Kayfiatu Da’watu ila at-Tauhid ( Bagaimana Berdakwah kepada Tauhid )

Kayfiatu Da’watu ila at-Tauhid 

Oleh :  Syaikh Shalih Ibnu Abdil Aziz Al-Syaikh 

Sesungguhnya  segala  puji  bagi  Allah,  kami  memuji-Nya,  meminta pertolongan  dan  memohon  ampun  kepada-Nya.  Dan  kami  berlindung  kepada-Nya  dari  kejahatan  diri-diri  kami  dan  kejahatan  perbuatan  kami.  Barangsiapa yang  ditunjuki  oleh  Allah,  tidak  ada  yang  dapat  menyesatkannya,  dan barangsiapa  disesatkan-Nya, tidak  ada  yang  dapat  menunjukinya. Saya  bersaksi bahwa  tidak  ada  yang  patut  diibadahi  kecuali  Allah,  tidak  ada  sekutu  bagi-Nya. 

Dan  saya  bersaksi  bahwa  Muhammad  adalah  Hamba  dan  Rasul-Nya.  Semoga shalawat  dan  salam  tercurah  kepadanya  dan  para  sahabatnya  dan  orang-orang yang mengikuti mereka. 

Amma ba’du: 

Inilah  kajian  tentang  Tauhid  (peribadatan  hanya  kepada  Allah),  lebih khusus  lagi,  mengenai  Tauhid  al-Ibadah  (peribadatan),  dan  apa-apa  yang menyelisihi  landasannya,  atau  sesuatu  yang  membuatnya  tidak  sempurna.  Dan untuk  menjelaskan  perbedaan  bentuk  peribadatan  yang  wajib  untuk dilaksanakan  karena Allah  semata,  dan  yang akan  membuahkan  hasil perbaikan terhadap  kehidupan  seseorang  yang  pada  akhirnya  menuju  kepada penyempurnaan hati dan perbuatan. 

Demikian  juga,  untuk  menjelaskan  Syirik  (menyekutukan  Allah  dalam peribadatan)  secara  detail,  yang  akan  membuahkan  pengenalan  terhadap  apa- apa  yang  dicintai  dan  disenangi  Allah  dari  Tauhid,  dan  apa-apa  yang  dimurkai dan dibenci-Nya dari Syirik, dan apa yang menyebabkan kerusakan di muka bumi setelah perbaikannya, sebagaimana Allah berfirman : 

“Dan  janganlah  kamu  membuat  kerusakan  di  muka  bumi,  sesudah  (Allah)

memperbaikinya.” (QS Al-A’raaf [7] : 56

Penyebab kerusakan terbesar di muka bumi adalah Syirik al-Akbar (yang mengeluarkan seseorang dari Islam) terhadap Allah. Allah menyebutkan di dalam Al-Qur’an: 

“(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar,” (QS Al-Hajj [22] : 41) 

Dalam mengomentari ayat ini, Abu Aaliyah, salah seorang Imam dari

kalangan Tabi’in, mengatakan: “Segala kebaikan dalam Al-Qur’an adalah dari Tauhid dan setiap keburukan yang disebutkan adalah dari Syirik”. 

Allah memerintahkan dakwah setiap Nabi dan Rasul kepada Tauhid, untukmenyatakan hak-hak Allah dari Tauhid-Nya, ibadah dan kebesaran-Nya, dan untuk menerangkan hal-hal untuk membebaskan seseorang dari dan menolak Syirik. Mengenai dakwah para nabi dan rasul, Allah berfirman: 

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.” (QS An-Nahl [16] : 36) 

Kewajiban terbesar dari seorang hamba adalah bahwa hamba tersebut harus (mengetahui dengan) jelas mengenai hak-hak Allah dalam Tauhid-Nya, dan harus menyeru kepadanya, dan demikian pula untuk memperingatkan terhadap Syirik dan membebaskan diri dari orang-orangnya (yang terlibat syirik – pent.). Inilah kewajiban terbesar dan yang termasuk dalam firman Allah: 

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Imran [3] : 104)

 Allah menggambarkan mereka yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai orang-orang yang beruntung. Tidaklah mungkin melakukan hal ini kecuali dengan mempelajari dan mengajarkan Tauhid, dan menyebarkan ilmu itu (Tauhid –pent), dan dengan mengetahui aspek-aspek yang berbeda dari Tauhid dan yang diwajibkan kepada Allah,sampai hati seorang hamba teguh atas Tauhid dan menyeru manusia kepadanya. 

Demikian halnya dengan Syirik, tidak dapat diketahui dan diperingatkan darinya, kecuali dengan memiliki pengetahuan mengenainya. Syirik memiliki beragam bentuk, sebagai contoh Syirik al-Akbat (syirik besar) memiliki berbagai bentuk, demikian pula Syirik al-Asghar (Syirik kecil yang tidak mengeluarkan seseorang dari Islam), di negara-negara yang berbeda, mengetahui berbagai jenis Syirik membutuhkan ilmu. 

Ilmu ini (tentang syirik –pent) tidak dapat diperoleh oleh seorang penuntut ilmu sampai dia mengetahui Tauhid dan memperingatkan terhadap Syirik adalah landasan dakwah para Nabi dan Rasul, dan hal tersebut adalah merupakan warisan kenabian. 

Segala sesuatu mengikuti Tauhid karena Tauhid lah landasannya.Penegakkan Tauhid membawa kebaikan bagi setiap individu dan masyarakat yang lebih besar. Sebagai akibat dari Syirik dan jauhnya dari Tauhid, adalah berbagai cobaan dan hukuman. Ibrahim , mengkhawatirkan Syirik terhadap dirinya, ketika dia berdoa di dalam Al-Qur’an: 

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS Ibrahim [14] : 35)`

Ibrahim adalah Khalil Allah diantara para Rasul, dan beliau menempati kedudukan yang mulia di mata Allah, namun dia mengkhawatirkan Syirik bagi dirinya. Dalam mengomentari ayat ini, Ibrahim Taymi dari kalangan pembesar tabi’in berkata: 

“Dan yang selamat dari cobaan ini (syirik) setelah Ibrahim”Karena alasan inilah, seseorang harus memiliki ketakutan yang besar akan terjatuh ke dalam Syirik, dan demikian pula memiliki ketakutan yang besar dari menjauhnya terhadap Tauhid. Hal ini akan mendorong seorang hamba untuk bersungguh-sungguh mempelajari Tauhid dan berbagai jenis Syirik, dan bersikap tegas terhadap orang-orang (yang melakukan) Syirik dengan lisan dan dengan dalil, sebagaimana Allah berfirman: 

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur’an dengan jihad yang besar.” (QS Al-Furqan [25] : 52)

Di masa kini kita menemukan bahwa banyak orang yang mengajak kepada Tauhid, dan memperingatkan terhadap Syirik, hanya melakukannya secara singkat dan tidak terperinci. Hal ini secara umum dapat diterima dalam masyarakat luas, karena tidak ada perbedaan di dalamnya atau hujjah atasnya, karena hanya disebutkan secara ringkas. 

Pemahaman orang-orang terhadap Tauhid dan Syirik berbeda-beda diantara mereka. Sebagai contoh ketika anda memperingatkan dari (perbuatan) Syirik secara singkat di beberapa bagian dunia, sebagian orang akan memahaminya sebagaimana Syirik yang terdapat pada keyakinan umat Kristen, seperti menjadikan Yesus sebagai anak Allah.

Seperti seseorang yang mengatakan, ‘jangan menyebut Muhammad sebagai anak Allah, ini adalah Syirik, namun engkau boleh mengatakan yang selain itu sebagaimana yang engkau inginkan, dan mengangkat dia kepada derajat sampai engkau dapat memohon pertolongan kepadanya, dan memberikan kepadanya sebagian hak peribadatan yang hanya dimiliki oleh Allah, seperti meminta pertolongan, dan bahwa dia memiliki beberapa kekuasaan atas dalam urusan-urusan dunia. 

Jenis dakwah kepada Tauhid semacam ini dapat ditemukan di banyak negeri. Misalnya jika engkau memperingatkan kelompok penyembah kuburan terhadap Syirik secara singkat dengan mengatakan: 

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar”. (QS Luqman [31] : 13) 

Mereka mungkin memahaminya sebagai sesuatu selain perbuatan mereka menyembah kuburan. Namun ketika engkau menerangkannya secara terperinci, maka inilah yang membedakan para dai (penyeru) Ahlus Sunnah dari yang lainnya. Orang-orang (yang mengikuti) Sunnah menjelaskan Tauhid secara terperinci. Pada hari ini anda menyaksikan banyak kelompok menetapkan dakwah kepada Tauhid, namun tidak menjelaskannya secara detail. Karena alasan inilah, dakwah kepada Tauhid akan bermanfaat bagi penuntut ilmu, mempelajarinya dengan terperinci, sehingga dia dapat berdakwah kepadanya (Tauhid –pent) di negerinya, dimana mungkin terdapat atau tidak terdapat Syirik. 

Dari Tauhid adalah untuk mengagungkan Allah karena kebesaran-Nya,berharap hanya kepada-Nya, takut hanya kepada-Nya, bergantung hanya kepada-Nya, dan mendekatkan diri hanya kepada-Nya, meminta hanya kepada-Nya, dan demikian pula (menetapkan) diantara hak-hak Allah yang hanya ada pada-Nya. 

Demikian pula ketika dia menjelaskan mengenai Syirik, dia menerangkannya secara rinci, dan menyebutkan dalilnya, dan juga menyebutkan berbagai jenis Syirik yang ditemukan di negerinya, dan jika tidak terdapat Syirik maka dia memperingatkan manusia agar tidak jatuh ke dalam Syirik. 

Sebagai contoh, jika kita melihat pada negara ini (Arab Saudi) yang Allah telah memampukan dengan dakwah para Imam yang memulihkan agama, orang-orang mencintai Tauhid dan membenci Syirik, namun ketika banyak orang berbicara mengenai Tauhid, mereka menyebutkannya secara ringkas. Anda akan menemukan orang-orang yang menyeru kepada Tauhid pada hari ini berbeda dengan yang terdapat pada 50 atau 100 tahun yang lalu, alasannya adalah, karena mereka tidak menerangkan Tauhid secara detail. 

Dengan menerangkannya secara terperinci, akan menimbulkan kelembutan hati terhadap Allah dan hati (yang) mengangungkan Allah, dan sebagai akibatnya mereka akan mencintai orang-orang (yang menegakkan) Tauhid dan membenci orang-orang (yang melakukan) Syirik. 

Manakala mereka mengenal Tauhid secara rinci, mereka akan memiliki keteguhan dan beramal dengannya, dan menunjuki orang-orang kepadanya, dan manakala mereka mengenal Syirik secara rinci mereka takut terhadapnya (perbuatan syirik –pent), membebaskan diri dari dan menolak Syirik itu. 

Anda akan menemukan bahwa umumnya orang-orang mengenali bahwa ini dan itu adalah syirik karena disebutkan secara ringkas. Ketika sebagian orang mengunjungi negeri ini misalnya, mungkin mereka tidak menyadari bahwa sebagian perbuatan yang mereka lakukan adalah Syirik, karena terbatasnya penjelasan mengenai Tauhid oleh para Dai. 

Anda mungkin mengatakan kepada seorang dai, mengapa engkau tidak menjelaskan Tauhid secara terperinci? Dia akan menjawab, Saya telah berbicara mengenainya, dan telah menyebutkan beberapa dalil. Namun kemudian kita dapat berkata, apakah aspek-aspek yang Tauhid yang wajib, mengapa engkau tidak menjelaskannya secara terperinci,

misalnya diwajibkannya kita untuk berharap, takut, cinta dan bertaubat hanya kepada Allah saja. Apa artinya memohon pertolongan kepada selain Allah, dan yang serupa dengannya berkorban kepada selain Allah dan lain-lain.

 Sebagian orang akan berkata, ya, berkorban kepada selain Allah adalah Syirik, namun ketika (kegiatan) kurban dihadirkan dihadapan mereka, mereka tidak mengenalinya sebagai bentuk kesyirikan, karena tidak dijelaskan kepada mereka secara terperinci.

Demikian juga menunjukkan puji syukur kepada selain Allah, anda akan menemukan hal ini biasa terdapat dalam masyarakat. Allah berfirman mengenainya: 

“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS An-Nahl [16] : 83) 

Misalnya ketika seseorang diselamatkan dari (kecelakaan) pesawat atau mobil, akan berkata itu adalah pesawat yang bagus, mobil yang bagus. Mereka tidak mengarahkan rasa syukur kepada Sang Pencipta. 

Ini adalah Syirik pada lisan. Puji dan syukur kepada Allah, pertama dan utama, dan kemudian kepada penyebabnya. Penyebab dari menyebarnya jenis Syirik seperti ini karena Tauhid tidak dijelaskan secara terperinci, ini merupakan penyebab terbesar dari cobaan (musibah) yang kita saksikan. 

Adalah menyenangkan bagi syetan melihat kelemahan dalam penjelasan Tauhid. Penyebab terbesar untuk mengumpulkan amal baik dan menghapus amal buruk dan menjadi wali Allah, adalah menjadi seorang (penegak) Tauhid. Satu-satunya aspek terbesar yang diwahyukan kepada para nabi adalah Tauhid, memerintahkan manusia untuk beribadah hanya kepada Allah saja. 

Seorang hamba Allah harus mengetahui (tentang) Tauhid dan kebalikannya (yakni Syirik) dan harus menyeru kepadanya dengan hikmah dan pelajaran (dakwah) yang baik. Agar dapat melaksanakannya dengan baik, hal ini membutuhkan ilmu dan kesabaran, dan ilmu itu harus jelas. Kita menemukan sebagian dai, mereka berbicara dan mendengar banyak hal mengenai Tauhid namun mereka tidak sepenuhnya memahaminya. 

Misalnya mereka menyebut Syirik kecil sebagai Syirik besar, atau mereka memasukkan sesuatu sebagai Tauhid namun pada kenyataannya hal tersebut bukan dari Tauhid. Misalnya takut dan harap yang dari jenis yang berbeda-beda. Rasa takut sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama sebagai hak Allah adalah rasa takut yang tersembunyi. Manakala sebagian dai tidak menyadari perbedaan jenis-jenis rasa takut, maka kita katakan, kita membutuhkan pengetahuan yang jelas mengenai Tauhid, menyeru kepadanya adalah kewajiban umat ini, karena ini adalah hak Allah dan merupakan syahadat (persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang disembah dengan benar kecuali Allah). Kita harus mempelajari Tauhid beserta dalil-dalilnya, dan mengetahui tujuan dibalik pembelajaran itu, adalah untuk mengagungkan Allah. Manusia memiliki kebutuhan besar untuk mempelajari Tauhid. 

Saya memohon kepada Allah agar Dia menganugerahkan (kemudahan) dalam mempelajari ilmu agama dan mengajarkannya, dan menjadikan kita dai (yang menyeru) kepada agama-Nya, dan menyelamatkan kita dari tipu daya syetan. Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Muhammad Shalallallahu alaihi wa sallam.

Sumber : Judul Asli   : Kayfiatu Da’watu ila at-Tauhid, Penulis  :  Syaikh Ibnu Abdil Aziz Al-Syaikh, Dieterjemahkan dari:  How to Call to Tauhid, http://www.SalafiManhaj.com, 2004, Alih Bahasa oleh  : Ummu Abdullah

Website  : http://raudhatulmuhibbin.blogspot.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: