidur”. Tatkala Ibnul Mubarok mendengar hal ini dan mengetahui bahwa aku telah melihat sholat malamnya maka semenjak itu aku tidak pernah melihatnya lagi berbicara denganku.
Dan tidak pernah juga ramah padaku pada setiap peperangannya. Seakan-akan dia tidak suka tatkala mengetahui bahwa aku mengetahui sholat malamnya itu, dan hal itu selalu nampak di wajahnya hingga beliau wafat. Aku tidak pernah melihat orang yang lebih menymbunyikan kebaikan-kebaikannya daripada Ibnul Mubarok” (Al-Jarh wa At-Ta’dil, Ibnu Abi Hatim 1/266).
Ibnul Mubarak dan Kitab Manasik
Dari Al-Hasan, salah seorang murid Ibnul Mubarak, katanya: “Pada suatu hari aku bepergian bersama Ibnul Mubarak. Lalu kami mendatangi tempat air minum di mana manusia berkerumun untuk mengambil airnya. Ibnul Mubarak mendekat untuk minum. Tidak ada seorangpun yang mengenalnya sehingga mereka mendesak dan menyingkirkannya. Ketika telah keluar, berkatalah ia kepadaku, ‘Inilah kehidupan, yaitu kita tidak dikenal dan tidak dihormati. ’
Ketika di Kufah, kitab manasik dibacakan kepadanya, hingga sampai pada hadits dan terdapat ucapan Abdullah bin Al-Mubarak (Ibnul Mubarak, red) dan kami mengambilnya. Ia berkata, ‘Siapa yang menulis ucapanku ini?’ Aku katakan, ‘Penulis.’ Maka ia mengerik tulisan itu dengan jari tangannya hingga terhapus, kemudian berkata, ’Siapakah aku hingga ditulis ucapannya?’.” (Shifatush Shafwah, 5/135)
Sumber : – Dikumpulkan dari berbagai sumber
– Dinukil dari: Panduan Akhlak Salaf, Abdul Aziz bin Nashir Al-Jalil Bahauddien `Aqiel. Penerjemah: Abu Umar Basyir Al-Medani. Penerbit: At-Tibyan – Solo, Cet. pertama, September 2000.Di bawah judul; Ulama As Salaf Dalam Kejujuran dan Keikhlasan
Filed under: Kisah Teladan, Tazkiyatun Nufus |
Leave a Reply