Mengikhlaskan Ibadah hanya untuk Allah Subhanahu wa ta’ala ( Sebuah Dialog )
Oleh : Ali al Fahd , dari Kitab Hiwar Hadi
Terjadi sebuah dialog antara dua orang , salah satunya adalah Abdullah (Hamba Allah , selanjutnya disebut dengan inisial A ) dan yang lain disebut Abdunnabiy , selanjutnya disebut dengan inisial N ).
A : Aku bertanya kepadamu: Apakah engkau mengakui bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan atasmu untuk mengikhlaskan Ibadah yang merupakan hak-Nya atasmu, sebagaimana firmaNya
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. ( Qs. Al- Bayyinah : 5)
[1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai (nya). ( Qs. Al Mu’min/ Ghafir : 14 )
N : ” Ya, aku mengakui bahwa Dia Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan hal tersebut kepadaku “
A : Bisakah engkau menjelaskan kepadaku kewajiban yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala wajibkan atas dirimu ini ?”
N : ” Aku tidak tahu “
A : ” Baik , Kalau begitu akan aku jelaskan hal tersebut kepadamu. Perhatikanlah . Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
55. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas[549]. ( Qs. Al- a’raf : 55)
[549] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.
Bukankah engkau telah tahu bahwa ” Berdo’a ” adalah ibadah kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala?”
N : ” Ya, dan doa adalah inti ibadah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist “
((الدُّعاَءُُ مُخُُّ الْعِباَدَةِ ))
” Doa adalah inti ibadah. ” (1) yaitu isi dan otaknya.
A : Selagi engkau tetap mengakui bahwa do’a adalah ibadah untuk Allah Subhanahu wa ta’ala , engkau berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala siang dan malam dengan penuh rasatakut dan harap, kemudian engkau berdo’a meminta hajat kepada seorang Nabi ( yang telah meninggal ) atau malaikat, atau orang shalih di kuburannya , dan engkau meminta permohonan tersebut darinya, apakah engkau telah menyekutukanNya dalam beribadah kepada-Nya dengan selain-Nya ?”
N : ya, betul ini adalah ucapan yang tepat dan benar. “
A : Disini ada perumpamaan lain, yaitu jika engkau mengetahui firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : Maka Dirikanlah Sholat karena Tuhanmu: dan berkorbanlah . ” ( QS. Al – Kautsar : 2 ) dan engkau taat terhadap perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala ini, engkau menyembelih dan berkurban untuk-Nya, maka apakah ini adalah sebuah ibadah ?”
N : ” Ya, ini adalah sebuah ibadah.”
A : Jika enkau berkurban untuk seorang makhluk, seperti Nabi atau Jin atau selain keduanya, apakah engkau telah menyekutukan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam peribadatan ini ?”
N : ” ya, ini adalah sebuah kesyirikan tanpa ada keraguan.”
A : ” Aku buatkan permisalan untukmu dengan do’a dan menyembelih, dikarenakan do’a adalah bentuk ibadah “qauliyah” ( ucapan ) yang terkuat, dan menyembelih adalah bentuk ibadah ” Fi’liyah “( perbuatan ) yang paling kuat. Ibadah tidaklah terbatas pada keduanya, tetapi lebih umum dari itu termasuk ” Bernadzar, Sumpah, Istiadzah ( meminta perlindungan ) , Isti’anah ( meminta pertolongan ) dan selainnya.
Akan tetapi ada satu pertanyaan : Orang-orang musyrik yang Al Qur’an turun kepada mereka, apakah mereka menyembah ” Malaikat, orang-orang shalih, Lata,Uzza dan selainnya ? ataukah tidak ?
N : ” ya, mereka dulu melakukan itu.”
A : ” Bukankah peripadatan kepada mereka itu hanya dalam ” Do’a ” , menyembelih dan menyandarkan diri kepada mereka dan yang sejenisnya ?, Dan bukankah mereka masih tetap mengakui bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berada dibawah kekuasaan Nya dan mereka meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang mengatur segenap perkara. Akan tetapi mereka berdoa dan menyandarkan diri kepada sesembahan itu karena ” JAH ” (kedudukan) dan syafa’at yang diharapkan dari mereka ?”
N : ” Apakah engkau wahai Abdullah mengingkari Syafa’at Rasulullah shalallallahu alaihi wa sallam ?
A : ” Tidak, aku tidak menginkarinya, dan tidak berlepas diri darinya. Bahkan beliaulah Shalallallahu alaihi wa sallam pemberi syafa’at dan yang diijinkan untuk memberikan syafa’at , dan aku sangat mengharapkan syafa’at beliau Shalallallahu alaihi wa sallam. Akan tetapi seluruh syafa’at itu adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana firman Nya :
قُلْ لِلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya lah kamu dikembalikan”. ( Qs. Az- Zumar : 44 )
Dan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ
… Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya…. ( Qs. Al Baqoroh : 255 )
Dan beliau Shalallallahu alaihi wa sallamtidak akan memberikan syafa’at kepada seorangpun kecuali setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengijinkan beliau Shalallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana firman Allah Tabaroka wa Ta’ala :
وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى
…dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah,..( Qs. Al- Anbiya’ : 28 )
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan meridhai kecuali kepada ahli Tauhid, sebagaimana firman Nya :
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
( Qs. Ali Imran : 85 )
N : Kita sepakat bahwa tidak boleh meminta kepada siapapun sesuatu yang tidak dimilikinya. Akan tetapi Nabi Shalallallahu alaihi wa sallam telah diberi syafa’at oleh Allah Subhanahu wa ta’ala , dan dikarenakan Dia telah memberikannya kepada beliau Shalallallahu alaihi wa sallam , maka beliau telah memilikinya, dengan demikian boleh bagiku untuk meminta dari beliau Shalallallahu alaihi wa sallam sesuatu yang beliau milik dan yang demikian ini tidak termasuk ” syirik “
A : ” Ya, ini adalah perkataan yang benar, seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak melarangmu dari perbuatan tersebut, yaitu saat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
” فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. ( Qs. Al Jin : 18 )
Memohon syafa’at termasuk do’a dan yang memberi syafa’at Nabi Shalallallahu alaihi wa sallam adalah Allah Subhanahu wa ta’ala, dan Dia pulalah yang telah melarangmu untuk meminta syafa’at tersebut dari selain Nya siapapun dia yang diminta. Maka seandainya engkau berdoa’ kepada Allah Subhanahu wa ta’ala agar memberikan ijin kepada Nabi-Nya untuk memebrimu Syafa’at maka engkau telah mena’ati- Nya dalam firman Nya :
” فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. ( Qs. Al Jin : 18 )
Selain itu, Syafa’at juga diberikan kepada selain Nabi Shalallallahu alaihi wa sallam, telah shahih bahwa para Malaikat akan memberikan syafa’at, Para “afrath” ( anak-anak yang mati sebelum usia baligh ) memberikan syafa’at , dan para wali dan para Syuhada’ juga memberikan syafa’at . Maka apakah engkau akan berkata ; ” Jika Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan syafa’at kepada mereka, maka aku akan meminta syafa’at tersebut langsung kepada mereka ? “
Jika engkau berkata demikian , maka engkau kembali kepada penyembahan terhadap orang-orang shalih yang telah disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kitab Nya.
Jika engkau menjawab tidak , maka batalah alasanmu ( yaitu alasan: bahwa karena Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberikan syafa’at kepadanya , maka aku meminta syafa’at langsung kepadanya ).
N : ” Aku sama sekali tidak menyekutukan Allah Subhanahu wa ta’ala dengan sesuatupun, sekali-sekali tidak , akan tetapi menyandarkan diri kepada orang-orang shalih bukanlah sebuah ” kesyirikan”
A : Apakah engkau mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengharamkan syirik dengan keharaman yang lebih besar daripada keharaman zina, dan bahwa Dia tidak akan mengampuni pelakunya ?”
N : ” Ya, Aku mengakuinya. “
A : ” Sekarang engkau telah menafikan Kesyirikan yang telah diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dari dirimu, maka demi Allah , aku bersumpah atasmu , apakah kamu bisa menjelaskan kepadaku tentang ” Syirik “
N : ” Syirik adalah beribadah kepada patung berhala, menghadapkan diri kepadanya, meminta darinya manfa’at, dan terlepas dari mudharat “
A : ” Apa makana beribadah kepada berhala ? Apakah engkau menyangka bahwa mereka berkeyakinan bahwa kayu dan batu-batu tersebutlah yang menciptakan dirinya, memberikan Rizki kepada mereka, dan mengurusi urusan-urusan orang-orang yang berdo’a kepadanya?, ketauilah..yang demikian itu jelas didustakan oleh Al Qur’an , sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الأمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: “Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?” ( Qs. Yunus : 31 )
N : ” Tidak, tetapi mereka adalah orang yang menghadap kepada kayu, atau batu, atau bangunan diatas kuburan atau yang lainnya, mereka berdo’a kepada semua itu dan menyembelih untuknya . Dan mereka berkata : ” Sesungguhnya dialah yang mendekatkan kami kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sedekat-dekatnya , dan Allah Subhanahu wa ta’ala lah yang menolak kemudharatan dari kami dengan keberkahannya, atau Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan permohonan kami dengan berkahnya. ” Inilah peripadatan kepada berhala yang aku maksudkan. “
A : ” Engkau benar, dan itulah perbuatanmu disisi batu, bangunan dan besi yang berada diatas kuburan dan yang lainnya. Dan juga perkataanmu : ” Syirik itu adalah menyembah berhala .” Apakah yang kamu maksudkan disini adalah bahwa syirik itu khusus bagi mereka yang melakukan perbuatan itu saja ? ” dan bahwa bersandar kepada orang-orang shalih yang sudah meninggal dan berdo’a kepada mereka tidak termasuk kesyrikan ? ”
N : ” Ya, inilah yang aku maksudkan…”
Bersambung….
Foot Note :
(1) .Dha’if, tetapi maknanya benar, yaitu Do’a adalah Ibadah yang paling besar. Redaksi yang benar adalah ” Doa itu adalah ibadah ” Lihat ahkamul janaiz: 124, Mukhtashar al Dhaifah : 21
Sumber : Majalah Qiblati Edisi 06 Tahun II- Maret 2007M/ Shafar 1428H
Filed under: Tauhid |
Leave a Reply