Pesan- Pesan Terakhir Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam (Bag 1)

Pesan- Pesan  Terakhir Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam 

Washiyyatu Muwaddi’ 

karya Syaikh Husain bin ’Audah al-’Awayisyah 

Sungguh banyak nasihat yang telah Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam sampaikan kepada ummatnya, baik yang berkaitan dengan masalah duniawi mau pun masalah ukhrawi mereka. 

Di antara nasihat-nasihat yang paling berkesan di hati para Sahabatnya adalah nasihat yang beliau sampaikan menjelang wafatnya, sebagaimana dikisahkan oleh salah seorang Sahabat bernama al-‘Irbadh bin Sariyah berikut ini. 

Dari al-‘Irbadh bin Sariyah rodhiyallahu anhu, dia berkata bahwa (pada suatu hari) Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang sangat berkesan sehingga hati kami terharu dan air mata kami bercucuran.

Maka kami pun menyapanya: “Wahai Rasulullah, sepertinya ini pesan perpisahan.

Untuk itu, berilah kami wasiat. “Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian agar selalu mendengar dan taat meskipun yang memimpin kalian seorang budak hitam (Habsyi). Karena sesungguhnya, siapa yang masih hidup (sepeninggalku) niscaya akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa-ur Rasyidin yang mendapat petunjuk. Gigitlah sunnah itu dengan gigi geraham. Jauhilah pula oleh kalian perkara-perkara baru (bid‘ah) karena setiap bid‘ah itu sesat.(  HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah dalam Shahiih Sunan mereka, serta yang lainnya.)

Sungguh, sebuah wasiat yang begitu berharga, bukan saja bagi para Sahabatnya, namun juga bagi seluruh ummat Nabi Muhammad  shalallallahu alaihi wa sallam sepeninggal

beliau hingga akhir zaman nanti. Apabila kita cermati, wasiat ini mengandung

beberapa hal penting, di antaranya:

1. Wasiat takwa selalu tepat disampaikan pada setiap tempat dan kesempatan sebelum wasiatwasiat lain karena ia merupakan kunci kebaikan dunia dan akhirat.

2. Mendengar dan taat kepada pemimpin kaum Muslimin yang sah, siapa pun dia, hukumnya wajib selama pemimpin tersebut tidak menyuruh bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.

3. Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam mengabarkan kepada ummatnya peristiwa yang akan terjadi nanti sepeninggal beliau, berupa perselisihan pendapat antar ummat

Islam, dan apa yang Rasulullah beritakan itu benar-benar terjadi. Hal ini mem buktikan bahwa Muhammad shalallallahu alaihi wa sallam adalah benar-benar seorang Nabi, yang tidaklah beliau berbicara melainkan berdasarkan wahyu dari Yang Maha Mengetahui

yang ghaib, yaitu Allah Tabaroka wa Ta’ala.

4. Wasiat Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam yang disampaikan kepada ummatnya jauh-jauh hari sebelum wafatnya, mengenai musibah yang akan terjadi setelah beliau tidak berada lagi di tengah-tengah mereka, menunjukkan kasih sayang beliau yang begitu

besar. Beliau tidak rela melihat ummatnya berpecah belah karena perselisihan pendapat tanpa ada solusi yang tepat, benar, dan aman dalam mengatasinya.

5. Berdasarkan hadits di atas, sikap yang benar pada saat ummat Islam berselisih pendapat dan ber pecah belah adalah dengan mengembalikan masalah yang diperselisihkan kepada sunnah Rasul dan Sahabatnya, serta menjauhkan diri dari hal-

hal baru yang tidak ada landasannya dalam as-Sunnah.

6. Berdasarkan wasiat Nabi tersebut, as-Sunnah memiliki keistimewaan hukum dibandingkan dengan al-Qur-an. Pada saat ummat berselisih, as-Sunnahlah yang seharusnya menjadi penengah dikarenakan ia mengandung hukum yang lebih

terperinci daripada al-Qur-an yang masih global. Disamping itu, as-Sunnah juga berfungsi menjelaskan dan menjabarkan hukum-hukum al-Qur-an yang masih umum dan mutlak.

7. Setiap perkara baru yang menyelisihi as-Sunnah (bid’ah) adalah kesesatan semata dan berpotensi menyesatkan siapa saja yang menganutnya.

8. As-Sunnah tetap relevan untuk setiap zaman.

Kesimpulannya, wasiat yang Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam sampaikan kepada para Sahabatnya dalam hadits di atas menyangkut masalah fitnah perpecahan ummat pada akhir zaman dan apa yang harus dilakukan oleh ummat Islam pada waktu itu agar

selamat dari fitnah tersebut.

Realitanya, semenjak Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam wafat dan berakhirnya kekhilafahan Khulafa-ur Rasyidin hingga sekarang ini, ummat Islam memang berpecah

belah menjadi banyak golongan, partai, jamaah, dan perkumpulan-perkumpulan lain

yang hal itu mengundang terjadinya perselisihan di kalangan mereka, bahkan tidak jarang pula berbuntut pada perpecahan dan pertikaian. Masing-masing mengklaim bahwa hanya dirinyalah yang benar. Celakanya, mereka melandaskan klaim tersebut kepada al-Qur-an dan as-Sunnah. Lantas, manakah yang benar?

Hadits di atas, dengan berbagai kandungan dan faedahnya yang banyak, seharusnya dijadikan sebagai kunci jawaban bagi pertanyaan di atas dan penengah bagi perselisihan ummat Islam yang terjadi pada akhir zaman ini. Sesungguhnya, hanya as-Sunnahlah yang dapat menyelamatkan dan mempersatukan ummat Islam kembali setelah mereka berpecah belah, bukan yang lain. Sebab, ini merupakan solusi yang dinashkan secara

tegas oleh Rasulullah, dalam masalah tersebut, sehingga kedudukannya menjadi satu-satunya solusi yang syar’i. Pada saat yang sama, ia pun menjadi solusi yang tepat dan selamat. Adapun solusi yang ditawarkan manusia selain dari itu, yang berlandaskan pendapat manusia dan hawa nafsunya, hanyalah akan menyesatkan dan menambah jurang perpecahan antara ummat Islam semakin luas dan dalam.

Untuk itu, kami, Pustaka Imam asy-Syafi’I mencoba menawarkan solusi tersebut melalui

penerbitan buku yang ada di tangan Anda sekarang ini, yaitu sebuah risalah ringkas yang menggugah dan mengingatkan kita yang berjudul Pesan-Pesan Terakhir Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam .

Risalah ini merupakan terjemahan dari buku aslinya yang berjudul Washiyyatu Muwaddi’ karya Syaikh Husain bin ’Audah al-’Awayisyah.

Dalam risalah ini penulis mengupas tuntas hadits al-’Irbadh bin Sariyah, kalimat per kalimat, disertai pelajaran dan faedah yang dapat dipetik, dengan gaya bahasa yang hidup dan dialogis serta komunikatif sehingga berkesan di hati pembacanya.

Semoga pembahasan dalam buku ini dapat memberikan manfaat bagi ummat Islam, khususnya dalam mencari solusi yang benar dan tepat untuk mengatasi masalah perpecahan ummat pada akhir zaman ini, sehingga kejayaan ummat yang dijanjikan dan dicita-citakan dapat terwujud kembali.

Demikian pula, semoga penulis dan semua yang berperan serta dalam terbitnya risalah

ini mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah tabaroka wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad shalallallahu alaihi wa sallam, kepada keluarga dan Sahabatnya, serta kepada ummatnya yang setia mengikuti sunnah beliau hingga akhir zaman.

Jakarta, Oktober 2007 M

Ramadhan 1428 H

Penerbit Pustaka Imam asy-Syafi’i

Bersambung …

Sumber : Washiyyatu Muwaddi’  Pustaka Imam Asy Syafi’i

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: