Wahai Saudaraku Hendak Kemana Kau Pergi?

Wahai Saudaraku Hendak Kemana Kau Pergi?

oleh : Ahmad Al-Imran

Pengantar

Segala puji hanya milik Allah subhanahu wata’aala. Kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, bertaubat dan berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang diberi oleh Allah petunjuk maka tiada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan maka tiada yang dapat menunjukinya. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, semoga shalawat dan salam tetap tercurah atas beliau, seluruh keluarga, sahabat dan para pengikutnya.

Banyak orang yang salah mengukur kebahagiaan sehingga salah jalan mengarungi kehidupan bahkan di antara mereka ada yang menganggap kesesatan dan kehancuran sebagai sumber kebahagiaan sehingga menghalalkan segala cara dan sarana untuk meraih tujuan. Padahal tujuan utama hidup manusia adalah untuk mewujudkan pengabdian, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’aala:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyaat: 56).

Berarti kita makan untuk hidup bukan hidup hanya untuk makan sehingga tidak berbeda dengan hewan, pertama bentuk dan gaya hidup orang mukmin dan kedua bentuk dan karakter gaya hidup orang kafir, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’aala: Continue reading

Perjalanan Nur Muhammad

Perjalanan Nur Muhammad

Al Kisah :

Ibnu Ishaq berkata :

Setelah Abdulloh (bapak Rosululloh) selamat dari penyembelihan dengan dibayar dengan 100 ekor unta, maka Abdul Mutholib mengajaknya pergi. Saat berada dekat ka’bah lewatlah seorang wanita dari Bani Asad bin Abdul Uzza, namanya Ummu Qottal binti Naufal bin Asad, dia adalah saudari Waroqoh bin Naufal. Saat wanita tersebut melihat wajah Abdulloh, maka dia berkata : Engkau mau pergi kemana wahai Abdulloh ? Abdulloh menjawab : Saya mau pergi bersama bapakku.” Wanita itu pun berkata : Saya akan memberimu unta sebanyak yang disembelih sebagai gantimu, tapi setubuhilah saya sekarang.” Abdulloh berkata : Saya sedang bersama bapakku dan saya tidak bisa untuk menyelisihi serta berpisah dengannya.”

Selanjutnya Abdul Mutholib membawa Abdulloh menemui Wahb bin Abdu Manaf bin Zahroh (dia adalah bapaknya Aminah, ibunda Rosululloh) lalu dia menikahkan putrinya Aminah dengan Abdulloh, dan saat itu Aminah adalah wanita Quraisy yang paling agung nasab dan kedudukannya.

Lalu Abdulloh pun mengumpulinya dan Aminah pun hamil Rosululloh, kemudian Abdulloh keluar menemui wanita yang menawarkan dirinya kemarin, dan saat itu wanita tersebut masih berada di tempat semula. Abdulloh berkata : Kenapa engkau tidak menawarkan dirimu sebagaimana yang engkau lakukan kemarin ? Wanita itu menjawab : Cahaya yang ada padamu kemarin telah hilang darimu, maka saya tidak butuh padamu lagi.” Hal ini dilakukan oleh wanita tersebut karena dia mendengar dari saudaranya Waroqoh bin Naufal yang saat itu sudah memeluk agama nashroni, dia berkata bahwa akan muncul dari ummat ini seorang nabi dari keturunan Isma’il.” Continue reading

Salah Kaprah Memaknai Islam Sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin

Salah Kaprah Memaknai Islam Sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin

Buletin At Tauhid edisi V/47

Oleh: Yulian Purnama

Benar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin. Namun banyak orang menyimpangkan pernyataan ini kepada pemahaman-pemahaman yang salah kaprah. Sehingga menimbulkan banyak kesalahan dalam praktek beragama bahkan dalam hal yang sangat fundamental, yaitu dalam masalah aqidah.

Pernyataan bahwa Islam adalah agamanya yang rahmatan lil ‘alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari firman Allah Ta’ala: “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan rahmatan lil ‘alamin (sebagai rahmat bagi seluruh manusia)” (QS. Al Anbiya: 107)

Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.

Secara bahasa arab, rahmat artinya ar-rifqu wa ath-tha’athuf; kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia. Continue reading

Islam Aneh saat datang dan akan menjadi aneh kembali

Islam Aneh saat datang dan akan menjadi  aneh kembali

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

. أَمَّابَعْدُ؛

Sejarah menjadi saksi bisu bahwa Islam datang dalam keadaan aneh dan terasing. Bagaimana tidak? Saat Masyarakat jahiliyah menyembah tuhan yang banyak, Islam menyeru kepada Allah Subhanahu wa ta’ala , Sesembahan yang Esa. Saat mereka dalam kubang durjana, Islam mengajak kepada kebaikan. Saat peperangan dan kedzaliman merajalela , Islam mengajak kepada perdamaian dan keadilan. Continue reading

%d bloggers like this: