Sudah menjadi ketetapan syariat bahwa sejak semula manusia merupakan umat yang satu, berada pada tauhid yang murni. Tetapi kemudian datanglah kemusyrikan. Landasannya adalah firman Allah Ta’ala:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ
“Manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.” (Al-Baqarah: 213)
Ibnu Abbas ra berkata, “Jarak antara Nuh dan Adam adalah sepuluh abad. Mereka semua berada pada satu syariat yang benar. Kemudian mereka saling berselisih, lalu Allah menurunkan para nabi untuk menyampaikan kabar gembira dan peringatan.”[45]
Ibnu Urwah Al-Hanbaly berkata di dalam Al-Kawakib, “Ini merupakan sanggahan pendapat para ahli sejarah dari kalangan Ahli Kitab yang menyatakan bahwa Qabil dan keturunannya adalah para penyembah api.
” Dapat kami katakan: Ucapannya itu juga merupakan sanggahan bagi sebagian filosof dan orang-orang ateis yang beranggapan bahwa sesungguhnya pada diri manusia sudah tertanam kemusyrikan. Sedang tauhid datang sesudah itu. Jelas itu merupakan pendapat yang batil. kebatilannya dapat dibuktikan dengan ayat di atas dan dua hadits shahih berikut ini: Pertama, sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Rab-nya:
Filed under: Aqidah | Leave a comment »